Pada Kain Mori Muncul Gambar Tokoh Wayang Gatutkaca, Simbol Muculnya Sosok Satria Sejati

Author:kombi / Date:29-10-2013 / Tag: Ensiklopedi Upacara Adat / Upacara Adat

Pada Kain Mori Muncul Gambar Tokoh Wayang Gatutkaca, Simbol Muculnya Sosok Satria Sejati

Dalam pandangan pemerhati budaya asal Sodo Giring, Gunungkidul, F Sunardi munculnya gambar Gatutkaca tersebut menjadi simbol akan munculnya sosok satria sejati di tengah kesemrawutan Indonesia, yang menumbuhkan harapan baru masyarakat di tengah kefrustasian hidup. Konon sosok tersebut berasal dari Jawa.

Prosesi pembukaan kain mori cupu Kyai Panjolo tanggal 8 Oktober 2013 di rumah Dwijo Sumarto, Dusun Mendak, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang Gunungkidul, DIY, foto: Hugo M Satyapara
Prosesi pembukaan Cupu Kyai Panjolo

SOrang Jawa memiliki cara tersendiri dalam menyikapi hidup. Salah satunya dengan menggunakan ngelmu titen, yaitu ilmu yang digunakan untuk mengetahui jalannya kehidupan di masa datang dengan cara mengamati fenomena alam, seperti gerhana, gempa bumi, kilat, lintang kemukus. Bahkan sampai pada meneliti keadaan raga maupun soal mimpi. Dalam bahasa Ki Ageng Suryamentaram proses niteni disebut dengan istilah memotret peristiwa kehidupan.

Beragam fenomena tersebut diyakini sebagai tanda pembuka akan terjadinya peristiwa lain yang akan terjadi kemudian. Ambil contoh jika terjadi gempa bumi pada bulan Suro menjadi tanda akan munculnya beragam penyakit serta paceklik. Jika nampak lintang kemukus di angkasa sebelah selatan jadi tanda wafatnya seorang raja.

Munculnya keyakinan tersebut berangkat dari proses pengamatan selama berpuluh-puluh atau bahkan beratus tahun, kemudian dibakukan dalam bentuk buku primbon. Lalu, apakah selalu benar? Tentu saja tidak 100 persen benar. Karena ilmu titen itu meskipun sudah dibakukan, pada galibnya bersifat dinamis. Artinya akan selalu mengalami pembaharuan.

Demikian juga saat masyarakat melihat gambar yang terpampang dalam kain mori pembungkus cupu Kyai Panjolo yang dibuka setiap malam Selasa Kliwon bulan keempat menurut kalender Jawa. Atau bulan September-Oktober. Setiap gambar yang muncul membuka ruang untuk munculnya pemahaman baru.

Untuk tahun ini prosesi pembukaan kain mori cupu Kyai Panjolo diadakan malam Selasa Kliwon tanggal 8 Oktober 2013 di rumah Dwijo Sumarto, Dusun Mendak, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang Gunungkidul, DIY.

Dwijo Sumarto selaku ahli waris menerangkan bahwa cupu tersebut semua ada tiga buah dengan nama masing-masing. Paling besar Semar Kinandu. Dua lainya yang berukuran lebih kecil Kalang Kinantang dan Kenthiwiri. Ketiganya ditaruh di dalam kotak kayu jati warna coklat tua berukuran panjang 35 cm, lebar 20 cm, tinggi 15 cm.

Kain mori pembungkus cupu yang diperkirakan paling tidak berusia 500 tahun tersebut berjumlah 40 lembar. Dwijo Sumarto yang juga menjadi abdi dalem keprajan Keraton Yogyakarta menuturkan bahwa tradisi membuka kain mori sudah berlangsung turun-temurun.

Prosesi pembukaan kain mori cupu Kyai Panjolo tanggal 8 Oktober 2013 di rumah Dwijo Sumarto, Dusun Mendak, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang Gunungkidul, DIY, foto: Hugo M Satyapara
Tokoh Gatutkaca dalam pentas wayang wong.
Sosok ini muncul dalam kain mori pembungkus cupu Kyai Panjolo

Menurut adat, prosesi pembukaan kain mori cupu Kyai Panjolo selalu diawali dengan kenduri, dilanjutkan dengan makan nasi gurih. Masing-masing dilakukan sebanyak dua kali. Barulah kemudian lepas tengah malam cupu Kyai Panjala yang semula ditaruh di dalam ruang bagian dalam dibawa keluar ke ruang depan, dan ditaruh di atas meja kecil di tengah ruang.

Anggota keluarga trah eyang Seyeg leluhur Dwijo Sumarto, abdi dalem Keraton Yogyakarta dan juga sebagian warga duduk mengelilingi meja kecil itu. Sementara warga lain berjumlah ratusan yang datang dari berbagai tempat mengamati dari luar.

Tak lama berselang lembaran kain mori dibuka satu per satu. Setiap kali dibuka gambar yang muncul di kain mori disampaikan pada yang hadir. Munculnya gambar selalu disertai rasa penasaran. Pun keadaan cupu saat penutup kotak dibuka membuat penasaran semua yang hadir.

Banyak sekali gambar yang muncul. Namun hanya yang dianggap penting saja yang disampaikan. Menurut Dwijo Sumarto gambar yang penting semua berjumlah 52 buah. Diantaranya yang cukup menarik perhatian adalah munculnya gambar sosok Gatutkaca, satria Pringgondani yang dikenal kebal terhadap berbagai senjata. Bahkan senjata milik para dewa tak dapat melukai kulit putra Sang Bima itu.

Dwijo Sumarto sendiri tak dapat memastikan gambar Gatutkaca tersebut menjadi pertanda apa. Juga gambar yang lainnya. Semua pemahaman diserahkan pada yang hadir.

Namuan dalam pandangan pemerhati budaya asal Sodo Giring, Gunungkidul, F Sunardi munculnya gambar Gatutkaca tersebut menjadi simbol akan munculnya sosok satria sejati di tengah kesemrawutan Indonesia, yang menumbuhkan harapan baru masyarakat di tengah kefrustasian hidup. Konon sosok tersebut berasal dari Jawa.

Naskah & foto:Hugo M Satyapara

Ensiklopedi Upacara Adat Source Link: Jakarta

Latest News

  • 16-07-14

    Denmas Bekel 16 Juli

    more »
  • 16-07-14

    Dapur Empu Keris di

    Pembuatan foto ini merupakan upaya yang brilian dari sang fotografer atau pemrakarsanya sebagai bentuk pendokumentasian akan sebuah fenomena unik... more »
  • 16-07-14

    Penyair Pesantren Ta

    Para penyair muda pondok pesantren ini tidak hanya membaca puisi, tetapi yang menarik mereka menggarap puisi dengan musik terbangan, yang mereka... more »
  • 15-07-14

    Jembatan Neco, Salah

    Pembuatan jembatan konstruksi baja yang dipindahkan dari Manding itu sendiri tidak atau belum diketahui dengan pasti. Kemungkinan pada zaman kolonial... more »
  • 15-07-14

    Damas Sangaji Bertan

    Dengan karya, saya ingin menanyakan akan ‘kepekaan’ rasa kepada setiap orang yang melihat karya saya. Apakah kadar ‘kepekaan’ dari setiap orang yang... more »
  • 15-07-14

    Lading, Si Peracik B

    PJ Zoelmulder mendasarkan pada cuplikan teks yang bersumber pada naskah Abhimanyuwiwaha (AbhW) 30.13 yang berbunyi “…hana kadhuwak caluk badhama len... more »
  • 15-07-14

    Slamet Riyadi Sabraw

    Slamet Riyadi Sabrawi memang sudah lama bergelut dengan puisi. Pada masa mudanya, ketika dia masih sebagai mahasiswa Kedokteran Hewan di UGM, Slamet... more »
  • 14-07-14

    Meracik Acara Museum

    Banyak mahasiswa hadir dalam seminar “Museumisme” ini karena dimeriahkan komedian yang sekarang baru digandrungi anak muda yaitu Ge Pamungkas, dan... more »
  • 14-07-14

    Runtuhnya Hindia Bel

    Judul : Runtuhnya Hindia Belanda  Penulis : Onghokham  Penerbit : Gramedia, 1989, Jakarta  Bahasa : Indonesia  Jumlah... more »
  • 14-07-14

    Pidato Kebudayaan Pa

    Meski secara formal ia pensiun dari majalah Suara Muhamadiyah, tetapi Mustofa masih aktif sebagai redaksi di majalah kebudayaan ‘Sabana’. Mustofa pun... more »