Guyub Rukun dalam Melestarikan Upacara Wiwit Di Desa Karangtalun, Imogiri, Bantul

Author:kombi / Date:03-12-2013 / Tag: Ensiklopedi Upacara Adat / Upacara Adat

Guyub Rukun dalam Melestarikan Upacara Wiwit Di Desa Karangtalun, Imogiri, Bantul

Kegiatan ini dimunculkan kembali untuk menggali nilai-nilai kearifan lokal yang ada pada upacara Wiwit, seperti kegotongroyongan, ungkapan syukur, dan kebersamaan. Dengan upacara Wiwit yang dilakukan bersama-sama ini sekaligus bisa menjadi tradisi yang bisa diturunkan kepada generasi berikutnya.

Upacara Wiwit di Karangtalun Imogiri Bantul, Rabu 27 November 2013, sumber foto: Suwandi/Tembi
Prajurit Giri Tamtama mengawal kirab tradisi Upacara Wiwit

Iringan gendhing “Gugur Gunung” mengawali kirab Upacara Wiwit di desa Karangtalun, Imogiri, Bantul pada Rabu, 27 November 2013 di tengah-tengah hujan gerimis. Namun semangat gotong royong para petani setempat tidak surut walaupun suasana hujan, untuk tetap menyelenggarakan upacara wiwit yang diselenggarakan bersama-sama oleh Gabungan Kelompok Tani Tri Manunggal desa setempat. Upacara itu sempat tertunda hampir 2 jam, dan akhirnya baru bisa terlaksana pukul 11 siang.

Upacara Wiwit tahun ini diselenggarakan secara bersama-sama, yang sebelumnya hanya diselenggarakan secara sendiri-sendiri. Bagi masyarakat setempat dan masyarakat tani di Jawa pada umumnya, Upacara Wiwit selalu digelar menjelang panen padi. Upacara ini digelar sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas rezeki yang dilimpahkan kepada para petani sehingga mendapatkan hasil padi yang baik, berlimpah dan terhindar dari serangan hama.

Upacara Wiwit di Karangtalun Imogiri Bantul, Rabu 27 November 2013, sumber foto: Suwandi/Tembi
Jodang berisi sesajen dalam kirab upacara Wiwit

Upacara Wiwit yang dilakukan bersama-sama ini diawali dengan memetik padi yang dilengkapi dengan ubarampe (kelengkapan upacara). Ubarampe upacara wiwit dimasukkan dalam sebuah jodang atau tandu, berisi beraneka ragam makanan dan sesajian, di antaranya ingkung, nasi gurih, tumpeng, jajan pasar, alat rias (suri, kaca rias, sisir), kembang telon, kinang, rokok, uang wajib, dan sebagainya. Sajen upacara wiwit itu dibawa menuju tempat padi dipetik.

Pada upacara Wiwit di Desa Karangtalun ini diawali dengan kirab. Berangkat dari Museum Tani Jawa Yogyakarta Candran Kebonagung Imogiri Bantul DIY menuju area persawahan yang hendak dipanen dengan luas 25 hektar. Ubarampe upacara wiwit dikawal oleh pasukan Giri Tamtama dari Imogiri yang berkostum hitam. Kemudian di belakangnya Jodang dan ubarampe upacara wiwit, serta di belakangnya mengiringi para petani yang hendak memanen padinya.

Upacara Wiwit di Karangtalun Imogiri Bantul, Rabu 27 November 2013, sumber foto: Suwandi/Tembi
Ibu-Ibu membawa tumpeng dalam kirab upacara Wiwit

Setiba di area persawahan, dilakukan doa memohon kepada Tuhan atas karunia yang dilimpahkan sehingga dapat panen dengan hasil yang melimpah oleh rois setempat. Dilanjutkan dengan memotong padi dengan ani-ani sebagai persembahan kepada Dewi Sri. Kemudian dilanjutkan dengan makan bersama dari ubarampe upacara wiwit yang telah didoakan tadi. Ikut pula anak-anak kecil memeriahkan upacara wiwit ini.

Menurut Kristya Bintara, ketua panitia, kegiatan ini dimunculkan kembali untuk menggali nilai-nilai kearifan lokal yang ada pada upacara Wiwit, seperti kegotongroyongan, ungkapan syukur, dan kebersamaan. Dengan upacara Wiwit yang dilakukan bersama-sama ini sekaligus bisa menjadi tradisi yang bisa diturunkan kepada generasi berikutnya. Kegiatan ini rencananya akan digelar setiap tahun, agar bisa menjadi kebersamaan para petani sekaligus untuk dijadikan wisata budaya dan tradisi.

Upacara Wiwit di Karangtalun Imogiri Bantul, Rabu 27 November 2013, sumber foto: Suwandi/Tembi
Sesaji diletakkan di damping padi yang hendak dipanen

Kegiatan Upacara Wiwit di Desa Karangtalun juga dimeriahkan dengan pagelaran wayang kulit, siang dan malam hari. Pagelaran wayang ini digelar juga sebagai ungkapan rasa syukur petani kepada Tuhan sekaligus sebagai hiburan kepada warga setempat lewat tuntunan wayang kulit. Pada siang hari digelar lakon “Mboyong Dewi Sri” yang dimainkan oleh dalang Ki Sumargi. Sementara malam harinya digelar lakon “Bima Bothok” oleh dalang Ki Udreka (Dosen ISI Yogyakarta). Kegiatan Upacara wiwit ini digelar oleh Gapoktan Tri Manunggal Desa Karangtalun, bekerjasama dengan Museum Tani Jawa Indonesia Yogyakarta, dan didukung oleh Dinas Pertanian DIY.

Naskah & foto:Suwandi

Ensiklopedi Upacara Adat Source Link: Jakarta

Latest News

  • 16-07-14

    Denmas Bekel 16 Juli

    more »
  • 16-07-14

    Dapur Empu Keris di

    Pembuatan foto ini merupakan upaya yang brilian dari sang fotografer atau pemrakarsanya sebagai bentuk pendokumentasian akan sebuah fenomena unik... more »
  • 16-07-14

    Penyair Pesantren Ta

    Para penyair muda pondok pesantren ini tidak hanya membaca puisi, tetapi yang menarik mereka menggarap puisi dengan musik terbangan, yang mereka... more »
  • 15-07-14

    Jembatan Neco, Salah

    Pembuatan jembatan konstruksi baja yang dipindahkan dari Manding itu sendiri tidak atau belum diketahui dengan pasti. Kemungkinan pada zaman kolonial... more »
  • 15-07-14

    Damas Sangaji Bertan

    Dengan karya, saya ingin menanyakan akan ‘kepekaan’ rasa kepada setiap orang yang melihat karya saya. Apakah kadar ‘kepekaan’ dari setiap orang yang... more »
  • 15-07-14

    Lading, Si Peracik B

    PJ Zoelmulder mendasarkan pada cuplikan teks yang bersumber pada naskah Abhimanyuwiwaha (AbhW) 30.13 yang berbunyi “…hana kadhuwak caluk badhama len... more »
  • 15-07-14

    Slamet Riyadi Sabraw

    Slamet Riyadi Sabrawi memang sudah lama bergelut dengan puisi. Pada masa mudanya, ketika dia masih sebagai mahasiswa Kedokteran Hewan di UGM, Slamet... more »
  • 14-07-14

    Meracik Acara Museum

    Banyak mahasiswa hadir dalam seminar “Museumisme” ini karena dimeriahkan komedian yang sekarang baru digandrungi anak muda yaitu Ge Pamungkas, dan... more »
  • 14-07-14

    Runtuhnya Hindia Bel

    Judul : Runtuhnya Hindia Belanda  Penulis : Onghokham  Penerbit : Gramedia, 1989, Jakarta  Bahasa : Indonesia  Jumlah... more »
  • 14-07-14

    Pidato Kebudayaan Pa

    Meski secara formal ia pensiun dari majalah Suara Muhamadiyah, tetapi Mustofa masih aktif sebagai redaksi di majalah kebudayaan ‘Sabana’. Mustofa pun... more »