Situs Watu Wedok Berbentuk seperti Kelamin Wanita

07 Jan 2016 Situs Watu Wedok adalah salah satu situs atau petilasan yang berada di tengah perbukitan yang menjadi kawasan agrowisata Karangtengah, Imogiri, Bantul, DIY. Agrowisata seluas 65 hektar ini berada di Dusun Mojolegi dan Kararengjek, Kelurahan Karangtengah.

Situs atau petilasan Watu Wedok menjadi salah satu objek peziarahan bersama dengan makam Kyai Sekarsari dan Nyai Ambarsari, Kyai Loso. Petilasan Pangeran Bendo, dan Mushala Gaib Cempluk Nangka.

Objek-objek tersebut cukup sulit untuk dikunjungi. Hal pertama yang dilakukan oleh pengunjung adalah harus mau dan berani berjalan di tengah hutan, naik turun bukit dengan jarak lokasi antara satu dengan yang lainnya cukup jauh. Untuk menuju objek tersebut pengunjung juga harus dipandu oleh petugas penjaga hutan/perkebunan setempat yang sekaligus menjadi narasumber akan kisah petilasan-petilasan tersebut. Petugas tersebut adalah Jumadi (41) yang dibantu oleh Budiono Parmin (43).

Untuk menuju lokasi Watu Wedok dapat ditempuh melalui Terminal Giwangan ke selatan (masuk Jl. Imogiri Timur). Ikuti jalan ini hingga Pasar Imogiri. Pada pertigaan pasar ini ambil arah ke kiri (arah Makam Raja-raja Mataram/Pajimatan Imogiri). Setelah menemukan pertigaan arah Mangunan-Pundung ambil arah kanan (selatan) lurus hingga sampai Lapangan Pundung. Ikuti jalan aspal di sisi lapangan ini hingga sampai di pertigaan Makam Suci Gunung Mojo.

Pada pertigaan ini ambil arah ke kanan (utara-timur). Ikuti jalan ini hingga melewati Puskesmas Pembantu Girirejo. Setelah puskesmas itu akan ditemukan perempatan kecil dengan papan nama bertuliskan: Agrowisata Kebun Jambu Mete 700 m. Ikuti arah sesuai petunjuk tulisan ini. Ketika sampai lokasi disarankan untuk memarkir kendaraan di pos jaga. Di sinilah pengunjung akan dipandu ke lokasi oleh Jumadi.

Situs Watu Wedok merupakan sumber/mata air yang terletak/muncul di atas bukit batu. Bisa dikatakan bahwa pada permukaan bukit batu tersebut tidak terdapat tumbuhan apa pun kecuali rumput. Tampak bahwa permukaan bukit batu tersebut memiliki rekahan yang memanjang. Hanya saja di beberapa titik rekahan tersebut kelihatan memiliki kedalaman lebih dalam dari deret rekahan yang lain. Rekahan yang memiliki kedalaman lebih inilah yang kemudian mengeluarkan air. Panjang keseluruhan rekahan di permukaan bukit  batu tersebut kurang lebih 7-8 meter.

Sedangkan air yang keluar dari rekahan tersebut tampak pada dua titik yang berjarak sekitar 4 meter. Panjang rekahan/sumber air pertama kira-kira 20 cm dengan diameter sekitar 2-15 cm serta kedalaman sekitar 2-15 cm. Sedangkan panjang rekahan/sumebr air yang kedua sekitar 35 cm dengan diameter sekitar 5-25 cm dan kedalaman sekitar 2-30 cm.

Menurut sumber setempat situs Watu Wedok terjadi berkaitan dengan pencarian lahan yang direncanakan untuk kompleks makam raja-raja Mataram yang dilakukan oleh Sultan Agung (1613-1645). Pada saat mencari lokasi tersebut ia sampai di tempat ini. Ketika sampai di tempat ini Sultan Agung dan abdi dalem yang mengiringinya yakni Kyai Ambasekar, Nyai Ambarsari, dan Kyai Loso merasa kehausan.

Sultan Agung lantas menancapkan tongkatnya di atas permukaan bukit batu. Ia melakukan itu beberapa kali dan di antaranya dilakukan juga dengan cara menyeret tongkatnya. Secara ajaib bekas tusukan tongkat tersebut kemudian mengeluarkan air hingga saat ini. Sumber air di atas bukit batu ini kemudian dikenal dengan nama Situs Watu Wedok karena wujud fisiknya menyerupai kelamin wanita.

Naskah dan foto:a.sartono

Profil Situs Watu Wedok I di kawasan Agrowisata Jambu Mete Karangtengah, Imogiri, Bantul, difoto: 16 Desember 2016, foto: a.sartono Bukit batu yang menjadi tempat munculnya mata air: Situs Watu Wedok, difoto: 16 Desember 2016, foto: a.sartono Jalan setapak masuk hutan menuju Situs Watu Wedok, Imogiri, Bantul, difoto: 16 Desember 2016, foto: a.sartono EDUKASI

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 12-01-16

    Gapura Bajang Ratu 8

    Foto tersebut adalah Gapura Bajang Ratu, salah satu sisa peninggalan Keraton Majapahit. Foto ini dibuat pada kisaran tahun 1930-an. Tampaknya... more »
  • 12-01-16

    Ki Seno Nugroho Dala

    Nugroho, ganjaran, peparing atau anugerah adalah ‘kabegjan’ yang diberikan  Tuhan kepada umatnya. Turunnya nugroho bukan karena prestasi... more »
  • 11-01-16

    Citraksi dan Citraks

    Dari seratus anak Dewi Gendari, hasil pernikahannya dengan Adipati Destarastra, dua diantaranya lahir kembar, yang diberi nama Citraksa dan... more »
  • 11-01-16

    Kirab Ageng KGPAA Pa

    Pada Kamis Legi, 7 Januari 2016, waktu sore hari, Kadipaten Pura Paku Alaman Yogyakarta menggelar Kirab Ageng Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya... more »
  • 11-01-16

    Pameran Lukisan Perm

    Para tokoh tingkat nasional, yang kini sudah tiada, yang dulu pernah berproses di Yogyakarta, bisa ditemukan di dinding Waroeng Bu Ageng, Jalan... more »
  • 09-01-16

    Senin Kliwon Hari Ba

    Perhitungan ini sering disebut perhitungan Panca Suda. Panca = 5 dan suda = kurang. Maksudnya 5 dikurangi 1 atau 5 kurang 1 sama dengan 4. Ada empat... more »
  • 09-01-16

    Serunya Kegiatan Ont

            Rendi tidak menyangka sama sekali, ketika mengikuti kegiatan ontheling di Tembi bersama grupnya dari PT Unilever Jakarta... more »
  • 09-01-16

    Denmas Bekel 9 Janua

    Denmas Bekel 9 Januari 2016 more »
  • 08-01-16

    Kisah Hidup Tentara

    Judul   : Mereka yang Terlupakan. Memoar Rahmat Shigeru Ono. Bekas Tentara Jepang yang memihak Republik Penulis   : Eiichi... more »
  • 08-01-16

    Kunjungan Akhir Tahu

    Pada Minggu 20 Desember 2015, Tembi Rumah Budaya mendapat kunjungan dari para pelajar SMP Al-Azhar Jakarta yang berjumlah 165 orang. Mereka... more »