Pawai Ogoh-Ogoh Yogya 2016
17 Mar 2016 Dalam rangka memperingati Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1938, serangkaian acara dilangsungkan. Bagi umat Hindu terdapat serangkaian perayaan Nyepi yang dilaksanakankan sebelum memasuki Catur Brata Penyepian (amati geni, amati karya, amati lelungan dan amati lelanguan). Salah satu perayaannya adalah pawai ogoh-ogoh. Pawai ini merupakan sebuah suguhan yang menarik bagi masyarakat luas bahkan para turis mancanegara. Selain mampu menyita perhatian, pawai ogoh-ogoh syarat akan kreasi seni yang tinggi.Pada hari Selasa, 8 Maret 2016 warga tumpah memenuhi area Jl Malioboro. Derap langkah disertai alunan lagu-lagu perjuangan telah mengobarkan semangat para warga siang itu. Tak lama kemudian nampak barisan dengan postur tegap melangkah dengan penuh pasti, penampilan drumband siswa Akademi Angkatan Udara (AAU) membuat suasana semakin semarak. Dilanjutkan dengan rombongan pasukan Bregodo Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sekaligus barisan gunungan hasil bumi.
Potret keragaman nampak jelas ketika beberapa rombongan lintas iman turut memeriahkan pawai siang itu, seperti barongsai, hadroh, dan penampilan dari Paroki Baciro (Keuskupan Agung Semarang). Momen ini membuktikan betapa indahnya hidup dalam keragaman, semua saling mengisi dan berbagi.
Sebanyak 23 ogoh-ogoh turut memeriahkan pawai tahun ini. Pawai dimulai tepat pukul 15.00 WIB start dari taman parkir Abu Bakar Ali yang nantinya akan berjalan sepanjang Jl. Malioboro dan berakhir di Alun-Alun Utara Yogya. Pelepasan start dilakukan oleh Wakil Wali Kota Yogya Imam Priyono. Sedangkan Wali Kota Yogya Haryadi Suyuti menyambut peserta pawai di panggung kehormatan yaitu di kawasan Titik Nol Kilometer. Di area Nol Kilometer inilah seluruh peserta pawai menunjukkan atraksi-atraksinya.
Setelah pawai berlangsung, lima ogoh-ogoh inti dan gunungan hasil bumi akan dibawa ke beberapa pura untuk selanjutnya akan didoakan yakni di Pura Jagadnatha Banguntapan, Pura Widia Dharma Dero, Pura Vaikuntha Vyomantara Lanud Adisutjipto, Pura Eka Dharma Kasihan Bantul. Sebagai simbol kejahatan dunia, sesampainya di pura ogoh-ogoh akan dibakar yang berarti membakar sifat-sifat negatif dalam kehidupan manusia, sehingga terlahir kembali dengan sifat dan aura positif yang akan selalu berdampak baik bagi sesama dan alam semesta.
Naskah dan Foto:Indra Waskito
Berita BUDAYABaca Juga
- 21-03-16
Pergantian Pengurus Paguyuban Dalang Muda Sukra Kasih
Pergelaran wayang kulit semalam suntuk hasil kerja bareng Tembi Rumah Budaya dengan paguyuban dalang muda Sukra Kasih kembali dilakukan pada hari... more » - 15-03-16
Upacara Tawur Agung, Persamaan Dalam Keragaman
Ramainya wisatawan yang mengunjungi Candi Prambanan, Yogyakarta, tak mengurangi kekhidmatan umat Hindu dalam melangsungkan upacara Tawur Agung pada... more » - 14-03-16
Belajar Membuat Layang-layang Saat Bazar Buku
Rasanya semakin jarang terlihat anak-anak yang bermain layang-layang. Mungkin karena lahan bermain yang semakin sempit, atau desakan hiburan dan... more » - 12-03-16
FIB UGM Gelar Festival Kebudayaan Internasional
Tari Reog Ponorogo yang dipentaskan di depan hall lantai dasar Grha Sabha Pramana UGM, Yogyakarta, pada Selasa, 1 Maret 2016, mengundang perhatian... more » - 11-03-16
Pesan Kebersamaan Kirab Sang Naga
Kirab atau pawai senantiasa menjadi acara yang dinanti-nanti masyarakat. Pada setiap kirab selalu saja di sekitar rute yang dilaluinya disesaki... more » - 11-03-16
Atraksi Barongsai di Klenteng Poncowinatan Ditonton Berbagai Etnis
Barongsai kini menjadi pertunjukan ‘live’yang mudah ditonton. Pada masa Orde Baru, seni tradisi ini hanya bisa dinikmati lewat film. Misalnya yang... more » - 08-03-16
Sambutan GKR Hemas dalam Pembukaan Pameran Senirupa Sri Astari Rasjid
Sebelum membuka secara resmi pameran Retrospektif “Yang Terhormat Ibu” dari seniman Sri Astari Rasjid yang juga sekaligus duta besar... more » - 04-03-16
Obituari Ayu Sutarto, Budayawan Tinggal di Jember
Seringkali kita melihat orang yang disebut sebagai budayawan, tinggal di kota-kota besar, atau setidaknya kota yang memiliki aktivitas... more » - 27-02-16
Vitadewi Baru Kali Ini Melihat Liong
Perhelatan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) hingga yang ke-11 ini merupakan acara yang ditunggu-tunggu masyarakat Yogyakarta, dan daerah... more » - 25-02-16
Tiga Fungsi Historiografi Dalam Seni Lukis Modern Indonesia
Muhamad Agus Burhan yang akrab dipanggil Burhan adalah pengajar di jurusan Seni Lukis Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta... more »
Artikel Terbaru
- 21-03-16
Pergantian Pengurus
Pergelaran wayang kulit semalam suntuk hasil kerja bareng Tembi Rumah Budaya dengan paguyuban dalang muda Sukra Kasih kembali dilakukan pada hari... more » - 21-03-16
Serba Ikan dengan Na
Selain Es Timun Ijem dan Es Timun Emas, pada bulan Maret 2016 ini Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi Rumah Budaya juga menawarkan menu promo serba ikan... more » - 21-03-16
Sastra Bulan Purnama
Sastra Bulan Purnama edisi ke-54 akan melaunching antologi puisi ‘Negeri Laut’, yang menampilkan 175 penyair dari berbagai daerah di Indonesia.... more » - 19-03-16
Napi Perempuan Memba
Kita sudah terbiasa melihat penyair membaca puisi. Tapi, rasanya, kita jarang, atau mungkin belum pernah, melihat napi –narapidana--, lebih-lebih... more » - 19-03-16
Selasa Legi Hari Tid
Pranatamangsa masuk mangsa Kasanga (9), umurnya 25 hari, mulai 1 s/d 25 Maret, curah hujan mulai berkurang. Masa birahi anjing dan sejenisnya.... more » - 19-03-16
Wisrawa (2): Dewi Su
Begawan Wisrawa yang kemudian menduduki tahta, karena menjadi suami Dewi Lokawati sang pewaris tahta, sangat menyadari posisinya. Bahwa dirinya... more » - 19-03-16
Pameran Temporer Yog
Yogyakarta pernah menjadi Ibukota Negara Republik Indonesia selama kurang lebih 4 tahun (4 Januari 1946—27 Desember 1949). Selama itu pula,... more » - 18-03-16
Warna-Warni Seribu T
Ini memang bukan topeng tradisi, yang “pakemnya” sudah dikenali, misalnya topeng Cirebon dan seterusnya. Tapi merupakan topeng kreasi karya murid-... more » - 18-03-16
Lakon Dewa Ruci Dipe
Tidak kurang-kurang Kurawa memperdaya Pandawa agar mereka mati. Namun usahanya tidak pernah berhasil. Hingga akhirnya, Kurawa mempunyai cara untuk... more » - 18-03-16
Lambang Kotapraja di
Berikut ini adalah lambang dari sejumlah kotapraja di Hindia Belanda, yaitu Batavia, Soerabaja, Semarang, Makassar, Medan, Padang, Amboina, Manado,... more »