Pameran Wacinwa di Jogja Gallery

Author:editorTembi / Date:07-10-2014 / Teknis pertunjukan wayang kulit Cina-Jawa sama dengan pergelaram wayang kulit purwa. Hanya saja, busana dalang dan para pengrawitnya menggunakan pakaian sehari-hari, tidak menggunakan beskap.

Satu tokoh wayang bisa diganti dalam beberapa karakter, foto diambil dari katalog
Satu tokoh dengan beberapa karakter

Wacinwa, kependekan dari wayang kulit Cina-Jawa, yang sudah lama tidak dikenal, kembali dimunculkan dalam bentuk pameran koleksi wacinwa, milik museum Sanabudaya. Pameran diselenggarakan 3-10 Oktober 2014 di Jogja Gallery, Jalan Pekapalan, alun-Alun Utara, Yogyakarta. Selain pameran, juga digelar pertunjukan wacinwa.

Memadukan dua tradisi dalam satu medium bernama wayang, merupakan upaya untuk menghidupkan dua tradisi dalam satu ruang yang sama, dalam hal ini ruang Jawa.

Apa yang dilakukan Gan Thwan Sing merupakan silang identitas antara identitas Cina dan Jawa. Pernik-pernik pada wayang kulit Jawa melekat pada wayang kulit Cina, tetapi ‘wajah Cina’ pada wayang kulit Cina dipertahankan. Nama tokoh pada wayang kulit Cina berbeda dengan nama tokoh pada wayang kulit Jawa. Masing-masing tokoh diambilkan dari tradisi budaya bangsanya. Maka, tak ditemukan tokoh Werkudara, Duryudana dan lainnya, apalagi Punakawan.

Wayang yang memerankan rampogan, satu gapit wayang terdiri dari beberapa tokoh yang sama, foto: diambil dari katalog
Rampogan

Werkudara dan Duryudana, dalam wacinwa kedua tokoh tersebut mewakili watak baik dan buruk. Tokoh Werkudara yang kuat, sakti, makannya banyak, terwakili oleh tokoh Si Jin Kwi dari negeri/kerajaan Tong Tya. Sie Jin Kwi merupakan gambaran tokoh wong cilik yang mengabdi pada negerinya sebagai prajurit yang setia, jujur, taat pada perintah/loyal, rendah hati, yang karena ketangkasan dan kepiawiannya dalam berperang kemudian berhasil menjadi senapati perang, dan bahkan dianugerahi posisi sebagai raja muda. Sementara tokoh Duryudana, terwakili oleh tokoh Gab Sah Bun atau Sa Po Tong dari negeri Ko Le Kok.

Kisah cerita yang disampaikan mengambil legenda Tiongkok, tetapi tatacara pertunjukannya mengunakan pakem wayang kulit Jawa. Gan Thwan Singmenuliskan sendiri lakon dan kisahnya menggunakan bahasa dan aksara Jawa, misalnya lakon Rabinipun Raja Ting Jing (Pernikahan Raja Ting Jing).

Tetapi bahasa Jawa yang digunakan bukan bahasa Jawa halus, melainkan bahasa Jawa yang khas digunkana oleh masyarakat Cina peranakan, atau yang dikenal sebagai bahasa Jawa ‘lumrah’.

Teknis pertunjukan wayang kulit Cina-Jawa sama dengan pergelaram wayang kulit purwa. Hanya saja, busana dalang dan para pengrawitnya menggunakan pakaian sehari-hari, tidak menggunakan beskap. Selain itu dalang wayang kulit Cina-Jawa juga harus menguasai gending dan tembang-tembang Jawa, dan menguasai bahasa Jawa yang digunakan di lingkungan masyarakat biasa, pendeta, dewa dan raksasa.

Seperti halnya dalang wayang kulit purwa, dalang wayang kulit Cina-Jawa juga mengucapkan mantra sebelum memulai pertunjukan.Wayang kulit Cina-Jawa bisa dipertunjukkan dimana saja, misalnya kelenteng atau rumah warga yang sedang mempunyai hajatan.

Seperti halnya alat-alat pertunjukan wayang kulit purwa, maka alat-alat pertunjukan wayang kulit Cina-Jawa pun tidak ada bedanya. Kelir, yaitu tirai atau layar kain putih ukuran 130 x 300 cm yang direntangkan pada dua buah tiang. Kelir buatan Gan Thwan Sing, diberi tulisan bahasa Melayu di tengah sisi bawah, yang berbunyi: “Terbikin Gan Thwan Sing –Djogdja, 27 November 1942. Selain itu, pada pertunjukan wayang kulit Cina-Jawa juga terdapatkambi kelir, kotak, cempolo, kepyak, blencong, sapit blencong dan gedebog.

Liau Hou, panglima perang dalam wayang kulit Cina-Jawa, foto:diambil dari katalog
Liau Hou, Panglima Perang

Dwi Woro Retno Mastuti, dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, yang melakukan penelitian wayang Cina-Jawa menjelaskan, bahwa tata cara pertunjukan tidak berbeda dengan wayang kulit purwa, yang terbagi dalam tiga pembabakan. Pertama: babak awal pertunjukan diiringi dengangendhing-gendhing pathet nem. Kedua: babak pertengahan, dalang memberi isyarat kepada pemusik (niyaga) agar sejenak membunyikan gendhing lindurdan disusul dengan gendhing patehet sanga. Ketiga: babak akhir pertunjukan diiringi dengan gendhing pathet manyura. Sebagai penutup, iringan musik gamelan menyajikan gendhing ayak-ayakan pamungkas.

Selain pameran wayang kulit Cina-Jawa juga digelar petunjukan ketoprak lesehan mengangkat lakon Sudiro Tanding, yang diolah dari buku Sie Djin Koei Tjeng Tang, dalam lakon-lakon ketoprak nama tersebut diganti menjadi Sudiro.

Ons Untoro 
Foto: katalog pameran

Berita budaya

Latest News

  • 26-12-14

    Voice of Asmat, Perp

    Pertunjukan musik akustik dibawakan sekelompok anak muda berbakat, yaitu Putri Soesilo, Aji Setyo, Dika Chasmala, dan Alwin. Mereka memadukan rasa... more »
  • 26-12-14

    Puntadewa Masuk Nera

    Puntadewa tersentak hatinya. Ia tidak dapat membayangkan betapa sakit dan sengsara keempat adiknya. Tanpa berpikir panjang, Puntadewa bergegas... more »
  • 24-12-14

    Rumah Kebangsaan. Da

    KRT Jayadipura adalah salah satu tokoh gerakan kebangsaan. Karena itu, tidak heran apabila dalem Jayadipuran sering dipakai untuk pertemuan atau... more »
  • 24-12-14

    Cuplikan dari Festiv

    Kirab atau pawai ini merupakan awal atau pembukaan Festival Seni Budaya Klasik yang diselenggarakan oleh Pura Paku Alaman pada tanggal 17-20 Desember... more »
  • 23-12-14

    Gladhen Tembang Maca

    Pada Gladhen 22 ini tembang yang dipakai untuk belajar adalah tembang Asmarandana yang dilagukan dengan notasi Slobok. Sedangkan teks tembang,... more »
  • 23-12-14

    Pembacaan Puisi untu

    Jalan menuju Desa Kedunggubah sedikit terjal, dan terasa agak terpencil, jauh dari pusat kota. Jalann menuju desa bukan hanya berlubang, tetapi juga... more »
  • 23-12-14

    Pameran Tunggal Visu

    Bulan Desember 2014 ini Ong ditantang untuk berpameran tunggal oleh Bentara Budaya Yogyakarta, yang sempat membuat dirinya ragu-ragu, antara meng-iya... more »
  • 22-12-14

    Ini Buku Akutansi Za

    Perpustakaan Tembi, yang terbuka untuk umum, menyimpan buku kuno ini yang berisi tentang pengantar ilmu dagang. Istilah sekarang akuntansi. Buku... more »
  • 22-12-14

    “Kecubung Pengasihan

    Perkumpulan Seni Nusantara Baca (PSBN) menggarap cerpen karya Danarto itu menjadi sebuah pertujukan, yang memadukan antara musik, alunan dan... more »
  • 22-12-14

    Tangis Gandrik dalam

    Lakon Tangis yang merupakan naskah karya almarhum Heru Kesawa Murti yang berjudul Tangis, memang menyuguhkan kritik sosial tentang pusaran tipu-tipu... more »