Mengungkap Keprihatinan Sastra Jawa
Author:editorTembi / Date:18-09-2014 / Ada cukup banyak keprihatinan berkaitan dengan kehidupan sastra Jawa yang sepertinya hidup segan mati tak mau. Kondisi demikian sesungguhnya juga telah dirasakan dan dikeluhkan sejak awal 1990-an.
Suasana Seminar Pra Temu Sastra Jawa di Hotel Brongto Yogyakarta
Mengawali rencana pertemuan dan rembug Temu Sastra Jawa 25-27 September 2014, Dinas Kebudayaan DIY melaksanakan seminar Pra Seminar Pra Temu Sastra Jawa. Acara tersebut dilangsungkan di Hotel Brongto, Jl Suryodiningratan, Yogyakarta pada hari Rabu, 10 September 2014. Acara tersebut menghadirkan tiga narasumber, masing-masing R Bambang Nursinggih, SSn (guru, penari, sastrawan Jawa), Drs H Abdullah Purwodarsono (pendiri dan pemimpin majalah berbahasa Jawa Djaka Lodang), dan Dr Suwardi Endraswara (dosen UNY, sastrawan Jawa).
Seminar Pra Temu Sastra Jawa ini pada intinya membicarakan agenda dan materi apa yang mesti diolah, dirembug dan dipecahkan bersama sehubungan dengan kehidupan sastra Jawa yang dipandang terus mengalami kemunduran atau kemuraman. Hal ini kemudian akan dirumuskan dan kemudian disampaikan kepada pemerintah, dalam hal ini Dinas Kebudayaan, agar bisa ditindaklanjuti.
Ada cukup banyak keprihatinan berkaitan dengan kehidupan sastra Jawa yang sepertinya hidup segan mati tak mau. Kondisi demikian sesungguhnya juga telah dirasakan dan dikeluhkan sejak awal 1990-an. Namun hingga kini pun kehidupan sastra Jawa tetap memprihatinkan. Bahkan boleh dikatakan terus mengalami kemunduruan, baik dari sisi produktivitas maupun kualitasnya.
Dwianto Budi Utomo, Kasi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan DIY
memberikan sambutan di samping moderator, Tatiek Poerwa Kalingga
Beberapa indikasi dari penyebab kemunduran kehidupan sastra Jawa disebutkan di antaranya mungkin karena dunia sastra Jawa memang mengalami stagnasi dari sisi kreasi. Bahasa Jawa tidak lagi menjadi bahasa ibu sekalipun pada keluarga-keluarga Jawa. Kurikulum 2013 kurang bersahabat terhadap bahasa Jawa (lokal) dibandingkan kurikulum 2006 meskipun kurikulum 2006 sendiri sebenarnya juga kurang bersahabat dengan bahasa Jawa. Penerbitan sastra Jawa semakin tenggelam dibandingkan penerbitan lain. Rekruitmen CPNS untuk guru bahasa Jawa belum menggembirakan, dan generasi muda semakin tenggelam dengan alat komunikasi modern yang di dalamnya seperti mengharuskan penggunaan bahasa/kode berbahasa asing.
Kemunduran sastra (dan bahasa Jawa) pada gilirannya juga berdampak pada kemunduran pembentukan budi pekerti anak-anak Jawa itu sendiri. Generasi muda semakin banyak yang tidak tahu unggah-ungguh, tatakrama, dan berbagai makna filososi kehidupan yang ada dan yang sebenarnya dihidupi dalam kebudayaan yang melingkupi, yang menjadi habitatnya sendiri. Generasi tua pun bertanggung jawab akan hal ini.
Ketidakberlangsungan transfer budaya dan tata nilai kepada generasi muda adalah juga akibat golongan generasi tua mulai enggan memperkenalkan nilai-nilai dan materi kebudayaannya sendiri kepada generasi muda. Hal demikian itu seperti lingkaran setan yang tidak berujung pangkal.
Dua narasumber dari kiri ke kanan,
R. Bambang Nursinggih, S.Sn, Drs. H. Abdullah Purwodarsono,
dan Suwandi selaku notulen
Di balik keprihatinan yang sebenarnya merupakan keluhan klasik ini ada juga contoh-contoh yang memberikan harapan. Setidaknya ada cukup banyak sanggar, komunitas-komunitas, media, dan lain-lain yang masih setia dan gembira bergulat dengan sastra dan bahasa Jawa. Kehidupan yang demikian ini perlu terus dipupuk. Dokumentasi, inventarisasi, penerbitan publikasi, distribusi karya sastra dalam bentuk buku menjadi penting pada sisi ini. Daripadanya sastra Jawa akan dikenal, diapreasiasi, dan semakin dihargai. Bukan hanya di tingkat lokal, namun juga dunia. Terobosan/dobrakan dalam hal ini sangat diperlukan.
Naskah dan foto: A. Sartono
Berita budayaLatest News
- 20-09-14
Denmas Bekel 20 Sept
more » - 20-09-14
Pesona Bahasa Nusant
Judul : Pesona Bahasa Nusantara Menjelang Abad ke -21 Penyusun : Parakitri T. Simbolon Penerbit : PMB-LIPI, KPG & The Ford... more » - 20-09-14
Orang Jumat Pon Hati
Gaya bicara orang Jumat Pon menyenangkan. Hatinya baik, tidak mempunyai nafsu jahat, kuat untuk menahan tidur, cepat mencapai sejahtera lahir batin,... more » - 19-09-14
Kirab Ki Ageng Tungg
Dapat dipastikan bahwa upacara tersebut dilaksanakan pada setiap habis masa panen rendhengan atau panen raya di akhir musim penghujan yang biasanya... more » - 19-09-14
Malam Ini Landung Si
Berbeda dengan pembacaan-pembacaan Diponegoro oleh Landung sebelumnya, kali ini episode yang diangkat adalah sejak lahir hingga kematian pangeran... more » - 19-09-14
Sajian Lagu-lagu The
Musik The Beatles dihadirkan berbeda oleh Anime String Orchestra dengan konduktor Haryo “Yose” Soejoto. Musik-musik The Beatles, yang digubah oleh... more » - 18-09-14
Mengungkap Keprihati
Ada cukup banyak keprihatinan berkaitan dengan kehidupan sastra Jawa yang sepertinya hidup segan mati tak mau. Kondisi demikian sesungguhnya juga... more » - 18-09-14
Didiet Maulana Tetap
Didiet tetap bekerja keras memertahankan konsistensinya dalam melestarikan kain tradisional. Ia punya harapan generasi muda semakin mengenal kekayaan... more » - 18-09-14
Museum Tembi Menampi
Pada penampilan Karnaval Museum yang digelar Kamis sore 4 September 2014, Museum Tembi fokus menampilkan koleksi yang berkaitan dengan dolanan kuda... more » - 17-09-14
Parade Jus Sehat nan
Selain menu makanan, untuk bulan September 2014 ini Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi juga merilis menu minuman sehat segar. Ada pun jenis-jenis... more »