Kegetiran di Balik Foto Diego Zapatero
05 Jan 2016 Adalah Diego Zapatero, orang dari Spanyol yang hobinya memotret. Dalam dua tahun terakhir ini ia berada di Indonesia, dan menetap di Yogyakarta. Di kota ini Diego terinspisari oleh foto-foto karya seorang juru potret keraton yang lahir 15 Februari 1844 yaitu Kasijan Chepas. Menurut Diego Zapatero, foto-foto yang dihasilkan Kasijan Chepas sangat menarik dalam hal pengaturan komposisi. Kasijan mampu menata elemen dalam fotografi yang meliputi garis, bentuk, warna atau gelap terang dengan sangat harmonis, sehingga menghasilkan sebuah karya foto yang mampu mengekspresikan perasaannya.Atas kemampuan Kasijan Chepas yang luar biasa itulah Diego tergerak hatinya untuk belajar lewat karya-karya Kasijan. Maka dalam petualangannya ia bertemu dengan Patrick Vanhoebrouck dari Belgia yang sudah terlebih dahulu tinggal di Yogyakarta untuk belajar budaya Jawa secara mendalam. Oleh Patrick, Diego dipertemukan kepada Mbah Sugi, sesepuh kelompok wayang topeng Klana Panji di Dusun Karangduwet, Gunungkidul, Yogyakarta.
Di dusun kawasan pegunungan kidul itulah Diego Zapatero mengamati dari dekat kelompok wayang topeng, yang akan dijadikan subyek karya fotografinya. Diego disarankan Patrick yang oleh kelompok wayang topeng dipanggil Petruk, agar terlebih dahulu ‘manjing ajur ajer,’ atu melebur dengan kelompok wayang topeng dan masyarakat sekitar, agar menemukan rohnya, sebelum menghasilkan karya-karya fotografi.
Ternyata dengan dipandu oleh Patrick Vanhoebrouck, sesama kulit putih yang njawani, Diego dengan cepat dapat menangkap serta merasakan roh yang ada di kelompok wayang topeng tersebut. Maka kemudian, Diego benar-benar menjadi bagian dari mereka. Bahkan kemudian Diego Zapatero diangkat anak oleh Mbah Sugi sesepuh kelompok wayang topeng, dan diberi nama Paijo.
Dengan model pendekatan partisipatif, Paijo (Diego) dan Petruk (Patrick) dapat mewujudkan gagasannya untuk mendokumentasikan kelompok wayang topeng Klana Panji di Dusun Karangduwet dalam bentuk fotografi. Seperti foto-foto yang dihasilkan Kasijan Chepas, demikianlah harapan Diego Zapatero.
Memang pada awalnya Diego mempelajari, bagaimana cara Kasijan Chephas mengekspresi perasaannya ke dalam foto-foto hasil jepretannya. Namun pada kenyataannya, Diego telah menjalani laku tersendiri untuk merasakan pahit-getirnya kesenian wayang topeng Klana Panji yang bertahan hingga saat ini, untuk diekspresikan dalam wujud karya fotografi.
Pada November 2015, foto-foto Diego Zapatero dipamerkan di Museum Sonobudoyo dalam tajuk ‘Power of Topeng.’ Dalam acara sarasehan yang digelar, bersama Patrick Vanhoebrouck sebagai narasumber, Diego membeberkan proses pemotretan dan proses pengolahan gambar sehingga menghasilkan foto hitam putih yang memberi kesan masa lalu yang eksotik.
Tetapi benarkah, melalui foto-foto karya Diego, pemirsa dapat merasakan apa yang ada di balik foto-foto tersebut. Kepahitan hidup serta kegetiran nasib yang dirasakan oleh kelompok wayang topeng di zaman ini. Seperti yang dituturkan Patrick Vanhoebrouck, bahwa wayang topeng Klana Panji di Dusun Karangduwet dapat dikatakan, hidup segan mati tak hendak. Kesenian tersebut tidak pernah ditanggap, sudah tidak mempunyai masyarakat pendukung. Namun yang menjadikan kelompok ini masih bertahan adalah mereka harus pentas atas inisiatif sendiri setiap 3 tahun sekali. Pasalnya pernah suatu kali kelompok wayang topeng ini tidak pentas, sumber mata air setempat kering. Oleh karenanya sejak itu mereka tidak berani main-main. Paling tidak, setiap 3 tahun, mereka mengeluarkan topeng dan kostum wayang dari gudang, untuk dibersihkan debunya dan dipakai pentas.
Namun jika pemirsa belum mampu menangkap kepahitan serta kegetiran kelompok wayang topeng Klana Panji pada karya-karya fotografi Paidjo, paling tidak foto-foto tersebut telah mempublikasikan bahwa di Karangduwet, Gunungkidul, Yogyakarta, pernah dan ‘masih’ ada wayang topeng Klana Panji yang mulai dilupakan oleh masyarakat.
Herjaka HS
Berita BUDAYABaca Juga
- 11-01-16
Kirab Ageng KGPAA Paku Alam X Setelah Penobatan
Pada Kamis Legi, 7 Januari 2016, waktu sore hari, Kadipaten Pura Paku Alaman Yogyakarta menggelar Kirab Ageng Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya... more » - 11-01-16
Pameran Lukisan Permanen di Warung Butet
Para tokoh tingkat nasional, yang kini sudah tiada, yang dulu pernah berproses di Yogyakarta, bisa ditemukan di dinding Waroeng Bu Ageng, Jalan... more » - 04-01-16
Penghargaan Anugerah Budaya 2015 Kepada Pelaku Budaya DIY
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui Dinas Kebudayaan DIY memberikan penghargaan Anugerah Budaya 2015 kepada 14 pelaku budaya DIY yang... more » - 18-12-15
Museum Pleret Bantul Ajak Masyarakat Lestarikan Situs
Kegiatan yang digelar pada Minggu 13 Desember 2015 itu memang diprioritaskan untuk melibatkan langsung masyarakat dengan harapan agar masyarakat... more » - 15-12-15
Kamus “Baoesastra Djawa” Sudah Bisa Disimak di Android
Pembuatan aplikasi bahasa Jawa tersebut dimaksudkan untuk menyasar kaum muda supaya lebih mudah belajar bahasa Jawa. Maklum, kebanyakan anak muda... more » - 12-12-15
Pasar Keroncong Kota Gede Digelar Sore Ini
“Pasar Keroncong Kota Gede” diselenggarakan Sabtu ini, 12 Desember 2015, pukul 16.00-24.00 WIB. Sesuai dengan nama acara, pertunjukan ini akan... more » - 12-12-15
Sanggar Kummis Terbaik di Festival Teater Jakarta 2015
Festival Teater Jakarta 2015 sudah berakhir, Sanggar Kummis dari STIE Ahmad Dahlan, Jakarta berhasil menyabet juara pertama kelompok teater terbaik... more » - 04-12-15
Festival Teater Jakarta 2015: Menata Laku, Menata Panggung
Tatanan estetika panggung dan tata cahaya menjadi tema besar perhelatan akbar tahunan Festival Teater Jakarta yang ke-43. Bagaimana pekerja teater... more » - 04-12-15
Museum Benteng Vredeburg Gelar Pasar Malam
Event museum di malam hari diminati oleh para pengunjung, terutama kaum muda. Apalagi, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tampak begitu romantis... more » - 02-12-15
Membaca Cerkak dan Geguritan untuk Melihat Dunia
Secara keseluruhan pembacaan karya sastra di Balai Bahasa Yogyakarta oleh SSJY ini berjalan dengan menyenangkan, akrab, sekalipun dilaksanakan secara... more »
Artikel Terbaru
- 13-01-16
Sensasi Merapi dalam
Kenangan dan penghargaan atas keberadaan gunung bisa saja dilakukan melalui kuliner. Mengapa tidak ? hal itulah yang dilakukan Warung Dhahar (WD)... more » - 13-01-16
Buku Propaganda Jepa
Buku berbahasa dan beraksara Jawa ini dikarang oleh orang Jepang T Murakami tahun 1945 (dalam naskah asli tertulis tahun Jepang 2605) yang... more » - 12-01-16
Gapura Bajang Ratu 8
Foto tersebut adalah Gapura Bajang Ratu, salah satu sisa peninggalan Keraton Majapahit. Foto ini dibuat pada kisaran tahun 1930-an. Tampaknya... more » - 12-01-16
Ki Seno Nugroho Dala
Nugroho, ganjaran, peparing atau anugerah adalah ‘kabegjan’ yang diberikan Tuhan kepada umatnya. Turunnya nugroho bukan karena prestasi... more » - 11-01-16
Citraksi dan Citraks
Dari seratus anak Dewi Gendari, hasil pernikahannya dengan Adipati Destarastra, dua diantaranya lahir kembar, yang diberi nama Citraksa dan... more » - 11-01-16
Kirab Ageng KGPAA Pa
Pada Kamis Legi, 7 Januari 2016, waktu sore hari, Kadipaten Pura Paku Alaman Yogyakarta menggelar Kirab Ageng Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya... more » - 11-01-16
Pameran Lukisan Perm
Para tokoh tingkat nasional, yang kini sudah tiada, yang dulu pernah berproses di Yogyakarta, bisa ditemukan di dinding Waroeng Bu Ageng, Jalan... more » - 09-01-16
Senin Kliwon Hari Ba
Perhitungan ini sering disebut perhitungan Panca Suda. Panca = 5 dan suda = kurang. Maksudnya 5 dikurangi 1 atau 5 kurang 1 sama dengan 4. Ada empat... more » - 09-01-16
Serunya Kegiatan Ont
Rendi tidak menyangka sama sekali, ketika mengikuti kegiatan ontheling di Tembi bersama grupnya dari PT Unilever Jakarta... more » - 09-01-16
Denmas Bekel 9 Janua
Denmas Bekel 9 Januari 2016 more »