Akhir Festival Ketoprak Antarkecamatan Kota Yogyakarta

Author:editorTembi / Date:06-11-2014 / Festival ketoprak antarkecamatan kota Yogyakarta ini memang bertujuan untuk memberdayakan warga kota Yogyakarta dalam hal ketoprak karena ketoprak merupakan salah satu jenis kesenian khas yang menjadi salah satu identitas Yogyakarta. Sedikit kelemahan dari festival ini adalah semangat pemberdayaannya belum diikuti dengan pemilihan lakon yang tepat.

Para pemenang dalam Festival Ketoprak Antarkecamatan Kota Yogyakarta, difoto: Minggu, 26 Oktober 2014, foto: a.sartono
Para pemenang dalam Festival Ketoprak Antarkecamatan Kota Yogyakarta

Festival Ketoprak Antarkecamatan Kota Yogyakarta yang dimulai tanggal 20 Oktober 2014 berakhir pada hari Minggu, 26 Oktober 2014. Sebagai penampil terakhir dalam acara itu adalah kontingen Kecamatan Gondokusuman dengan lakon Gara-gara Kali Brantas dan kontingen Kecamatan Mantrijeron dengan lakon Nyi Sagopi. Penampilan dua kontingen terakhir ternyata cukup memikat penonton. Iringan gending tampak cukup serasi dengan pengadeganan. Demikian pun penggantian atau perubahan setting (dekorasi) tampak cukup cepat. Mikrofon klip on pun hanya beberapa yang mengalami kendala (mati).

Dari sekian perjalanan festival ini dewan juri mengusulkan diadakan workshop, yakni workshop iringan, penyutradaraan, tata rias dan busana, dan lain-lain yang berhubungan dengan dunia ketoprak. Harapannya workshop tersebut dapat dilakukan di kecamatan-kecamatan sehingga dengan demikian generasi muda di masing-masing kecamatan yang tertarik untuk menekuni dunia ketoprak dapat tampil lebih baik lagi.

Kontingen dari Kecamatan Mantrijeron, difoto: Minggu, 26 Oktober 2014, foto: a.sartono
Kontingen dari Kecamatan Mantrijeron

Festival ketoprak antarkecamatan kota Yogyakarta ini memang bertujuan untuk memberdayakan warga kota Yogyakarta dalam hal ketoprak karena ketoprak merupakan salah satu jenis kesenian khas yang menjadi salah satu identitas Yogyakarta. Sedikit kelemahan dari festival ini adalah semangat pemberdayaannya belum diikuti dengan pemilihan lakon yang tepat. Selain itu, keberagaman lakon menjadi indikasi yang baik bagi ketoprak yang artinya bisa nut jaman kelakone (bisa menyesuaikan perkembangan zaman). Festial juga dilakukan dalam rangka revitalisasi ketoprak dan nilai-nilai budaya lokal yang bergreget (semangat dan gaya) Yogyakarta.

Selain itu, dewan juri juga menyampaikan catatan lain di antaranya : beberapa kontingen tampak asyik dengan naskah sehingga kurang memedulikan iringan. Penjiwaan atau greget banyak yang belum terbangun. Pengetahuan kesejarahan akan sebuah kerajaan dan silsilahnya juga banyak yang lemah.

Sekalipun urusan sound system dan klip on sering kacau, dewan juri menyatakan bahwa hal itu tidak menjadi pertimbangan atau mempengaruhi penilaian. Kekurangan keprak dan tembang juga tidak mengurangi nilai. Akan tetapi kontingen yang melengkapi ketopraknya dengan keprak dan tembang mendapatkan nilai khusus. Kelambatan pergantian setting juga tidak mempengaruhi penilaian. Selain itu, gaya penampilan ketoprak dalam pentas juga tidak harus gaya pendapan sekalipun tempat pertunjukan tersebut dilakukan di dalam pendapa.

Kontingen dari Kecamatan Gondokusuman, difoto: Minggu, 26 Oktober 2014, foto: a.sartono
Kontingen dari Kecamatan Gondokusuman

Dari festival itu akhirnya diperoleh para pemenang sebagai berikut. Juara Harapan II adalah Kecamatan Gedong Tengen (nilai 5215), Juara Harapan I adalah Kecamatan Danurejan (nilai 5270), Juara III Kecamatan Wirobrajan (nilai 5305), Juara II Kecamatan Mantrijeron (nilai 5450), Juara I Kecamatan Paku Alaman (nilai 5505). Masing-masing pemenang berhak mendapatkan uang pembinaan, sertifikat, dan tropi.

Untuk sutradara terbaik dimenangkan oleh Kecamatan Paku Alaman (Fery Febrianto Hartono). Sedangkan nominasinya adalah Kecamatan Paku Alaman dan Kecamatan Mantrijeron. Pemeran putra terbaik adalah Raden Condrokusumo (oleh Dahono) dari Kecamatan Danurejan. Sedangkan nominasinya adalah Kecamatan Gedong Tengen dan Kecamatan Paku Alaman. Pemeran putri terbaik adalah Kecamatan Kotagede (Ilalang) dan nominasinya dari Kecamatan Jetis dan Kecamatan Paku Alaman.

Penata iringan terbaik adalah Kecamatan Mantrijeron, sedangkan nominasinya adalah Kecamatan Wirobrajan dan Paku Alaman. Penata rias dan busana terbaik adalah Kecamatan Paku Alaman, sedangkan nominasinya adalah Kecamatan Mantrijeron dan Kecamatan Gedong Tengen.

Dewan juri, dari kiri ke kanan, Drs. Joko Budiarjo, Dra. Bernadeta Ginting Srihanjati, MSi., Marjiyo, AMD, dan Dr. Paulus Ari Subagyo, difoto: Minggu, 26 Oktober 2014, foto: a.sartono
Dewan juri, dari kiri ke kanan, Drs. Joko Budiarjo, 
Dra. Bernadeta Ginting Srihanjati, MSi., Marjiyo, AMD, 
dan Dr. Paulus Ari Subagyo

Bertindak sebagai dewan juri dalam festival ini adalah Marjiyo, AMD., Dra. Bernadeta Ginting Srihanjati, MSi., Untung Mulyono, S.Sn., MS., Drs. Joko Budiarjo, dan Dr. Paulus Ari Subagyo.

a.sartono

Berita budaya

Latest News

  • 26-12-14

    Voice of Asmat, Perp

    Pertunjukan musik akustik dibawakan sekelompok anak muda berbakat, yaitu Putri Soesilo, Aji Setyo, Dika Chasmala, dan Alwin. Mereka memadukan rasa... more »
  • 26-12-14

    Puntadewa Masuk Nera

    Puntadewa tersentak hatinya. Ia tidak dapat membayangkan betapa sakit dan sengsara keempat adiknya. Tanpa berpikir panjang, Puntadewa bergegas... more »
  • 24-12-14

    Rumah Kebangsaan. Da

    KRT Jayadipura adalah salah satu tokoh gerakan kebangsaan. Karena itu, tidak heran apabila dalem Jayadipuran sering dipakai untuk pertemuan atau... more »
  • 24-12-14

    Cuplikan dari Festiv

    Kirab atau pawai ini merupakan awal atau pembukaan Festival Seni Budaya Klasik yang diselenggarakan oleh Pura Paku Alaman pada tanggal 17-20 Desember... more »
  • 23-12-14

    Gladhen Tembang Maca

    Pada Gladhen 22 ini tembang yang dipakai untuk belajar adalah tembang Asmarandana yang dilagukan dengan notasi Slobok. Sedangkan teks tembang,... more »
  • 23-12-14

    Pembacaan Puisi untu

    Jalan menuju Desa Kedunggubah sedikit terjal, dan terasa agak terpencil, jauh dari pusat kota. Jalann menuju desa bukan hanya berlubang, tetapi juga... more »
  • 23-12-14

    Pameran Tunggal Visu

    Bulan Desember 2014 ini Ong ditantang untuk berpameran tunggal oleh Bentara Budaya Yogyakarta, yang sempat membuat dirinya ragu-ragu, antara meng-iya... more »
  • 22-12-14

    Ini Buku Akutansi Za

    Perpustakaan Tembi, yang terbuka untuk umum, menyimpan buku kuno ini yang berisi tentang pengantar ilmu dagang. Istilah sekarang akuntansi. Buku... more »
  • 22-12-14

    “Kecubung Pengasihan

    Perkumpulan Seni Nusantara Baca (PSBN) menggarap cerpen karya Danarto itu menjadi sebuah pertujukan, yang memadukan antara musik, alunan dan... more »
  • 22-12-14

    Tangis Gandrik dalam

    Lakon Tangis yang merupakan naskah karya almarhum Heru Kesawa Murti yang berjudul Tangis, memang menyuguhkan kritik sosial tentang pusaran tipu-tipu... more »