Upacara Adat
Author:editortembi / Date:21-03-2014 /
Judul : Upacara Adat
Penulis : Noor Sulistyobudi, S.H., dkk
Penerbit : BPNB, 2013, Yogyakarta
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : xv + 179
Buku ini berisi tiga upacara adat yang masih berlangsung sampai saat ini. Ketiganya adalah upacara ruwatan Padepokan Segaragunung di Kabupaten Karanganyar; Sedekah Laut di Kabupaten Bantul; dan Sedekah Bumi di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Upacara adat yang banyak terdapat di Indonesia selalu menghadapi persoalan, terkait dengan keberadaannya di tengah kehidupan yang selalu berubah. Mau tidak mau upacara adat akan terus bertemu dan berinteraksi dengan berbagai macam hal, seperti ekonomi, politik, kepercayaan/keagamaan, teknologi maupun gaya hidup. Dengan demikian, pendukung dan pelakunya tidak hanya bersinggungan dengan nilai-nilai lokal, tetapi juga dengan nilai-nilai lain yang pengaruhnya relatif berbeda dari waktu ke waktu.
Interaksi antara nilai-nilai lokal dan nilai-nilai baru ini menyebabkan banyak upacara adat yang semakin tergeser dan tidak mampu bertahan. Tetapi tidak sedikit pula yang mampu bertahan. Dalam hal ini pendukung dan pelaku upacara adat akan menginterpretasikan kembali nilai-nilai lokal dalam upacara adat dengan nilai-nilai baru yang masuk.
Buku ini berisi tiga upacara adat yang masih berlangsung sampai saat ini. Ketiganya adalah upacara ruwatan Padepokan Segaragunung di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah; Sedekah Laut di Ngentak, Poncosari, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, Yogyakarta ;dan Sedekah Bumi di Desa Kedungsuren, Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Yang dibahas adalah gambaran penyelenggaraan upacara serta persinggungan antara nilai-nilai lokal dan nilai-nilai baru. Makna simbolik yang terkandung di dalam upacara adat akan berinteraksi dan bersinergi dengan nilai-nilai lain sesuai perkembangan zaman. Sehingga muncul ruang bagi pertemuan antara kepentingan lokal (keselamatan, ucapan syukur, keharmonisan dan lain-lain) dengan kepentingan lain (modern) seperti hiburan, wisata, sosialisasi, dan ekonomi.
Baca yuk ..!
M. Kusalamani
Bale Dokumentasi Resensi BukuLatest News
- 29-04-14
Dinding, Ingatan dan
Empat orang arsitek yakni Aditya Novali, Eko Prawoto, Iswanto Hartoni dan Titin Yulia, merespon dinding sebagai basis karyanya, yang dipamerkan pada... more » - 29-04-14
Langgar Duwur Jagala
Langgar duwur bisa diartikan sebagai surau yang berada di bangunan atas rumah. Bentuknya seperti bangunan yang ditempelkan pada bangunan induk (rumah... more » - 29-04-14
Ora Polo Ora Uteg
Peribahasa ini sebenarnya terkesan kasar. Umumnya peribahasa ini hanya digunakan terhadap orang yang sudah tidak bisa diberi nasihat, karena orang... more » - 28-04-14
Brieven, Kotak Surat
Gedung atau bangunan zaman Belanda memang pada umumnya mempunyai kotak surat macam itu. Pada perkembangan zaman selanjutnya, kotak surat-surat tak... more » - 28-04-14
Balasrewu Dipenuhi N
Ada dua hal yang menyebabkan seorang ksatria titisan Dewa Wisnu dan titisan Dewa Darma berubah menjadi Balasrewu, yaitu karena marah besar dan atau... more » - 28-04-14
Pameran Karya Syahna
Bagi Syahnagra kesenian adalah kemerdekaan, kebahagiaan, kebebasan/kemerdekaan, dan keindahan. Idealisme berkesenian baginya demikian penting karena... more » - 28-04-14
Mahasiswa Australia
Ketika mereka masuk ke pasar tradisional berlantai tanah dengan atap lapak berupa seng dan aneka kain yang letaknya relatif rendah terpaksalah mereka... more » - 26-04-14
Bahaya Bagi Orang Wu
Orang Wuku Warigagung hemat dan pandai mencari nafkah, namun kemauannya keras, punya watak sombong dan suka banyak bicara. Oleh karena kerja kerasnya... more » - 26-04-14
Sri Sultan Hamengkub
Sebagai seorang raja Yogyakarta, HB IX juga dikenal sangat dekat dengan rakyatnya dan dikenal dengan prinsipnya “Tahta Untuk Rakyat”. Bahkan semasa... more » - 26-04-14
Gudeg Mercon Asem Ge
Bu Tinah ingin membuat terobosan baru. Jadilah ia memadukan gudeg konvensional (basah) dengan Oseng-oseng Mercon, yang berupa oseng-oseng kikil dan... more »