Pameran Fotografi FOM, Menangkap Keresahan

19 Apr 2016 Tidak pelak lagi foto merupakan bentuk paling mutakhir dari aktivitas rekam peristiwa atau momentum. Aktivitas, peristiwa, dan momentum dapat “dibekukan” sesuai dengan realitanya. Berbeda dengan lukisan yang di dalamnya terkandung unsur skill individual, persepsi, interpretasi, dan bahkan juga mood dari pelukisnya.

Bila pada awalnya bahwa realita direkam dalam bentuk lukisan atau bahkan teks, maka perlahan namun pasti kamera fotografi dapat memgambil alih peran-peran tersebut. Tentu, masing-masing hal itu memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri. Fotografi sendiri dianggap sebagai cermin yang memperlihatkan realitas maupun kejadian nyata di dunia ini secara sempurna. James Nacthwey, seorang fotografer kelas dunia, menyatakan, “Saya sedang mengerjakan sebuah cerita yang perlu diketahui oleh seluruh dunia. Saya ingin berbagi kepada Anda untuk membantu saya memecahkannya dengan cara memberikan bukti spektakuler dari kekuatan fotografi sebagai media berita di era digital.”

Berdasarkan pernyataan tersebut disadari bahwa fotografi bisa menangkap isu-isu sosial yang sedang terjadi dan berdampak besar untuk sebuah perubahan. Kekuatan fotografi sebagai bentuk sebuah perubahan juga digunakan oleh seorang fotografer yang bernama Lewis Hine yang merasakan keresahan para pekerja di bawah umur di New York pada tahun 1908. Karya Lewis Hine berhasil membuat Kongres Amerika Serikat mengeluarkan peraturan yang melarang praktek pekerja di bawah umur.

Keresahan juga ditangkap oleh UKM Fotografi yang bernama FOM yang berasal dari Kampus Multi Media Training Center Yogyakarta untuk menyelenggarakan pameran fotografi yang bertemakan keresahan. Pameran itu mereka selenggarakan di Bentara Budaya sejak tanggal 15-17 April 2016. Pameran yang diikuti oleh 20 fotografer dan menampilkan 31 karya foto ini dibuka oleh Prof. Soeprapto Soedjono, MFA., Ph.D. Pameran fotografi ini juga didedikasikan untuk penggalangan dana bagi para penyandang difabel di Panti Asuhan Bina Siwi Pajangan, Bantul.

Para mahasiswa itu memberikan interpretasi dan persepsi mereka tentang keresahan melalui karya fotografi. Harapannya realitas “keresahan”  ini juga menjadi sesuatu yang membangkitkan kesadaran, kepekaan, empati, dan tanggapan bagi semua orang untuk dapat menjalani hidup reflektif, introspektif, dan semakin peduli pada lingkungan dan sesama.

Hal demikian dapat dicermati dalam karya-karya mereka yang tidak hanya menangkap keresahan berdasarkan pengalaman dirinya sendiri melainkan juga rasa gelisah mereka terhadap kondisi lingkungan (alam dan sosial). Keresahan terhadap kondisi alam yang semakin sakit, manusia yang tidak peduli lingkungan, keresahan terhadap perkembangan teknologi yang menjarakkan batin manusia satu dengan lainnya, dan lain sebagainya. Selain itu, karya-karya yang disuguhkan juga berasal dari banyak jenis fotografi, yakni foto jurnalistik, fine art, hingga still life. Demikian antara lain yang dinyatakan oleh Dewi Sartika Bukit, M.Sn. selaku kurator pameran ini.

Mungkin hal lain yang perlu dicatat dalam pameran ini adalah tiadanya keterangan identitas foto yang antara lain menyangkut ukuran foto, lokasi pemotretan, tanggal pemotretan, diafragma, kecepatan, dan lain-lain, termasuk presentasi yang sebaiknya dilakukan dalam bingkai yang lebih representatif.

Naskah dan foto:a.sartono

Penangkap Rasa karya Krisna Aditya, difoto: 15 April 2016, foto: a.sartono Usang karya Vika Amalia J, difoto: 15 April 2016, foto: a.sartono Politik Kucing karya Ni Nengah Julia P., difoto: 15 April 2016, foto: a.sartono Suasana pembukaan Pameran Foto FOM, Kita Di Sini: Keresahan di Bentara Budaya Yogyakarta, difoto: 15 April 2016, foto: a.sartono Tua Renta karya Novita Sari, difoto: 15 April 2016, foto: a.sartono SENI RUPA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 23-04-16

    Rabu Paing Tidak Bai

    Pranatamangsa masuk mangsa kasebelas atau disebut Desta. Mangsa Desta ini umurnya 23 hari, mulai 19 April s/d 11 Mei. Musim panen padi dan umbi-... more »
  • 23-04-16

    Supaya Dusun Ayem Te

    Merti dapat diartikan menjaga, memelihara, serta membersihkan sebuah wilayah dalam hal ini adalah desa ataupun dusun. Dikarenakan wilayah dusun maka... more »
  • 23-04-16

    Karangan, Makanan Kh

    Karangan adalah kuliner lokal yang mungkin hanya bisa ditemukan di Pasar Turi, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul dan Pasar Ngangkruksari, Parangtritis... more »
  • 22-04-16

    Nyanyian Angsa Versi

    Puisi karya WS Rendra “Nyanyian Angsa” secara menarik dipentaskan dalam bentuk pengadeganan versi teater modern oleh Komunitas Sekar Setaman di... more »
  • 22-04-16

    Denmas Bekel 22 Apri

    Denmas Bekel 22 April 2016 more »
  • 21-04-16

    Menyerap Kembali Sem

    Ada yang berbeda pada pendidikan di zaman RA Kartini dulu dengan zaman sekarang. Dulu, motivasi Kartini mendidik kaumnya di sekitaran tempat... more »
  • 21-04-16

    Puisi, Musik dan Dra

    Sastra Bulan Purnama, yang sering disingkat SBP edisi ke-55, yang diberi tajuk ‘Perempuan dan Puisi’ kali ini bertepatan dengan Peringatan Hari... more »
  • 20-04-16

    Perjalanan Politik S

    Judul             : Tonggak-tonggak di Perjalananku Penulis     ... more »
  • 20-04-16

    Buku Baru dari Sang

    Seribu hari wafat Kuntara Widyamartana sudah diperingati dengan misa Sabtu, 2 April 2016 lalu di rumahnya, Delanggu. Tapi sebagai seorang ahli Sastra... more »
  • 19-04-16

    Berita Pasar Besar M

    Pada masa penjajahan Belanda, pemerintah kolonial juga memperhatikan perkembangan pasar, termasuk yang ada di kota Medan, Sumatera Utara. Ketika itu... more »