Anak-anak SD Suryodiningratan 2 Berteriak,“Senaaaaang!”

Author:editorTembi / Date:25-11-2014 / Anak-anak ini cukup heboh bertanya dan berfoto saat berada di dalam ruang Madyosuro yang menyimpan ikon budaya Jawa, seperti keris, tombak, batik, wayang kulit, senthong, alat dapur tradisional, dan sebagainya. “Ini apa pak?”, “Ini untuk apa pak?” adalah pertanyaan yang kerap dilontarkan.

SD Suryodiningratan, Tembi Rumah Budaya
Melihat topeng kayu dari cerita Panji, cerita legenda khas Jawa. Foto: Hendra

“Beliiiiik!” teriak mereka dari panggung terbuka  Tembi Rumah Budaya.

Siswa-siswi yang duduk di kelas 6 ini mulanya sedang asyik berfoto di panggung terbuka atau amphitheatre. Secuplik bagian belik agaknya terlihat dari sini. Tanpa dikomando mereka langsung berhamburan melalui tangga, dan berlarian menuju belik. Istilah ‘belik’ sebelumnya diperkenalkan pemandu untuk menyebut kolam renang kecil di Tembi yang dikelilingi pemandangan sawah.

Di sekitar belik yang asri mereka asyik menikmati suasana, selain tentu saja berfoto ria. Beberapa di antaranya, yang agaknya berminat berenang, menatap dengan seksama papan informasi. “Bagi yang berenang akan mendapat softdrink dan pinjaman handuk,” terang pemandu.

Sekitar 30 pramuka SD Suryodiningratan 2 berkunjung ke  Tembi Rumah Budaya pada Minggu pagi, 16 November 2014. Di pramuka tingkatan mereka penggalang ramu, sesuai lazimnya tingkatan pramuka pada usia mereka. Didampingi oleh pembina pramuka, pak Supriyadi dan pak Topo, mereka melakukan ujian kenaikan tingkat di luar sekolah. Guru sekolah mereka, pak Musidi dan pak Sugiyanto, juga ikut mendampingi.

Kenapa memilih di  Tembi? “Supaya mereka tidak bosan kegiatan terus-menerus di sekolah. Di sini mereka bisa berekreasi dan mendapatkan ilmu,” kata pak Musidi.

SD Suryodiningratan, Tembi Rumah Budaya
Bergaya dulu di depan gapura bentar di arena 
panggung terbuka Notoprajan. Foto: Hendra

Keinginan itu agaknya terpenuhi. Habib, salah seorang siswa, mengaku mendapatkan banyak pengetahuan, khususnya tentang budaya Jawa.

Pada kunjungan tersebut mereka mendapat penjelasan tentang ‘sengkalan memet’, yakni penanda tahun berupa gambar yang terpampang di kuncung. Sengkalan yang berbunyi ‘wiku kembar songsonging jagad’ yang berarti 1995, tahun berdirinya  Tembi. Mereka juga dijelaskan bagan rumah tradisional Jawa --yang terdiri dari pendapa, pringgitan, ndalem dan senthong, serta gandhok-- yang ada di  Tembi.

Anak-anak ini cukup heboh bertanya dan berfoto saat berada di dalam ruang Madyosuro yang menyimpan ikon budaya Jawa, seperti keris, tombak, batik, wayang kulit, senthong, alat dapur tradisional, dan sebagainya. “Ini apa pak?”, “Ini untuk apa pak?” adalah pertanyaan yang kerap dilontarkan. Misalnya ketika mereka melihat dhandhang, perkakas dapur untuk mengukus. Atau saat melihat tempat sirih, patung loro blonyo, dan senthong tengah.

SD Suryodiningratan, Tembi Rumah Budaya
Berjalan di taman bulus, di area rumah-rumah kayu tradisional. Foto: Hendra

Bagaimana rasanya ‘dolan’ ke  Tembi? “Senaang, senaaaaaang,” kata Nanda dengan nada panjang. “Tidak mau pulang,” sahut Dita yang berdiri di sebelah Nanda.

Barata 
Foto: Hendra

Kunjungan

Latest News

  • 27-12-14

    Menyimak Gending-gen

    RM Palen Suwanda Nuryakusuma mulai menulis dan menyusungendhing-gendhing karawitan sejak berusia 23 tahun. Gendhing karya pertamanya adalah... more »
  • 27-12-14

    Aneka Warangka Keris

    Masyarakat Jawa yang kurang kenal dekat dengan dunia keris biasanya hanya tahu bahwa sarung keris namanya warangka. Padahal sebenarnya setiap bagian... more »
  • 27-12-14

    Orang Sabtu Paing Ku

    Orang Sabtu Paing kurang perhitungan atau kelewat berani, suka pamer, sombong dan panas hati, bergaya sok kaya, kurang rendah hati, jika bertengkar... more »
  • 26-12-14

    Voice of Asmat, Perp

    Pertunjukan musik akustik dibawakan sekelompok anak muda berbakat, yaitu Putri Soesilo, Aji Setyo, Dika Chasmala, dan Alwin. Mereka memadukan rasa... more »
  • 26-12-14

    Puntadewa Masuk Nera

    Puntadewa tersentak hatinya. Ia tidak dapat membayangkan betapa sakit dan sengsara keempat adiknya. Tanpa berpikir panjang, Puntadewa bergegas... more »
  • 24-12-14

    Rumah Kebangsaan. Da

    KRT Jayadipura adalah salah satu tokoh gerakan kebangsaan. Karena itu, tidak heran apabila dalem Jayadipuran sering dipakai untuk pertemuan atau... more »
  • 24-12-14

    Cuplikan dari Festiv

    Kirab atau pawai ini merupakan awal atau pembukaan Festival Seni Budaya Klasik yang diselenggarakan oleh Pura Paku Alaman pada tanggal 17-20 Desember... more »
  • 23-12-14

    Gladhen Tembang Maca

    Pada Gladhen 22 ini tembang yang dipakai untuk belajar adalah tembang Asmarandana yang dilagukan dengan notasi Slobok. Sedangkan teks tembang,... more »
  • 23-12-14

    Pembacaan Puisi untu

    Jalan menuju Desa Kedunggubah sedikit terjal, dan terasa agak terpencil, jauh dari pusat kota. Jalann menuju desa bukan hanya berlubang, tetapi juga... more »
  • 23-12-14

    Pameran Tunggal Visu

    Bulan Desember 2014 ini Ong ditantang untuk berpameran tunggal oleh Bentara Budaya Yogyakarta, yang sempat membuat dirinya ragu-ragu, antara meng-iya... more »