Sekolah Gajahwong, Sekolah Gratis untuk Kaum Miskin Kota

Author:editorTembi / Date:30-06-2014 / Orangtua siswa sebagian besar berprofesi pemulung dan buruh. Menurut koordinator pendidikan Sekolah Gajahwong, Faiz Fakhrudin, sekolah ini didirikan pada tahun 2011 oleh para relawan yang menamakan kelompoknya Taabah (Team Advokasi Arus Bawah) Komunitas Ledhok Timoho Muja-muju Yogyakarta.

4)	< Sekolah Gajahwong, Sanggar Giri Guno Gino, Dusun Bebekan, Pandak, Bantul, Taabah (Team Advokasi Arus Bawah) Komunitas Ledhok Timoho Muja-muju Yogyakarta, 21 Juni 2014
Para siswa Sekolah Gajahwong setelah diwisuda, berkalungkan medali kertas

“Belajar sama-sama. Bertanya sama-sama. Kerja sama-sama. Semua orang itu guru. Alam raya sekolahku. Sejahteralah bangsaku.”

Begitulah lagu yang dinyanyikan para siswa Sekolah Gajahwong pada acara wisuda siswa sekolah ini, Sabtu 21 Juni 2014. Mereka menyanyi dan menari di hadapan para orangtua siswa yang duduk lesehan di pendapa Sanggar ‘Giri Guno Gino’ di Dusun Bebekan, Pandak, Bantul.

Pada acara tutup tahun ajaran 2013/2014 ini Sekolah Gajahwong mewisuda 30 siswa berusia 3-7 tahun dari Kelas Akar (Pendidikan Anak Usia Dini) dan Kelas Rumput (Taman Kanak-kanak). Setiap siswa diminta maju ke depan lantas dikalungkan medali kertas dan diberi sertifikat.

Sekolah Gajahwong adalah sekolah gratis untuk anak-anak miskin kota. Orangtua mereka sebagian besar berprofesi pemulung dan buruh. Menurut koordinator pendidikan Sekolah Gajahwong, Faiz Fakhrudin, sekolah ini didirikan pada tahun 2011 oleh para relawan yang menamakan kelompoknya Taabah (Team Advokasi Arus Bawah) Komunitas Ledhok Timoho Muja-muju Yogyakarta.

4)	< Sekolah Gajahwong, Sanggar Giri Guno Gino, Dusun Bebekan, Pandak, Bantul, Taabah (Team Advokasi Arus Bawah) Komunitas Ledhok Timoho Muja-muju Yogyakarta, 21 Juni 2014
Koordinator pendidikan Sekolah Gajahwong Faiz Fakhrudin 
memberikan sambutan di depan para orang tua siswa

Sekolah ini terletak di bantaran Sungai Gajah Wong, belakang perumahan Akademi Pembangunan Masyarakat Desa (APMD) di Timoho. Lokasi sekolah ini menjadi salah satu kendala untuk mendapatkan bantuan dana dari pemerintah. Karena, menurut Faiz, salah satu syarat bantuan adalah surat kepemilikan tanah. Maka hingga kini mereka tidak mendapatkan sedikit pun kucuran dana dari pemerintah.

Toh sekolah ini masih dapat terus melangsungkan hidupnya. Yang utama adalah uang sekolah berupa sampah dari para orangtua siswa. Sampah-sampah ini diambil setiap dua kali seminggu oleh pihak sekolah, kemudian dipilah dan dijual. Lainnya adalah sumbangan dari para donatur. Ada dua orang guru yang gajinya ditanggung oleh Cokelat Monggo dan Restoran Vegetarian Milas. Pihak sekolah juga mengumpulkan dana melalui fund raising dan menjual kaos.

Dengan keterbatasan ini, Faiz dan kawan-kawannya tetap bertekad menjadikan pendidikan di Sekolah Gajahwong berkualitas. Dalam hal nilai, sekolah ini menumbuhkan inklusivitas yang adil, ramah lingkungan hidup dan menghargai kearifan lokal. Sedangkan dalam hal ketrampilan, mereka mengajarkan metode tematik, lingkungan dan konsep 3R (reduce, reuse, dan recycle). Para siswa juga dijarkan art craft, lukis, sains, persiapan baca tulis berhitung, main peran, komputer, balok, dan sebagainya.

4)	< Sekolah Gajahwong, Sanggar Giri Guno Gino, Dusun Bebekan, Pandak, Bantul, Taabah (Team Advokasi Arus Bawah) Komunitas Ledhok Timoho Muja-muju Yogyakarta, 21 Juni 2014
Setiap siswa tampil untuk menyanyi 
dan melakukan presentasi

Yang menarik, selain waktu sekolah anak-anak dari hari Senin sampai Jumat pada pukul 8.00 hingga pukul 11.00, orangtua siswa juga belajar pada setiap hari Sabtu. Mereka mendapatkan pengetahuan tentang pola asuh anak, komunikasi dengan anak, dan semacamnya. Dampak lain dari pendidikan di sekolah ini adalah berhentinya anak-anak memulung dan mengamen. Yang bekerja hanya orangtua mereka. “Ini bagian dari penegakan hak anak,” jelas Faiz.

Pada acara wisuda ini, para siswa memamerkan karya-karyanya yang memanfaatkan barang bekas, seperti botol plastik, piring kertas, perca kain, dan sebagainya. Botol-botol plastik itu, misalnya, diwarnai, digambari, dihiasi kertas berwarna sehingga berbentuk boneka sederhana, dan difungsikan sebagai celengan.

Dipamerkan juga berbagai gambar sederhana orang dari kepala hingga kaki. Menurut Faiz, anak-anak belajar menggambar anatomi manusia sekaligus diajarkan pendidikan seks, mana organ yang boleh dipegang oleh orang lain, atau hanya oleh orangtua dan diri sendiri, serta apa fungsi organ-organ tubuh.

Setiap siswa juga menyanyikan lagu-lagu ciptaan sekolah ini, mulai dari pesawat, baju, nelayan, ikan, gajah, sampai cara membuat tempe. Selain bernyanyi, mereka masing-masing melakukan presentasi dengan tema tertentu. Beberapa siswa menguraikan lagu-lagu yang dibawakan sebelumnya seperti asal muasal dan fungsi baju, atau pun jenis, cara menangkap, dan kandungan protein ikan. Tema paling favorit adalah Piala Dunia 2014. Mereka menyebutkan nama negara-negara peserta piala dunia sebanyak mungkin. “Wah bapak ibunya malah tidak hafal,” celetuk salah seorang orangtua siswa.

4)	< Sekolah Gajahwong, Sanggar Giri Guno Gino, Dusun Bebekan, Pandak, Bantul, Taabah (Team Advokasi Arus Bawah) Komunitas Ledhok Timoho Muja-muju Yogyakarta, 21 Juni 2014
Faiz dan siswa kelas akar menari gaya Saman sambil 
membawa bendera negara Piala Dunia buatan sendiri

Piala Dunia agaknya menjadi salah satu poin daya tarik bagi anak-anak ini. Mereka masing-masing membuat bendera negara kesukaannya. Lantas dengan gaya menari Saman, Faiz dan siswa Kelas Akar menyanyikan lagu ‘Ole-ole’. Menurut Faiz, Piala Dunia juga menjadi media pembelajaran mengenai kebudayaan negara-negara pesertanya.

Acara wisuda ini diakhiri dengan acara outbound, refleksi dan tasyakuran. Acara ini juga sekaligus menjadi acara gathering dan piknik keluarga di sebuah dusun sederhana yang masih kental dengan nuansa alamnya.

Naskah dan foto: Barata
 

Yogyakarta Yogyamu

Latest News

  • 29-01-15

    Kampung Dondongan ya

    Di Kampung Dondongan ini pulalah Ringin Sepuh, yakni pohon beringin yang dipercaya ditanam oleh Sunan Kalijaga, tumbuh dengan baik. Pohon Ringin... more »
  • 29-01-15

    Pembuat Warangka Ker

    Masyarakat Jawa menamakan pembuat warangka dengan sebutan mranggi. Sementara pembuat keris disebut empu. Jadi ada perbedaan antara pembuat keris... more »
  • 29-01-15

    Antologi Puisi Paran

    Penyair yang pernah berinteraksi dengan Bantul, merupakan salah satu syarat untuk bisa ikut dalam antologi puisi ini. Berinteraksi dalam arti, bahwa... more »
  • 28-01-15

    Syam Chandra, Penyai

    Dua ekor ayam dia siapkan, untuk secara bergantian dia lempar ke tengah penonton. Di saat penonton berebut ayam, dia terus membacakan puisi karyanya... more »
  • 28-01-15

    Mempelajari Tatabaha

    Tampilan buku lawas ini memang khas buku zaman dahulu, yakni menggunakan kertas merang, yang terkesan kusam. Namun, buku koleksi Perpustakaan Tembi... more »
  • 28-01-15

    Sing Unggul Dipanggu

    Pepatah ini menggambarkan tentang sifat orang yang tidak punya pendirian kecuali berpikir atau berpendirian hanya untuk mencari enak, aman, untung,... more »
  • 27-01-15

    Macapatan Malam Rabu

    Dialog antara Nabi Isa dan Raja Ngesam perihal kehidupan dalam hubungannya dengan kematian sesungguhnya adalah sebuah ‘pepeling’ (pengingat) bagi... more »
  • 27-01-15

    Buku untuk Anak Tent

    Buku ini adalah seri pendidikan pusaka untuk anak. Tokoh dalam buku cerita anak ini adalah dua ekor perkutut yang tertarik dengan kehidupan Kotagede... more »
  • 27-01-15

    Ini Tahun ke-4 Siswa

    Tembi sekarang menjadi semacam saudara bagi SMA De Britto dalam pengembangan pendidikan karakter bagi anak didiknya. Mereka mempercayakan kepada... more »
  • 26-01-15

    Avip Priatna Ingin P

    Konduktor Indonesia, Avip Priatna sudah menorehkan berbagai prestasi mendunia dalam bidang musik. Ia pun terus berupaya mempopulerkan musik klasik... more »