Avip Priatna Ingin Populerkan Musik Klasik
Author:editorTembi / Date:26-01-2015 / Konduktor Indonesia, Avip Priatna sudah menorehkan berbagai prestasi mendunia dalam bidang musik. Ia pun terus berupaya mempopulerkan musik klasik layaknya musik-musik populer yang berkembang di Indonesia.
Gaya Avip sebagai konduktor paduan suara
Baru saja merayakan ulang tahun emasnya dengan berbagai kompetisi musik dan konser, pria kelahiran 29 Desember 1964 ini tak pernah berhenti melangkah. Berbagai penghargaan yang diraihnya seperti gelar konduktor terbaik pada kompetisi paduan suara internasional 57 Certamen Internacional de Habaneras Polifoni Torrevieja Spanyol, konduktor terbaik pada 34th International May Choir Competition ‘Prof Georgi Dimitrof’ yang berlangsung di Bulgaria, tak lantas membuatnya terlena.
Lulus S-1 Arsitektur Universitas Parahyangan, Bandung, ia belajar choir conduction pada Profesor Gunther Theuring dan Orchestral Conducting pada Leopold Hager di Hochshule fur Muzick und Darstellende Kunst di Wina, Austria dan lulus tahun 1998 dengan predikat high distinction (nilai tertinggi).
Sudah sejak lama Avip berobsesi konser di Indonesia harus tetap ‘berbunyi’ dan tak boleh sepi, selain itu musik klasik harus bisa populer di tengah masyarakat Indonesia. Sebagai wujud dari obesei itu pada 2011 ia mendirikan Jakarta Concert Orchestra. Berbagai karya klasik dari Beethoven, Shubert, Bach hingga Racnmaninoff kerap ia kumandangkan dengan orkestra itu bersama musisi dari berbagai daerah di Indonesia.
Pada 2007 Avip membangun The Resonanz Music Studio, sebuah organisasi non-profit berbentuk yayasan yang bergerak di bidang pendidikan musik. Dalam perjalanannya The Resonanz, juga membantu mengelola Jakarta Concert dan Batavia Madrigal Singers dalam bidang hiburan musik.
Sejak puluhan tahun berkarya dan mendalami perannya sebagai konduktor, Avip menilai musik klasik di Indonesia sudah mengalami perkembangan yang sangat baik. “Terutama dalam hal belajar musik, juga penonton musik klasik. Saya senang sekarang banyak sekali generasi muda yang datang ke pertunjukan-pertunjukan musik klasik, berbeda dengan di Eropa, yang datang cederung sudah tua,” paparnya saat ditemui Tembi di The Resonanz, Jalan Kertanegara No. 28 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Avip bersama piano kesayangannya
Hanya satu hal yang tidak banyak perubahannya dari dulu hingga sekarang menurut Avip, yaitu gedung konser. “Selama 20 tahun lebih saya berkarier hanya ada Teater Jakarta dan Aula Simfonia saja yang bertambah, selebihnya masih sama seperti Erasmus dan Goethe. Sayangkan pelaku seninya tambah banyak tapi gedungnya tidak ada,” papar direktur Jakarta Concert Orchestra ini.
Di tengah persepsi tentang musik klasik yang dinilai sulit dimengerti dan hanya dinikmati kalangan atas saja alias mahal, Avip mengakui memang musik klasik mahal. “banyak yang bilang sekolah musik klasik mahal, zaman sekarang sekolah apa sih yang murah? Indonesia memiliki potensi luar biasa, belum belajar formal saja sudah pintar karena naluri musikalnya sangat kuat, hanya lebih baik lagi jika ditambah pendidikan formal, jadi bisa menginterpretasikan musik klasik Barat dengan baik,” ujarnya.
Avip pun berharap ingin musik klasik di Indonesia bisa sejajar dengan negara yang melahirkan musik klasik tersbut. Mungkin masih jauh pencapaian itu, namun ia yakin pasti bisa.
Temen nan yuk ..!
Natalia S.
Foto: Rosiana
Latest News
- 29-01-15
Kampung Dondongan ya
Di Kampung Dondongan ini pulalah Ringin Sepuh, yakni pohon beringin yang dipercaya ditanam oleh Sunan Kalijaga, tumbuh dengan baik. Pohon Ringin... more » - 29-01-15
Pembuat Warangka Ker
Masyarakat Jawa menamakan pembuat warangka dengan sebutan mranggi. Sementara pembuat keris disebut empu. Jadi ada perbedaan antara pembuat keris... more » - 29-01-15
Antologi Puisi Paran
Penyair yang pernah berinteraksi dengan Bantul, merupakan salah satu syarat untuk bisa ikut dalam antologi puisi ini. Berinteraksi dalam arti, bahwa... more » - 28-01-15
Syam Chandra, Penyai
Dua ekor ayam dia siapkan, untuk secara bergantian dia lempar ke tengah penonton. Di saat penonton berebut ayam, dia terus membacakan puisi karyanya... more » - 28-01-15
Mempelajari Tatabaha
Tampilan buku lawas ini memang khas buku zaman dahulu, yakni menggunakan kertas merang, yang terkesan kusam. Namun, buku koleksi Perpustakaan Tembi... more » - 28-01-15
Sing Unggul Dipanggu
Pepatah ini menggambarkan tentang sifat orang yang tidak punya pendirian kecuali berpikir atau berpendirian hanya untuk mencari enak, aman, untung,... more » - 27-01-15
Macapatan Malam Rabu
Dialog antara Nabi Isa dan Raja Ngesam perihal kehidupan dalam hubungannya dengan kematian sesungguhnya adalah sebuah ‘pepeling’ (pengingat) bagi... more » - 27-01-15
Buku untuk Anak Tent
Buku ini adalah seri pendidikan pusaka untuk anak. Tokoh dalam buku cerita anak ini adalah dua ekor perkutut yang tertarik dengan kehidupan Kotagede... more » - 27-01-15
Ini Tahun ke-4 Siswa
Tembi sekarang menjadi semacam saudara bagi SMA De Britto dalam pengembangan pendidikan karakter bagi anak didiknya. Mereka mempercayakan kepada... more » - 26-01-15
Avip Priatna Ingin P
Konduktor Indonesia, Avip Priatna sudah menorehkan berbagai prestasi mendunia dalam bidang musik. Ia pun terus berupaya mempopulerkan musik klasik... more »