Sarasvati dan Gran Kino Kolaborasi Indonesia – Prancis di Panggung Musik

04 Jun 2015

Sebuah perjalanan yang diambil dari naskah Sunda kuno yang berusia 600 tahun disuguhkan dalam harmonisasi sastra dan musik. Band indie rock Prancis, Gran Kino berbagi panggung dengan Sarasvati, band indie Indonesia pada festival seni Printems Francais 2015 di Galeri Indonesia Kaya, Sabtu (25/5).

Setelah pertemuan pertama pada festival seni budaya Prancis, Printems Francais 2013, keinginan dua band indie rock dari Prancis, Gran Kino, dan Sarasvati, dari Indonesia, untuk bertemu kembali semakin kuat. Kolaborasi seni dua band tersebut baru terealisasi tahun ini. Lewat naskah Sunda kuno yang berusia 600 tahun, mereka menggali apa yang coba disampaikan naskah ini. Terciptalah 6 lagu hasil kolaborasi Sarasvati dan Gran Kino.

Setelah tampil di Bandung, konser bertajuk “Bujangga Manik” mampir di Jakarta, bertempat di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta, pada Sabtu, 25 Mei 2015. Tepat pukul 15.00 auditorium Galeri Indonesia Kaya sudah dipadati penonton yang penasaran dengan kolaborasi band dua negara ini. Dengan tatanan panggung sederhana, panggung dipenuhi alat musik mereka, drum, keyboard, gitar dan kecapi suling khas Sunda.

Konser Bujangga Manik dibuka oleh Grand Kino, Sara De Sousa (vokal), GW Sok (vokal), Remi Velotti (keyboard, bass), Robin Genetier (gitar, bass), dan Morgan Arnault (drum), yang tampil membawakan dua lagu, kecapi suling khas Sunda yang dimainkan Iman Rohman dari Sarasvati mengalun dalam lagu tersebut, sesekali Iman membacakan kalimat berbahasa Sunda.

Selesai dua lagu, berganti Sarasvati dengan formasi lengkap, Risa Saraswati dan Marcella Safira (vokal), Gallang Perdana (bass), Indra Kusumah (gitar), Iman Rohman (kecapi suling), Kevin Renaldi (piano), Fajar Shiddiq (drum) dan Gigi Priadji (keyboard). Risa melantunkan lagu berjudul ‘Sundanese’ dengan gaya vokal sinden Sunda, lagu yang berbahasa sunda campur Inggris ini semakin terasa kental tradisi saat Marcella menyisipkan ‘Lir Ilir’ di tengah lagu yang menandakan perjalanan Bujangga Manik sampai ke Jawa Tengah.

Tak lupa ‘Story of Peter’ lagu andalan milik Sarasvati juga dibawakan di tengah konser. Seperti biasa Risa mengajak penonton untuk ikut melantunkan lagu anak ‘Boneka Abdi’ sebagai tanda memanggil ‘teman tak terlihat’ Risa. “Abditeh ayeuna..gaduh hiji boneka, teu kinten saena sareng lucuna… ku abdi di erokan… erokna sae pisan..cing mangga tingali boneka abdi.”

Lagu berikutnya Sarasvati memanggil Gran Kino untuk tampil bersama. ‘Sang Bujangga’ adalah lagu yang menceritakan tentang bagaimana Bujangga Manik menjadi manusia seutuhnya dan apa yang dia rasakan. Lagu ‘Wild Sky’ adalah lagu dimana Risa membawakan beberapa bait lagu dalam bahasa Prancis.

Lagu ‘Apakah Kami Buta’ menjadi nomor yang menarik, karena Sara ikut bernyanyi menggunakan bahasa Indonesia. Aksen Prancis-nya yang sangat kental menjadi lucu saat Sara membawakan bait demi bait lagu.

Konser Bujangga Manik kemudian ditutup dengan lagu terakhir yang bernuansa pop disko. Risa mengajak semua penonton berdiri dan ikut bergoyang bersama mereka. Konser berdurasi kurang lebih 75 menit ditutup dengan asyik. Hasil kolaborasi tak terlihat lagi mana ciptaan Sarasvati, mana ciptaan Gran Kino, karena mereka benar-benar bersatu dalam konser Bujangga Manik ini. Pada 1 Juni konser Bujangga Manik menyambangi Yogyakarta.

Teks: Natalia S
Foto: Rosiana

> Sarasvati dan Gran Kino, Kolaborasi Indonesia – Prancis di Panggung Musik Sarasvati dan Gran Kino, Kolaborasi Indonesia – Prancis di Panggung Musik Sarasvati dan Gran Kino, Kolaborasi Indonesia – Prancis di Panggung Musik Sarasvati dan Gran Kino, Kolaborasi Indonesia – Prancis di Panggung Musik SENI PERTUNJUKAN

Baca Juga

>

Artikel Terbaru

>
  • 11-06-15

    Hujan Terakhir di Ke

    Puisi karya Slamet Riyadi Sabrawi berjudul “Hujan Terakhir di Kelopak Mei” digubah menjadi lagu dan digarap model orkestra oleh ‘Alfries and Friends... more »
  • 11-06-15

    Sebuah Buku Penting

    Buku koleksi Perpustakaan Tembi ini tergolong lama, terbitan tahun 1955. Buku berbahasa Belanda ini termasuk salah satu referensi penting dalam studi... more »
  • 10-06-15

    Mahasiswa Wisma Baha

    Mereka start dari gerbang Tembi masuk menyusuri sawah-sawah yang kala itu padi sedang tumbuh menghijau, kemudian masuk ke desa-desa yang pernah... more »
  • 10-06-15

    Denmas Bekel 10 Juni

    Denmas Bekel 10 Juni 2015 more »
  • 10-06-15

    Buku yang Komprehens

    Buku ini berisi berbagai hal tentang Sumatra dari abad ke-16 sampai saat ini. Di dalamnya mengungkap tentang kehidupan elit kerajaan, masyarakat... more »
  • 09-06-15

    FMT 2015: Pertunjuka

    Hanyaterra, kelompok kolektif musik keramik dari Jatiwangi Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, tampil memukau dalam Festival Musik Tembi (FMT) 2015,... more »
  • 09-06-15

    FMT 2015: Proses Men

    Berdasarkan penilaian pengamat musik dan audiens, diputuskan lima terpilih yang masuk dalam album kompilasi MTB 2015 adalah Kemlaka, Kelu, Ruas Bambu... more »
  • 09-06-15

    #SaveMusicIndonesia

    Gerakan ini sebagai salah satu apresiasi terhadap musik, musisi, dan industri musik Indonesia. Pembajakan, minimnya musik anak, perizinan pemutaran... more »
  • 08-06-15

    Mereka Juga Meramaik

    Para pembaca puisi ini kebanyakan sudah berulang kali datang menghadiri Sastra Bulan Purnama (SBP), sehingga memang sudah mengenal acara ini. Namun... more »
  • 08-06-15

    Sandy Thema Pamerkan

    Merek perhiasan lokal, Pistos dengan desainernya Sandy Thema mempersembahkan koleksi perhiasan terbarunya ‘Archipelago’. Terinspirasi dari kekayaan... more »
> Tembi Rumah Sejarah dan Budaya , Hak Cipta Dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/
Tembi adalah Portal Berita Budaya Indonesia