Ki Suparman Menurunkan Kalimasada di Srandakan Bantul
29 Jul 2016 Sosok raja yang rendah hati, mencintai rakyatnya dan tidak mempunyai musuh seperti Prabu Puntadewa layak mendapat anugerah Kalimasada dari Batara Guru. Kisah itu disampaikan Ki Suparman, dalang dari Jetis Kasihan Bantul, lewat pentas pakeliran wayang kulit purwa, di Dusun Nengahan Sradakan Bantul, pada 11 Juli 2016. Pentas keliling Pepadi Komda Bantul tersebut merupakan pentas keempat dari 15 pentas yang direncanakan di tahun 2016 ini. Adapun penyelenggaraannya didanai oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul yang bekerjasama dengan masyarakat tempat pentas digelar.Kalimasada, pusaka berupa serat atau teks, yang menjadi legitimasi Puntadewa menjadi raja mempunyai arti: kalima = pangucap, tembung atau kalimat. Sada dari kata usada yang artinya tamba atau obat yang menyembuhkan serta membawa keselamatan. Ucapan yang membawa keselamatan. Selaras dengan kedududkan sebagai raja, Prabu Puntadewa yang diberi anugerah Serat Kaimasada oleh Batara Guru mempunyai tanggung jawab, agar sabdanya membawa pangayoman, keadilan, kedamaian dan keselamatan bagi seluruh kawula Amarta.
Sabda pendita ratu, demikianlah predikat yang menempel pada sosok raja, yang maknanya bahwa sabdanya harus sekali jadi serta berdaya guna, tidak boleh wola-wali, berubah-ubah, atau leda-lede, esuk dele sore tempe. Oleh karenanya raja adalah segala-galanya. Dari sabdanya serta tindakannya, digantungkan abang-ijone, maju-mundure, makmur dan tidaknya sebuah negara. Namun walau pun begitu raja tidak boleh semena-mena terhadap kawula, karena bagaimanapun juga raja membutuhkan kawula. Demikian juga kawula membutuhkan rajanya. Seperti rangka dan curiga, saling melengkapi.
Sejalan dengan anugerah Puntadewa yang mendapat Kalimasada demikian juga Ki Suparman yang mendapat anugerah panggilan sebagai dalang sejak 1978, mengemban tugas yang sama yaitu menjaga agar perkataannya berdaya guna bagi masyarakat serta memberikan ketenteraman dan kerukunan bagi yang mendengar sehingga selamat yang didapat. Sebagai guru SMKI sejak 1991 Ki Suparman telah membuktikan bahwa perkataannya serta tindakannya telah berdaya guna untuk mendidik ratusan calon dalang. Sebagai seorang pendidik tulen tentu saja ia akan bangga jika murid-muridnya berhasil dalam mempraktekkan serta mengembangkan ilmu pakeliran pedalangan yang ia ajarkan. Seperti halnya Ki Seno Nugroho yang adalah salah satu diantara anak didiknya.
Pada 21 Januari 2017 tugasnya sebagai pendidik akan berakhir. Namun sebagai dalang ia akan terus membagikan perkataannya dan kemampuannya agar berdaya guna kepada bebrayan agung masyarakat luas. Seperti pusaka Kalimasada, kalimat yan memberi usada, Ki Suparman ingin agar dirinya mampu mengemban tugas mulia seorang dalang dengan memberi pencerahan lewat perkataan dan perbuatannya melalui seni pakeliran pedalangan.
Malam itu, bersamaan dengan digelarnya pentas wayang kulit gagrag Yogyakarta dengan lakon Tumurune Kalimasada, diadakan pula acara syawalan dan pentas tari Gambyong Marikangen dan Gambyong Pangkur oleh warga Dusun Nengahan. Selaras dengan acara Sawalan, lakon Kalimasada yang diturunkan Batara Guru pada dini hari diharapkan dapat menyentuh hati pemirsa yang masih bertahan, untuk kemudian melaksanakan apa yang dikatakan Batara Guru kepada Prabu Puntadewa, bahwa hidup di dunia ini harus berbakti kepada yang ‘gawe urip’ dengan cara menyembah-Nya. Tidak ada yang patut disembah selain Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karenanya hendaknya manusia menjauhi larangannya serta melaksanakan kehendak-Nya dengan meningkatkan iman dan takwa. Sehinggga setelah Sawalan dan pagelaran wayang, warga Dusun Nengahan khususnya, meningkat iman dan takwanya, murah sandang pangan hidup rukun dan damai, terhindar dari marabahaya.
Naskah dan foto:Herjaka HS
SENI PERTUNJUKANBaca Juga
- 01-08-16
Macapat ke-148, Penguasa Tergila-gila dengan Ronggeng
Mengikuti macapat malem Rebo Pon di Tembi Rumah Budaya ibarat mengikuti pengembaraan Mas Cebolang yang penuh dengan pengalaman kehidupan baik lahir... more » - 27-07-16
Lagi, Untung Basuki Di Sastra Bulan Purnama
Untung Basuki dikenal sebagai seniman legendaris Yogya spesialisasi lagu puisi, yang digelutinya sejak tahun 1970-an. Selain sebagai anggota Bengkel... more » - 26-07-16
Sorak Bogowonto Semangat Pantang Menyerah
Bogowonto adalah nama sungai yang melintasi Bagelen Kabupaten Purworejo, letaknya di sebelah barat Sungai Progo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah... more » - 25-07-16
Ujug-ujug Musik Di Sastra Bulan Purnama
Namanya ‘Ujug-Ujug Musik’, karena memang semua personilnya bermain musik. Bukan kali pertama kelompok ini tampil di Sastra Bulan Purnama.... more » - 23-07-16
Pentas Ki Seno Nugroho, Antasena Tokoh Idola Anak Muda
“Wong-wong sakmene iki wis pada ngerti, yen Antasena perang karo Citraksi, mesthi menang Antasena. Ana ing crita apa wae lan ing papan ngendi... more » - 23-07-16
Gerak, Tari dan Puisi di Sastra Bulan Purnama
Dua puisi yang diolah menjadi pertunjukan sastra berjudul ‘Arya Sasikirana’ karya Eka Budianta dan ‘Pengakuan Badranaya’ karya Heru Mugiarso. Anton... more » - 22-07-16
Wayang dalam Puisi di Sastra Bulan Purnama
Dua penyair dari Yogyakarta, Iman Budhi Santoso dan Purwadmadi. Tiga lainnya dari luar Yogya, Acep Syahril (Indramayu), Heru Mugiarso (Semarang) dan... more » - 18-07-16
Puisi Wayang Dalam Syawalan Sastra Di Sastra Bulan Purnama
Sastra Bulan Purnama edisi ke-58, yang akan diselenggarakan, Rabu, 20 Juli 2016, pukul 19.30 di Tembi Rumah Budaya, Sewon, Bantul, Yogyakarta, masih... more » - 15-07-16
‘Tancep Kayon’ dalam Sastra Bulan Purnama Tembi
Antologi puisi ‘Tancep Kayon’ yang menyajikan puisi karya 15 penyair dari beberapa kota di Indonesia, akan dibacakan dalam Sastra Bulan Purnama Tembi... more » - 30-06-16
Ki Sri Kawan Mendalang Bersama Hujan dan Kabut
Menurut pranatamangsa sampai dengan 21 Juni 2016 adalah mangsa Karolas, yang disebut Saddha, candranya : ‘Tirta sah saka sasana,’ yang berarti air... more »
Artikel Terbaru
- 03-08-16
Bokor untuk Persemba
Bokor berisi bunga setaman juga menjadi salah satu alat pelengkap yang biasanya menghiasai ruangan sentong tengah dari rumah induk masyarakat Jawa.... more » - 03-08-16
Gudeg Koyor Varian d
Jenis makanan gudeg yang telah menjadi identitas makanan khas Yogyakarta mungkin sudah tidak asing lagi banyak orang. Namun gudeg koyor mungkin masih... more » - 02-08-16
Pria Sawo Matang di
Musim panas telah tiba. Di Zug, sebuah kota kecil di tengah daratan Swiss dengan penduduk sekitar 28.600 jiwa, sejumlah kursi berwarna oranye bersama... more » - 02-08-16
Ajaran Kebaikan Oran
Judul : Ajaran-ajaran dalam Naskah Singhalangghyala Parwa Penulis ... more » - 01-08-16
Macapat ke-148, Peng
Mengikuti macapat malem Rebo Pon di Tembi Rumah Budaya ibarat mengikuti pengembaraan Mas Cebolang yang penuh dengan pengalaman kehidupan baik lahir... more » - 01-08-16
Eksotisme Amphiteate
Amphiteater merupakan salah satu spot luar ruangan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Merujuk pada aspek historisnya amphiteater... more » - 01-08-16
Naura Sang Idola Cil
Terhitung sudah dua album yang diproduksi penyanyi cilik ini, yang bernama lengkap Adyla Rafa Naura Ayu. Di usianya yang ke-8 tahun putri pertama... more » - 30-07-16
Rabu Kliwon Pekan In
Pranatamangsa: memasuki Mangsa Surya II Mangsa Karo. Usia 23 hari hari terhitung mulai 2 s/d 24 Agustus 2016. Candrane: Bantala Rengka, artinya... more » - 30-07-16
Kemah Budaya ke-10 B
Iringan musik tradisional Jawa yang begitu rancak, bertalu-talu, dan meriah membuat para tamu undangan kemah budaya ikut manggut-manggut dan... more » - 30-07-16
Dalem Kanjengan yang
Ada beberapa bangunan penting selain kompleks makam raja-raja Mataram (Surakarta dan Yogyakarta) di Imogiri yang keberadaannya tidak terpisahkan dari... more »