Inayah Wulandari Wahid Akan Terus Berteater
26 Oct 2015Putri bungsu dari mantan Presiden Gus Dur ini aktif dan serius berteater sejak tahun 2000-an, meski sempat terhenti sejenak karena kesibukan. Ia bertekad tak akan pensiun dari dunia teater karena telanjur cinta dengan dunia ini.
Melihat aktingnya dalam pentas monolog “#3Perempuanku, Bukan Bunga Bukan Lelaki”, tampak Inayah sangat mendalami karakter seorang perempuan desa dengan logat ‘ngapak’ yang ceriwis dan lucu. Aktingnya yang sangat natural membuat penonton yang hadir berdecak kagum, padahal ini kali pertama ia berakting dalam pentas monolog.
Maklum, kualitas aktingnya dalam dunia seni pertunjukan sudah terasah sejak tahun 2000-an saat ia aktif beradu peran dalam beberapa judul pentas teater di Jakarta. Saat ditemui Tembi di kawasan Graha Bakti Budaya beberapa waktu lalu, Inayah mengaku sangat senang bisa kembali ke dunia panggung pertunjukan setelah kurang lebih 3 tahun vakum karena berbagai kesibukan. “Balik ke panggung Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki rasanya seperti kembali ke rumah,” kata pemilik nama lengkap Inayah Wulandari Wahid ini.
Awal kemunculannya dalam panggung pertunjukan diuji dalam pentas monolog “#3Perempuanku, Bukan Bunga Bukan Lelaki” yang berlangsung pada September lalu, dan ini kali pertama ia bermonolog. “Tantangannya lebih banyak, selama ini aku main teater kan berdialog, di panggung banyak temennya, dalam pentas kemarin aku sempet kesulitan, banyak yang harus dihapalin, baik itu gerakan juga naskah, tapi seru banget,” ujarnya.
Berperan sebagai Wagiyem, seorang perempuan desa yang memiliki warna vokal dan cengkok Jawa yang kental, bahasa ngapak-ngapak (bahasa khas Banyumasan) diperankan dengan baik oleh Inayah. Selama kurang lebih satu setengah bulan ia mendalami karakter dengan belajar dari orang-orang terdekatnya. “Ada sekretaris bapak dulu orang Tegal, ada juga orang rumah yang sering nemenin ibu pergi-pergi, aku belajar dari mereka, dan ternyata ‘ngapak’ itu ada banyak versinya loh,” ujar Inayah.
Selesai dari pentas monolog, jika tak ada halangan awal tahun depan Inayah akan kembali berperan dalam sebuah pentas drama musikal, yang kini masih dalam tahap persiapan. “Aku kemarin-kemarin banyak juga main dalam pentas wayang orang, tapi tenang aja untuk drama musikal ini dipastikan aku nggak akan nyanyi karena aku nggak bisa nyanyi,” katanya sambil tertawa.
Selain disibukkan dengan agenda panggung pertunjukan, Inayah saat ini sedang fokus dengan organisasi nonpemerintah bernama Positive Movement (PM). Awalnya organisasi ini mengurus persoalan sosial seperti Tenaga Kerja Indonesia (TKI), hak asasi manusia (HAM) dan lainnya, namun organisasi yang berdiri sejak 2005 ini berhenti sejak tahun 2008 dan dimulai kembali pada 2011 dengan konsep yang lebih fokus.
Positive Movement (PM) belakangan fokus pada gerakan anak muda, bagaimana membentuk anak muda menjadi pribadi yang bahagia, tenang, seimbang, dan utuh, dengan begitu diharapkan masyarakat akan ikut bahagia. “Kita sebagai generasi muda percaya, peningkatan kualitas kebahagiaan seseorang itu sebenarnya bisa membantu terciptanya kondisi masyarakat yang lebih baik, itu yang sedang kita gerakkan,” papar perempuan yang pernah dinobatkan menjadi Duta Global Harmoni ini.
Dalam waktu dekat, PM diminta oleh Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa untuk mengurusi Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN), yang diharapkan HKSN tak lagi membuat upacara dan seremoni-seremoni tidak jelas, namun bekerja untuk Indonesia bersama-sama.
Disinggung perannya dalam dunia politik atau menggantikan peran sang ayah, Inayah mengaku masih dalam pembelajaran. Awalnya ia mengaku sangat anti pada dunia politik, apalagi melihat efek buruknya pada sang ayah dan keluarga. “Tapi beberapa temenku mengingatkan, jangan bilang nggak akan pernah atau anti, karena sebetulnya politik itu salah satu alat yang jika digunakan dengan baik dan benar, maka hasilnya akan baik. Aku nggak membenci politik, jalanin aja kalau memang harus terjun ke dunia politik ya sudah,” paparnya.
Natalia S.
Foto: Rosiana
Baca Juga
- 24-10-15
Atien Kisam, Guru Silat dan Pewaris Kebudayaan Betawi
Ayahnya juga merupakan keturunan dari seniman Betawi tempo dulu Djiun, hasil perkawinannya dengan Mak’ Kinang yang berprofesi sebagai penari. Bisa... more » - 20-10-15
Maudy Koesnaedi, Cinta Mati Pada Betawi
Meski memiliki darah Sunda, wanita yang dikenal dengan perannya sebagai Zaenab dalam serial Si Doel Anak Sekolah ini mengaku sangat mencintai budaya... more » - 16-10-15
Wanto Tirta Penyair Dari Banyumas
Selain menulis puisi Wanto juga menulis geguritan, yaitu puisi bahasa Jawa. Jadi, dia penyair sekaligus penggurit. Tapi, agaknya, ia lebih tekun... more » - 12-10-15
Ki Bayu Gupito Aji Nugroho, Dalang Muda Potensial
Setiap kali mendapat kesempatan mendalang, mahasiswa tingkat akhir di ISI ini mengajak anak-anak muda untuk bersama-sama, bahu membahu melestarikan... more » - 06-10-15
Didik Nini Thowok Berani Mendalami Dunia Cross Gender
Ia adalah perias yang piawai, ia juga bisa melukis, ia manajer yang baik, ia juga seorang pengajar di berbagai institusi, komedian, pantomimer,... more » - 28-09-15
Olga Lidya, Tak Kenal Lelah Demi Perfilman Indonesia Lebih Baik
Dipercayai sebagai ketua FFI 2015, Olga mengaku sempat ragu mengemban tugas yang sangat berat ini. Namun sahabat-sahabat seperti Lukman Sardi, dan... more » - 05-09-15
Aming Aminoedhin Penyair Juga Penggurit
Di Surabaya, Aming dikenal sebagai penyair, yang menulis puisi dalam dua bahasa, Indonesia dan Jawa. Jadi, selain dikenal sebagai penyair, Aming juga... more » - 02-09-15
Mel Ahyar Sisipkan Unsur Budaya dalam Karya
Satu lagi desainer muda tanah air yang membuktikan kesuksesannya sampai ke mancanegara. Ia mendefinisikan rancangannya sebagai busana yang ringan dan... more » - 29-08-15
Cabrini Asteriska Ingin Tularkan Musik yang Menghipnotis
Meski bertubuh mungil, suara wanita kelahiran 6 Maret 1988 ini terbilang sangat matang. Lama bergabung dengan kelompok musik Bara Suara, ia resmi... more » - 11-07-15
Umi Azzurasantika Penyair Perempuan dari Magelang
Umi begitu setia dengan puisi. Bahkan ia seperti tak bisa dipisahkan dari puisi. Beberapa kali dia tampil membaca puisi dalam acara Sastra Bulan... more »
Artikel Terbaru
- 31-10-15
Macapatan Putaran ke
Di hadapan para pecinta macapat, Paguyuban Karawitan Laras Madya mendapat kesempatan untuk membawakan gendhing-gendhing Jawa melalui keterampilan... more » - 31-10-15
Rabu Paing Hari Tida
Rabu Paing 4 November 2015, kalender Jawa tanggal 21, bulan Sura, tahun 1949 Jimawal, hari Taliwangke, wuku Wayang, tidak baik untuk berbagai macam... more » - 31-10-15
Kisah Raja Kerajaan
Buku ini merupakan terjemahan naskah kuno, Banjaransari jilid III. Naskah ini aslinya ditulis dalam huruf Jawa, berbahasa Jawa dan berbentuk prosa.... more » - 31-10-15
Merti Bumi Kampung S
Merti Bumi Kampung Surocolo-Gua Jepang, Pundong, Bantul, selalu dilakukan rutin setiap tahun sekali. Acara tersebut umumnya dilaksanakan pada musim... more » - 30-10-15
Agus Baqul Purnomo “
Pada 27 Oktober - 3 November 2015 Agus Baqul secara khusus memamerkan penggalan aktivitas panjangnya yang menampilkan pilihan karya selama kurun... more » - 30-10-15
Festival Langen Cari
Festival Langen Carita antarkecamatan ini diikuti oleh peserta berkelompok terdiri dari 50 orang dengan ketentuan pemain sebanyak 25 orang berusia... more » - 29-10-15
Mangkunegara VII, Te
Di bidang pemerintahan, Mangkunegara VII juga dianggap pro-rakyat. Dalam masa kekuasaannya masyarakat Kadipaten Mangkunegaran Surakarta makmur. Ia... more » - 29-10-15
Rujukan Untuk Mengen
Buku Kajian Naskah Kawroeh Kambeng ini membahas tentang arsitektur tradisional rumah Jawa. Penjelasannya sangat rinci mengenai istilah-istilah atau... more » - 28-10-15
Upaya Memopulerkan K
Awalnya Miranti Serad Ginanjar, penulis buku “Batik Kudus The Heritage” jatuh cinta pada motif dan detail batik Kudus dengan kombinasi warna yang... more » - 28-10-15
Tradisi Nguras Enceh
Upacara Nguras Enceh (menguras air dari semacam tempayan besar) di depan makam Sultan Agung Hanyakrakusuma merupakan tradisi yang telah dilakukan... more »