Duo Bajo Sinergi Idealis
18 Jul 2016 Sebuah pergerakan dari dua anak muda dengan sebuah idealisme turut mewarnai berkembangnya gaya musik di kota Yogyakarta. Mereka adalah Braniawan Mesakh Meok dan Praditya Ratna Murdianta yang keduanya terhitung masih muda dan mempunyai gagasan kreatif dalam menuangkan setiap ide dalam karya. Dengan formasi duet gitar, Bran dan Adit (begitu mereka disapa) mereka sepakat menamakan grupnya Duo Bajo.Bajo diambil dari singkatan Bali-Jowo yang sekaligus menjadi tempat kelahiran bagi masing-masing personel, yakni Bran lahir di Denpasar, 2 Maret 1993 sedangkan Adit merupakan pemuda kelahiran Yogyakarta, 14 Mei 1993. Keduanya aktif saling bertukar pikiran dan saling berbagi teknik dalam setiap prosesnya.
Terhitung sejak 14 September 2013 Duo Bajo terbentuk, dibarengi dengan konser perdananya kala itu di Tembi Rumah Budaya, dengan kostum masing-masing daerah yang menjadi ciri khas penampilannya (Bali-Jawa). Menginjak usia yang ke-3 tahun ragam dinamika serta cerita unik dan menarik mewarnai setiap prosesnya.
Siang itu Kamis, 30 Juni 2016 ditemui di sebuah warung yang terletak tak jauh dari kampus ISI Yogyakarta kami bertegur sapa dan memulai cerita. Di awal cerita mereka menyampaikan bahwa pernah terpikir untuk menyudahi grup ini dengan alasan proses yang terkesan membuang waktu, hal tersebut terpikir karena sebelumnya mereka mengalami vakum beberapa saat dalam berproses. Akan tetapi apresiasi yang positif mereka dapat setelah bermain dalam suatu acara ditambah teman dan sahabat yang selalu mendukung keberlangsungan Duo Bajo agar tetap berkarya. Bran dan Adit pun sepakat bahwa dukungan tersebut menjadi alasan kuat mengapa Duo Bajo harus tetap berlanjut.
Dari awal grup ini bertujuan untuk turut meramaikan perkembangan musik saat ini dengan harapan dapat mengangkat popularitas dan banyak orang semakin mengenalnya. Namun lambat laun mereka sadar bahwa semua tidak bisa diperoleh secara instan, semua melewati proses. Pernah merasakan vakum kali kedua dengan waktu yang cukup lama, seakan tak ada gairah untuk kembali berlatih. Banyak keraguan dalam pikiran yang menghantui untuk proses ke depan. Waktu berjalan dan akhirnya sadar bahwa semakin ke depan harus dijalani dengan penuh semangat serta optimisme tinggi, segala permasalahan akan mendewasakan pemikiran, keinginan awal yang menggebu kini semakin dapat terkontrol. Semangat idealis dengan gaya bermusik yang khas agar dikenal identik merupakan salah satu kunci konsistensi, karena mereka percaya hasil tak akan mengkhianati proses.
Walau sempat merasa kesulitan menyatukan‘feel’saat kembali berlatih bersama, Bran dan Adit tak menyerah. Vakum bukan berarti tidak produktif dan vakum bukan berarti berhenti berlatih. Momen vakum tak jarang mereka gunakan untuk mencari inspirasi dengan gaya masing-masing, dan alhasil inspirasi dapat mereka satukan dalam sebuah karya saat kembali berlatih bersama. Bagai menemukan rasa baru dan seakan terlahir kembali, begitulah pengakuan dari keduanya saat memberi jawaban setelah aktif berlatih bersama. Tetap konsisten tanpa mengubah gaya serta konsep dan alhasil mereka merasa selangkah lebih maju dalam perkembangan musikalnya.
Sebelum mencipta lagu sendiri, Duo Bajo pernah beberapa kali meng-cover lagu-lagu dari beberapa penyanyi maupun band kelas dunia. Lagu-lagu hits dari Coldplay, Pharrell Williams, David Guetta, OST Mission Imposible, dll berhasil mereka bawakan dengan aransemen dan gaya mereka sendiri. Tak jarang penonton dibuat heran dengan hasil aransemennya. Bukan tanpa tantangan, dibutuhkan kejelian apabila akan meng-cover sebuah lagu untuk tetap mempertahankan maksud lagu tersebut, dibutuhkan sedikit analisa agar lagu yang akan dimainkan tidak sekadar apa adanya, terang Adit. Maka dari itu sering kali keduanya berlatih tiga kali dalam sehari demi persiapan beberapa minggu sebelum pentas agar mendapatkan hasil yang diinginkan.
Proses terus berjalan dan pemikiran semakin berkembang dengan melahirkan ide-ide untuk berkarya. Beberapa karya telah tercipta hasil penuangan imajinasi, ide dan kreasi. Penerapan teknikfingerstyle seakan menjadi ciri khas Duo Bajo. Dengan beberapa karyanya Duo Bajo berhasil membius penontonnya saat dipercaya menjadi bintang tamu pada suatu acara di Kampung Kepiting, Bali pada tahun 2015 .
Saat ini tak kurang dari tujuh buah lagu telah tecipta oleh Duo Bajo.Eiko, Dedek Gemes, Ketika Hujan, Summer Paradise, Cakrawala, White Rose, Bersepedaadalah karya yang tercipta hasil dari penuangan ide serta imajinasi. “Saat ini baru beberapa lagu yang sudah direkam, dan semoga akan segera selesai tahun ini,” papar Adit. Di samping itu beberapa hal yang bersifat teknis tak dapat dipaisahkan ketika proses berlangsung. “Permasalahan klasik seperti kesiapan instrumen dan dana kadang menjadi kendala, tapi kami berusaha tetap konsisten dan percaya semua pasti ada solusi,” tambah Bran.
Dalam kurun waktu kurang dari tiga tahun terakhir Duo Bajo telah dipercaya untuk tampil dalam beberapa event, yaitu : Ngayogjazz, Festival Musik Tembi, Festival Kesenian Yogyakarta, Show Off Room Guitar Centre Jogja, Tribute To Koes Plus, Gema Takbir Ramadhan 2015 dan konser Transformation yang diselenggarakan beberapa saat lalu. Serta acara internal beberapa kampus di Yogyakarta seperti : International Students Summer Program (UGM), Accounting Week 2015 (Atma Jaya Yogyakarta), Pre Event Festival Musik Tembi 2015 (Sanata Dharma), Penutupan Orientasi Mahasiswa Fakultas Ekonomi (UII), dll.
Selain telah dipercaya dalam mengisi acara, Duo Bajo berkesempatan bermain bersama seorang gitarisfingerstyle Indonesia serta dikenal pandai menghadirkan "suasana" yang ingin disampaikan sebuah lagu melalui gabungan berbagai teknik permainan gitar yang dinamis, Jubing Kristianto. Pada bulan Agustus 2016 Duo Bajo akan tampil di acara Valerio International Guitar Festival kategori Ansambel, yang akan diselenggarakan di Yogyakarta.
Naskah dan foto:Indra Waskito
PROFILBaca Juga
- 19-08-16
Hardi: Sang Presiden di Antara Para Presiden
Sekitar pertengahan 2000-an, saya pernah melihat sebuah gambar yang terpampang di tangga rumah seorang sastrawan yang kebetulan saya kenal secara... more » - 18-08-16
Obituari Slamet Riyadi Sabrawi, Penyair, Dokter Hewan dan Jurnalis
Mestinya, pada Sastra Bulan Purnama edisi ke-59, yang digelar 18 Agustus 2016, pukul 19.30 di Tembi Rumah Budaya, Slamet... more » - 11-08-16
Purwadmadi, Penyair, Novelis dan Jurnalis
Nama lengkapnya Purwadmadi Admadipurwa, atau sering dipanggil Pur. Dia seorang penyair sekaligus novelis dan jurnalis. Pernah menjadi wartawan... more » - 01-08-16
Naura Sang Idola Cilik Baru
Terhitung sudah dua album yang diproduksi penyanyi cilik ini, yang bernama lengkap Adyla Rafa Naura Ayu. Di usianya yang ke-8 tahun putri pertama... more » - 20-07-16
Gus Teja Maestro Seruling Melawan Keputusasaan
Namun, di Bali, pemain seruling bukanlah sesuatu yang istimewa. “Dalam orkestra gamelan Bali, seruling hanya di tempatkan ‘di samping,’” ujar Gus... more » - 16-07-16
Bambang Widiatmoko, Penyair Yogya Tinggal Di Jakarta
Puisi adalah hidupnya. Karena itu dia tak bisa pisah dari puisi. Bambang Widiatmoko, demikian namanya. Dia lahir di Yogyakarta, sekarang usianya 57... more » - 27-06-16
Ki Faizal Noor Singgih, Doa Kakek Lebih Mujarab
Faizal Noor Singgih lahir di Yogyakarta pada Jumat Kliwon, 20 April 1979, dari pasangan Sutedjo, pegawai PJKA; dan Rochimah, ibu rumah tangga yang... more » - 13-06-16
Samidjan Pencipta Wayang Limbah
Yogyakarta kaya akan tradisi dan produk kerajinan tradisional wayang kulit, yang biasa digunakan untuk pentas wayang kulit. Selain itu, wayang kulit... more » - 08-06-16
Elisha Orcarus Allasso, Dalang Wanita Pertama Lulus Cum Laude
Pada tahun 2016 ini, untuk pertama kali, Fakultas Seni Pertunjukan jurusan Pedalangan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta meluluskan ‘dalang... more » - 13-05-16
Muhammad Ferdan Tauladan, Dalang Cilik dari Tulungagung
Penampilannya cukup kalem. Namun tidak disangka saat mendalang di atas panggung, apalagi ketika sedang “suluk”, suaranya begitu mantap. Begitu juga... more »
Artikel Terbaru
- 19-08-16
Hardi: Sang Presiden
Sekitar pertengahan 2000-an, saya pernah melihat sebuah gambar yang terpampang di tangga rumah seorang sastrawan yang kebetulan saya kenal secara... more » - 19-08-16
Wisuda MC Jawa Lanju
Para wisudawan kursus Panatacara Pamedharsabda MC Basa Jawa di Tembi Rumah Budaya angkatan IX rupanya mempunyai pandangan yang hampir sama. Kesamaan... more » - 18-08-16
Obituari Slamet Riya
Mestinya, pada Sastra Bulan Purnama edisi ke-59, yang digelar 18 Agustus 2016, pukul 19.30 di Tembi Rumah Budaya, Slamet... more » - 18-08-16
Peserta Badan Diklat
Sebanyak 80 orang SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) baik provinsi, kabupaten, dan kota dari seluruh Indonesia yang berkunjung ke Tembi Rumah... more » - 16-08-16
Karyawan Bir Bintang
Menjelang maghrib hari Kamis 11 Agustus 2016, Tembi Rumah Budaya dikunjungi oleh karyawan PT Bir Bintang Jakarta sejumlah 100 orang. Mereka datang ke... more » - 16-08-16
Suara Malam dan Peso
Sastra Bulan Purnama edisi ke-59, yang akan diselenggarakan Kamis, 18 Agsutus 2016, pukul 19.30 di Tembi Rumah Budaya, Sewon, Bantul, Yogyakarta akan... more » - 16-08-16
Kapak Batu di Pajang
Senin, 25 Juli 2016 Sunardi (43) warga Dusun Manukan, Kelurahan Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, DIY menemukan sebuah benda yang... more » - 15-08-16
Ketika Politik Prakt
Haruskah kita bersikap jujur di depan sebuah karya seni? Pertanyaan itu muncul dalam diri saya ketika hadir dalam pembukaan pameran tunggal karya-... more » - 15-08-16
Menikmati Semangkuk
Judul naskahnya ‘Semangkuk Sup Makan Siang atau Cultuurstelsel’ karya Hedi Santosa yang dimainkan oleh Whani Dproject selama dua hari 10... more » - 15-08-16
Dunia Indigo dalam E
Karya Edo Adityo sebagai penyandang disabilitas dan sekaligus indigo mungkin terkesan sangat personal, ekspresif, unik, dan sekaligus magis. Dalam... more »