Kegiatan ACICIS Kedua di Tembi Rumah Budaya
Author:editorTembi / Date:11-07-2014 / Anak-anak remaja ACICIS ini begitu menikmati berontel ria menyusuri areal persawahan, tegalan, dan dusun-dusun di seputaran Timbulharjo, Sewon, Bantul. Kegembiraan mereka ternyata juga menular kepada anak-anak dusun yang pada keluar dan menyambut mereka dengan lambaian tangan serta senyum ceria yang polos.
Anak-anak Desa Timbulharjo ikut onteling bersama ACICIS
Sudah dua kali siswa-siswi ACICIS (Australian Consortium for ‘In Country’ Indonesia Studies) melakukan kunjungan dan kegiatan budaya di Tembi Rumah Budaya. Pada bulan April 2014 yang datang ke Tembi sebanyak 15 orang, dan yang kedua Kamis, 3 Juli 2014 sebanyak 19 orang plus pendamping. Program yang mereka ikuti pun sama, yakni onteling, belanja di pasar tradisional, dan memasak menu tradisional Nusantara.
Anak-anak remaja ACICIS ini begitu menikmati berontel ria menyusuri areal persawahan, tegalan, dan dusun-dusun di seputaran Timbulharjo, Sewon, Bantul. Kegembiraan mereka ternyata juga menular kepada anak-anak dusun yang pada keluar dan menyambut mereka dengan lambaian tangan serta senyum ceria yang polos, khas anak-anak. Bahkan ada yang ikut berontel ria bersama mereka. Alhasil, di sepanjang jalan anak-anak ACICIS ini nyaris tidak pernah lepas dari senyuman.
“Aku beli buah kelapa, benar ?”
Begitu memasuki pasar tradisional Kepek, mereka tampak bingung. Maklum mereka belum fasih berbahasa Indonesia. Maklum juga karena pasar tradisional ala Indonesia mungkin tidak masuk dalam angan atau bayangan mereka. Mereka yang barangkali di negara asalnya tidak pernah melihat atau mengenali segala macam bumbu masak, buah, sayur, dan aneka macam hasil bumi yang dijual di pasar yang digelar begitu saja, mungkin “shock”. Lebih shock lagi ketika mereka mencoba membeli hal-hal yang harus dibeli, mereka terbata-bata dalam berbahasa. Bahasa mereka banyak yang tidak bisa ditangkap oleh para pedagang di pasar tradisional itu.
“Wah Londone ayu-ayu, apik nggo turunan kuwi Mas.” (Wah bulenya cantik-cantik, bagus untuk keturunan itu Mas). Demikian celetukan dari salah satu pedagang Pasar Kepek. Orang yang dimaksud pun bertanya kepada pemandu, apa maksud kalimat dari pedagang itu. Setelah dijelaskan salah satu gadis dari ACICIS itu tertawa lebar. Ia merasa bangga dan mengucapkan terima kasih berulang-ulang.
Kekeliruan membeli barang menjadi hal yang kemudian bisa dimaklumi. Kelapa tua pun mereka anggap sebagai buah. Mereka membelinya, padahal kelapa tua tidak dibutuhkan dalam acara masak-memasak nantinya. Mereka tidak tahu bahwa kelapa muda dan tua sangat berbeda sifat, kegunaan, dan peruntukannya.
"Yes, it’s lemon or citrus ?"
Mereka yang tidak bisa menawar pun akhirnya “keblondrok” (membeli barang dengan harga kemahalan, sesuai harga yang diminta penjual). Hal ini dapat dilihat dari salah satu peserta ACICIS yang membeli tiga biji buah salak seharga Rp 1.500, padahal harga salak sekilo hanya sekitar Rp 5.000.
Dalam memasak pun mereka merasa kebingungan. Tidak tahu harus mulai dari apa atau mana dulu. Apakah dari mengupas bumbu ataukah mencuci daging ayam. Bagaimana cara melembutkan bumbu di atas cobek, bagaimana cara mengupas bawang, bagaimana membersihkan sereh, semuanya membuat mereka bingung. Namun semua kebingungan itu toh terlewati dengan sukses karena semangat mereka untuk mengetahui atau menaklukkan tantangan-tantangan tersebut tinggi.
Begitu bangga dengan hasil kerja berupa masakan ayam bakar
Dalam arahan pemandu semuanya bisa dilakukan dengan baik dan menyenangkan. Apa yang mereka lakukan tentu dan diharapkan menjadi pengalaman yang memperkaya mereka untuk semakin mengenali sisi sosial, ekonomi, dan kebudayaan negara tetangganya. Dari sana kelak diharapkan terjalin hubungan yang semakin ramah dan saling menghargai serta menguntungkan.
Naskah dan foto: A. Sartono
KunjunganLatest News
- 12-07-14
Gapura Cendanasari B
Gapura Cendanasari sejak dipindahkan dari tempat semula memang sudah dalam kondisi tidak utuh lagi. Bagian kemuncaknya telah hilang. Sementara bagian... more » - 12-07-14
Kiai Pramugari, Kuda
Kuda inilah yang menjadi kekuatan Abimanyu dalam mencerai-beraikan pasukan Hastina. Adipati Karna, salah satu senopati perang Hastina, lantas ia... more » - 12-07-14
Hari Nahas Orang Wuk
Orang Wuku Tambir mempunyai ciri wibawa besar, kuat dalam pendirian/kemauan, dan hemat. Namu, karena saking hematnya ia cenderung kikir. Orang wuku... more » - 11-07-14
Nuansa Zaman Revolus
Banyak pengunjung yang tertarik dengan rekaan suasana perang revolusi 45 yang disajikan di halaman depan guest house Museum Benteng itu. Apalagi di... more » - 11-07-14
Hedi Yunus Bernyanyi
Bulan ramadhan tahun ini, Hedi Yunus yang pernah meluncurkan album religi, menggandeng musisi wanita Melly Goeslaw membuat konser kecil bertajuk ‘... more » - 11-07-14
Imbauan dalam Bahasa
Mestinya spanduk ini jika dituliskan dalam bahasa Jawa yang benar adalah sebagai berikut: Aja seneng gawe gendra. Spanduk di selatan parkiran Abu... more » - 11-07-14
Kegiatan ACICIS Kedu
Anak-anak remaja ACICIS ini begitu menikmati berontel ria menyusuri areal persawahan, tegalan, dan dusun-dusun di seputaran Timbulharjo, Sewon,... more » - 10-07-14
Pasinaon Basa Jawa K
Pancen menawi dipun tandhingaken kaliyan jaman rumiyin, undha-usuk basa Jawi samenika langkung ringkes. Dene ing jaman rumiyin undha-usuk basa Jawi... more » - 10-07-14
Obituari Moortri Pur
Moorti yang semasa hidupnya tinggal di Dusun Jotawang, Kalurahan Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta, memang tak bisa lepas dari teater. Bahkan... more » - 10-07-14
Carane Sinau ya Kudu
Pepatah ini mengajarkan bahwa untuk dapat melaksanakan tindakan belajar, orang pun harus mempelajarinya. Dengan kata lain orang harus mengerti sistem... more »