Tembi

Yogyakarta-yogyamu»WUKIRSARI, BANTUL, SENTRA BATIK TULIS DENGAN PEWARNA ALAMI

05 Aug 2009 07:26:00

Yogyamu

WUKIRSARI, BANTUL: SENTRA BATIK TULIS
DENGAN PEWARNA ALAMI

Batik merupakan produk kerajinan yang amat terkenal di berbagai wilayah di Indonesia. Sentra-sentra batik dapat ditemukan di Yogyakarta, Pekalongan, Surakarta, Pekalongan, Madura, Lasem, Cirebon, dan sebagainya. Awalnya batik dibuat dengan cara dilukis atau dituliskan di atas kain. Dalam perkembangannya proses pelukisan atau penulisan batik yang menggunakan seperangkat alat seperti pensil dan canting ini tergantikan oleh sistem cap atau bahkan printing mesin. Produksi batik dengan sistem yang terakhir ini tentu saja dapat dilakukan dengan waktu relatif cepat dan produksi yang berjumlah demikian melimpah. Batik jenis teriakhir ini juga berharga lebih murah. Dengan cepat batik seperti ini menguasai pasaran batik.

Batik tulis yang dibuat dengan ketekunan yang njelimet seperti terpinggirkan. Banyak perajin batik tulis gulung tikar. Pekerja atau buruh batik pun banyak yang beralih pekerjaan karena pekerjaan mereka telah tergantikan oleh cap dan mesin. Lambat laun batik tulis seperti tertelan oleh modernisasi/mesinisasi batik.

Sekalipun batik tulis seolah tertelan oleh batik printing, ternyata masih banyak orang yang lebih menyukai batik tulis. Mereka menyukai produk ini dengan berbagai alasan. Keunikan, keeksklusifan, dan nilai estetika yang tinggi menjadi salah satu alasannya. Barangkali hal demikian dapat dianalogkan dengan hasil lukisan atas potret dengan produk potret yang dilakukan dengan alat potret (kamera). Lukisan atas potret dan potret itu sendiri berbeda nilainya. Demikian pula batik tulis dengan batik printing.

Untungnya komitmen untuk terus menghidupkan batik tulis pun akhirnya juga muncul di berbagai wilayah. Hal ini terjadi karena munculnya kesadaran untuk melestariklan warisan budaya yang bernilai tinggi ini. Salah satu wilayah yang berkomitmen untuk melestarikan batik tulis adalah wilayah Wukirsari, Giriloyo, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.

Untuk menjalin kerjasama dan menghimpun keberdayaan pengrajin batik tulis di wilayah ini, maka dibentuklah kelompok-kelompok. Sekarang di wilayah ini telah terbentuk 20 kelompok pengrajin batik tulis yang terdiri atas 3 pedukuhan, yakni Pedukuhan Girilolyo, Karang Kulon, dan Cengkehan. Masing-masing kelompok itu terdiri atas 50-90 orang anggota. Jadi, di Wukirsari ada sekitar 1800-an orang pengrajin/pembatik batik tulis. Tentu saja ini merupakan jumlah yang cukup membanggakan.

Tidak ada catatan resmi sejak kapan wilayah wukirsari ini menjadi sentra batik. Mungkin sejak berdirinya kompleks makam raja-raja Dinasti Mataram pada awal abad 17 M. Ketika kompleks makam ini dibangun kemungkinan besar banyak abdi dalem yang kemudian tinggal di seputaran kompleks makam itu. Dari sekian abdi dalem itu kemungkinan besar ada atau bahkan banyak yang menjadi pembatik. Demikian spekulasi yang dapat diajukan.

Menurut Sudarto (47) yang menjadi suami Ibu Imaroh (45) selaku ketua kelompok pembatik Sri Kuncoro, di masing-masing keluarga warga Wukirsari setidaknya terdapat 1 orang yang bisa membatik. Hal ini sesungguhnya merupakan potensi kuat bagi lestarinya batik tulis di wilayah ini. Selain itu, generasi muda di wilayah ini khususnya anak-anak siswa SD dan SMP mulai dikenalkan pula pada seni batik.

Seni batik tulis di Wukirsari. Imogiri ini juga memiliki banyak keunggulan. Di samping desainnya yang bisa sangat rumit maupun sederhana, proses pewarnaannya menggunakan pewarna alami. Dengan demikian limbah batik tidak membahayakan lingkungan. Komitmen untuk menggunakan pewarna alami ini patut dipuji mengingat selama ini banyak limbah batik dan tekstil telah banyak menimbulkan kerusakan lingkungan.

Ada pun bahan-bahan pewarna alami yang digunakan di antaranya adalah kulit mahoni untuk warna merah, kayu tingi untuk warna kuning, buah jalawe untuk warna kuning, kayu secang untuk warna merah, perdu tom/indigo untuk warna biru, daun mangga untuk warna kuning kehijauan, daun kates untuk warna hijau, dan lain-lain. Bahan pewarna alami ini di samping tidak membahayakan lingkungan juga berharga murah serta sangat mudah didapatkan di lingkungan para pembatik di wilayah ini.

Untuk harga satu lembar kain batik tulis berkisar antara 150.000-700.000 rupiah. Semua tergantung bahan dan tingkat kerumitan polanya. Sampai sekarang produk batik tulis di wilayah ini lebih banyak dipasarkan di dalam negeri. Sekalipun tempatnya cukup jauh dari Kota Yogyakarta, wilayah Wukirsari sering didatangi wisatawan asing asing maupun wisatawan nusantara.

Guna terus mengembangkan wilayah ini, di tempat ini juga disediakan pelayanan kursus batik singkat. Kursus dapat diikuti oleh individu maupun kelompok. Semuanya tergantung permintaan konsumen. Belajar dan belanja batik tulis di pusat produksinya tentu beda rasanya dengan di toko, butik, atau tempat lain. Batik tulis asli ? Wukirsari, Imogiri, Bantul adalah salah satu jawabannya.

a sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta