Tembi

Yogyakarta-yogyamu»MELONGOK PINTU UTAMA SISTEM DRAINASE atau PENGGELONTORAN KOTA YOGYAKARTA YANG TERLETAK DI KABUPATEN SLEMAN

01 Jan 2008 09:04:00

Yogyamu

MELONGOK PINTU UTAMA SISTEM DRAINASE / PENGGELONTORAN KOTA YOGYAKARTA YANG TERLETAK DI KABUPATEN SLEMAN

Sebuah kota yang dirancang baik biasanya di dalamnya terdapat sisitem pengaturan drainase atau penggelontoran air yang cukup baik di samping tentu saja sistem penempatan jalan/gang, penerangan, telekomunikasi, pasar, tempat ibadah, tempat rekreasi, tempat belanja, gedung pertemuan, gedung pemerintahan, tempat pendidikan, alun-alun, dan sebagainya.

Salah satu sistem drainase serta penggelontoran yang terdapat di Kota Yogyakarta terdapat di sisi barat sepanjang jalan Ahmad Yani-Malioboro-P. Mangkubumi-AM. Sangaji-Nyi Tjondroloekito (Monjali) kemudian berbelok ke timur pada sisi selatan aliran Selokan Mataram, pada jarak sekitar 40-an meter . Pada tahun-tahun 70-an sistem drainasi ini boleh dikatakan masih sangat lancar dan air yang mengalirinya masih cukup jernih. Bahkan sistem drainase pada poros itu di ruas AM. Sangaji-Nyi Tjondroloekito pada masa itu masih dibuat terbuka. Dengan demikian, siapa pun dapat menikmati aliran airnya dengan mata terbuka.

Kecuali itu, aliran air pada saluran tersebut masih banyak digunakan untuk mengaliri areal sawah di kanan kiri jalan tersebut. Sampah yang terbawa oleh sistem drainase sekaligus irigasi dan penggelontoran kota ini pada waktu itu relatif mudah dikontrol sebab di beberapa titik pada ruas Jalan AM.Sangaji-Nyi Tjondroloekito terdapat banyak pintu air. Pada pintu-pintu air ini biasanya sampah (padat) mengendap atau tersangkut. Dengan mudah pula sampah-sampah ini diangkut (karena tempatnya memang terbuka).

Pada masa itu pula masih terdapat banyak ikan pada saluran ini. Yang dapat penulis ingat jenis biota yang hidup pada saluran tersebut di antaranya wader, udang batu, udang galah, uceng, kepiting, keong, sompil, kotes, dan lele. Tiga puluh tujuh tahun kemudian (2007) kita akan sangat kesulitan untuk dapat menemukan jenis biota air tersebut kecuali kepiting dan sompil.

Jika kita turut saluran drainase atau air ini mendapatkan suplai utama airnya dari Sungai Code. Pintu utama saluran air penggelontor wilayah Kota Yogyakarta ini tepatnya berada di Kabupaten Sleman, yakni di RT 05, RW 44 Dusun Gemawang, Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Pada wilayah itu terdapat bangunan berupa bendungan air yang berfungsi meninggikan posisi aliran air Sungai Code agar bisa masuk ke pintu air utama saluran penggelontoran tersebut di atas. Bendungan tersebut oleh masyarakat setempat lebih dikenal dengan Nggajahan karena pada bendunagn tersebut terdapat gajah yang terbuat dari cor semen.

Saluran irigasi yang difungsikan juga penggelontoran kotoran kota ini oleh masyarakat setempat dulu dikenal dengan nama Kali Mbah Jiwo sebab Mbah Jiwo lah yang dianggap sebagai pemukim pertama di dekat saluran irigasi (kali) itu. Kali kecil dengan diameter sekitar 1-2 meter ini jika diukur dari mulut pintu air sampai dengan jalan Nyi Tjondroloekito panjangnya kira-kira hanya 400-an meter. Namun pada masa lalu air di Kali Mbah Jiwo ini sangat berarti bagi masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan MCK-nya. Bahkan juga untuk perburuan ikan jenis udang.

Anda bisa membayangkan sendiri jika kemarau panjang menimpa DIY lalu Sungai Code kehabisan debit airnya, maka kotoran yang setiap hari memasuki saluran gorong-gorong di kota Yogya tidak akan tergelontor ke arah hilir. Kota Yogyakarta bakalan kelimpungan karena bau tidak sedap yang akhirnya mengundang berbagai penyakit dan binatang perantara penyakit.

Foto dan Teks Sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta