Tembi

Yogyakarta-yogyamu»IKLAN IKLAN LUCU, WAGU, NYLENEH DI JOGJA

10 Mar 2010 11:21:00

Yogyamu

IKLAN-IKLAN LUCU, WAGU, NYLENEH DI JOGJA

Di Jogja ada begitu banyak papan, spanduk, baliho, neon boks, poster, leaflet, selebaran lepas, dan lain-lain yang berisi iklan atau promosi. Jadi, tidak aneh jika kita berjalan di sepanjang ruas-ruas jalan di Jogja mata atau pandangan kita akan segera disergap oleh ribuan atau bahkan jutaan tulisan dan gambar yang berisi iklan atau promosi tersebut. Saking banyaknya iklan yang mengisi ruang-ruang di sepanjang jalan di Jogja maka jalan-jalan di Jogja seperti dihiasi tarub iklan.

Dari sekian banyak iklan itu jika kita cermati ada juga iklan yang dituliskan dengan serampangan. Ada juga yang sama sekali tidak mempedulikan kaidah kebahasaan, bahasa Indonesia. Entah sadar atau tidak sadar hal-hal demikian bisa menimbulkan kesan lucu, unik, tidak masuk akal, bahkan asal-asalan.

Apa kesan Anda jika mendapati iklan (baik dituliskan di spanduk, baliho, atau yang lain) yang jika dibaca akan berbunyi: Belum Bertanya Sudah Dijawab. Iklan ini dibuat oleh seorang penghusada. Ada pula iklan yang berbunyi: Anu Motor lalu di sebelah tulisan Anu Motor itu diterakan tulisan Bikin Gigi sehingga jika dibaca secara urut akan berbunyi Anu Motor Bikin Gigi. Apa tumon ? Tampaknya bengkel motor itu memiliki tempat usaha yang bersebelahan dengan tukang bikin gigi. Untuk menghemat ruang iklan di tempat usaha mereka itu mereka membuat satu lembar spanduk saja yang berisi dua iklan sekaligus. Tampaknya mereka tidak sadar bahwa tulisan anu motor dan bikin gigi menimbulkan kesan bahwa bengkel motornya bisa bikin gigi.

Ada lagi iklan yang berbunyi Soto Bakso atau Sate Gule. Bagaimana mungkin ada menu masakan bernama Soto Bakso. Apakah ini maskudnya Soto dicampur Bakso atau Soto berasa Bakso. Apakah ada Sate Gule. Apakah Satenya digule atau Sate rasa Gule, entahlah. Lain lagi iklan yang berbunyi Sedia Empal Gentong. Lho, memangnya gentong bisa dibuat menjadi empal. Iklan lain lagi berbunyi Martabak Ala San Fransisco. Lho apakah menu martabak merupakan menu khas di sana. Bukankah martabak lebih lazim di negara India, Pakistan, dan Banglades.

Ada pula penjual makanan yang menuliskan promosinya dengan menambahi kata-kata atau istilah Mak Nyosss.... Tampaknya penjual makanan tersebut tidak mengerti bahwa kata atau istilah mak nyosss berbeda makna atau artinya dengan istilah mak nyusss. Istilah mak nyosss digunakan untuik merujuk pada pengertian benda panas yang dimasukkan ke air atau disundutkan ke kulit. Sedangkan istilah mak nyusss mengacu pada pengertian makanan yang berasa sangat enak atau sangat nikmat. Kecuali sangat enak makanan tersebut juga tidak keras ketika digigit. Ada nuansa keempukan di sana. Ada paduan atau harmoni rasa yang demikian menyatu sehingga menumbuhkan sesuatu yang sensional dan sangat mengesan di dalam indra pengecapan.

Begitu banyak iklan di Jogja dengan berbagai gaya tulisan, gambar atau lukisan, serta warna-warni yang bermacam-macam. Jika kita cermati, ada beberapa dari iklan tersebut memiliki struktur kebahasaan yang mungkin membingungkan, rancu, serampangan, dan lain-lain. Barangkali semuanya itu dibuat dengan tanpa kesadaran tinggi akan struktur kebahasaan. Barangkali juga bahas iklan memang memiliki loginya sendiri. Tidak perlu tepat atau benar dari kaidah kebahasaan. Persoalan yang hendak dicapai oleh bahasa iklan adalah pesannya sampai dan dimengerti oleh penerima pesan (konsumen/calon konsumen). Mungkin juga karena memburu ruang atau bidang iklan sehingga pesan sesingkat mungkin bisa disampaikan kepada pembaca (calon konsumen). Hal yang paling penting adalah calon konsumen tahu maksud dan tujuannya (ngerti karepe). Mungkin demikian salah satu alasan yang dapat daijukan dalam pembuatan iklan semacam itu.

a. sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta