Foto Bersama Pocong di Malioboro
Cari uang dengan model pocong memang merupakan modus operandi baru di Malioboro. Mereka mesti rela berdiri berjam-jam dengan kaki yang tidak bisa melangkah karena diikat seperti pocong sungguhan.
Pocong tidak lagi menakutkan untuk diajak foto bersama
Beberapa bulan terakhir ini ada yang aneh dan unik di kawasan Malioboro, yakni “pocong” hidup. Orang ini tidak menyanyi, bermain musik atau menari, melainkan hadir dengan berdiri begitu saja di salah satau sudut atau ruas Jalan Malioboro. Ia mendandani dirinya dengan kostum dan rias pocongan. Wajahnya dibuat sedemikian rupa sehingga kelihatan menyeramkan dan seolah-olah meneteskan darah.
Pocongan ala Malioboro ini bagi orang dewasa tentu tidak berdampak menakutkan secuil pun. Namun bagi anak-anak yang mungkin imajinasinya telah terisi oleh film-film horror di televisi, hal ini bisa menimbulkan rasa takut. Mungkin justru dampak atau efek itu yang hendak disasar oleh para pengamen tersebut. Jika sasaran keseraman itu tercapai, maka anak-anak yang merasa pemberani justru akan berani mendekat dan bahkan memberi sekadar uang receh sebagai sawerannya.
Anak kecil ini menunjukkan keberaniannya untuk berfoto bareng pocong
Tampaknya usaha orang dengan kostum hantu ini lumayan berhasil juga. Buktinya, ada cukup banyak remaja dan anak-anak yang rela mengantre dan berfoto bersama hantu jadi-jadian ini.
Foto-foto tersebut tentu akan dipamerkan kepada teman atau handai taulannya sebagai semacam bukti bahwa dirinya adalah pemberani, atau hanya untuk sekadar guyonan. Orang-orang yang berfoto bersama pocong ini akhirnya akan merogoh kocek untuk sang pocong sebagai ucapan terima kasih.
Apa yang dilakukan oleh orang-orang yang berkostum pocong ini mungkin memang menjadi semacam terobosan dalam mencari uang. Orang mungkin saja telah mulai jenuh dengan model-model orang ngamen yang membawa gitar sambil menyanyi di depan orang kemudian mengulurkan tangannya untuk meminta uang.
Foto ini mungkin akan jadi kenangan tersendiri kelak
Cari uang dengan model pocong memang merupakan modus operandi baru di Malioboro. Mereka mesti rela berdiri berjam-jam dengan kaki yang tidak bisa melangkah karena diikat seperti pocong sungguhan. Kedua tangannya pun tak bisa leluasa bergerak karena berada di dalam balutan pakaian pocongnya. Wajahnya pun akan dirias sedemikian rupa sehingga wajah aslinya tenggelam dalam cat rias.
Begitulah variasi baru orang mengais rezemi di Malioboro Yogyakarta.
Ke Yogya yuk ..!
Naskah & foto:A.Sartono
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Menikmati Kembali Sekaten dan Grebeg Mulud di Keraton Yogyakarta(08/01)
- Sentra Kacang Tanah Mentah di Yogyakarta yang Mulai Meredup(21/12)
- Selintas Awal Berdirinya Universitas Gadjah Mada pada 64 Tahun Silam(17/12)
- Dusun Pandes, Kampung Dolanan Anak(14/12)
- Penjajahan Iklan Visual di Yogyakarta(10/12)
- Panggung Krapyak Dibungkus Kain Hitam(30/11)
- Menimbun Masalah dengan Sampah(29/11)
- Masih Ada Monumen KB di Yogayakarta(19/11)
- Hotel di Yogya Seperti Cendawan di Musim Hujan(08/11)
- Kirab Budaya Pariwisata DIY, Setiap Wilayah Memamerkan Kekhasannya(06/11)