Petilasan Gunung Permoni: Tamansari Keraton Mataram Pleret ?
(2)

1. Watu Panah

Watu Panah memiliki keletakan tidak jauh dari Watu Sembrani. Jarak antara keduanya sekitar 12 meter. Watu Panah disebut demikian karena batu ini memiliki celah atau rekahan yang membentuk ruang sempit dan ruang sempit tersebut membentuk formasi seperti anak panah. Akan tetapi Watu Panah ini seperti umumnya bebatuan yang lain di Gunung permoni, juga diliputi oleh semak-semak sehingga kenampakannya tidak begitu menonjol. Menurut legenda setempat Watu Panah ini terbentuk atau terjadi oleh karena pada masa lalu Sult Petilasan Gunung Permoni: Tamansari Keraton Mataram Pleret ? (2)an Agung pernah melepaskan anak panahnya dalam rangkan menangkap Kuda Sembrani yang lepas dari kandangnya. Panah tersebut dilepaskan mengarah ke tubuh Kuda Sembrani, namun meleset dan mengenai sebongkah batu di Gunung Rasamuni. Akibatnya, batu tersebut merekah dan rekahan tersebut berbentuk anak panah.

2. Watu Damar

Watu Damar berkelatakan di sisi utara barat dari Watu Panah. Watu Damar disebut demikian karena menurut legenda setempat batu ini semula dapat memancarkan cahaya terang. Damar dalam khasanah bahasa Jawa dapat diartikan sebagai lampu penerang atau suluh.

3. Watu Payung

Watu Payung merupakan susunan batuan yang keletakanya relatif jauh dari Watu Tapak Jaran Sembrani, Watu Damar, maupun Watu Panah. Namun Watu Payung memiliki keletakan relatif dekat dengan Watu Sepur. Keletakan Watu Payung berada di sisi kanan jalan setapak yang ada di tengah bukit atau Gunung Rasamuni atau Permoni. Watu Payung dinamakan seperti itu karena posisi atau konstruksinya membentuk formasi seperti payung. Orang pun dapat berteduh di bawahnya dengan posisi jongkok.

4. Watu Tumpeng

Watu Tumpeng memiliki keletakan tidak jauh dari Watu Payung maupun Watu Sepur. Keletakannya berada dalam satu jalur dalam jalan setapak di bukit ini. Watu Tumpeng memiliki keletakan di bagian paling timur dari keseluruhan batuan yang disebut sebagai batu petilasan di Gunung Permoni. Sayang Watu Tumpeng ini telah hilang akibat aktivitas penambangan batu di tempat ini.

Watu Tumpeng disebut demikian karena batu ini berbentuk menyerupai segitiga atau mirip juga dengan tumpeng. Menurut legenda setempat Watu Tumpeng ini dulunya diduga merupakan patok alamiah yang digunakan untuk menambatkan perahu bagi perahu-perahu yang berada di danau buatan yang diberi nama Segarayasa. Segarayasa sendiri dibuat oleh Kerajaan Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) dan diteruskan oleh putranya yang bergelar Sunan Amangkurat Agung (1645-1677).

5. Watu Sepur

Watu Sepur merupakan batuan yang berbentuk memanjang sehingga formasinya menyerupai deretan batuan. Oleh karena itu dinamakan Watu Sepur. Watu Sepur terletak di sisi barat-atas bekas Watu Tumpeng.Petilasan Gunung Permoni: Tamansari Keraton Mataram Pleret ? (2)

6. Watu Amben

Watu Amben memiliki keletakan tidak jauh dari jalan Segarayasa-Sindet. Watu Amben memiliki bentuk menyerupai amben ’dipan’. Batu ini menurut legenda setempat konon sering digunakan oleh Sultan Agung untuk duduk dan tiduran sambil memandangi Segarayasa. Disebut-sebut bahwa Ratu Kidul pun pernah menunggu Sultan Agung di atas batuan ini. Watu Amben berkeletakan tidak jauh dari nisan/cungkup bekas kama Sultan Agung. Sama seperti batuan yang lain Watu Amben pun diselimuti semak-semak yang cukup lebat.

7. Cungkup Kama Sultan Agung

Cungkup Kama Sultan Agung terletak di sisi bawah-utara dari Watu Amben. Cungkup ini ambruk ketika terjadi gempa, 27 Mei 2006. Di samping itu, nisan yang digunakan untuk menandai lokasi atau tempat ini juga berserakan karena nisannya terbuat dari susunan batuan yang disambung-sambungkan.

Cungkup Kama Sultan Agung adalah cungkup yang dibangun untuk menandai bahwa kama dari Sultan Agung pernah menetes di tempat ini. Demikian menurut legenda setempat. Kama itu sendiri menetes karena waktu itu Sultan Agung tengah melakukan perjumpaan dengan Ratu Kidul. Perjumpaan itu terjadi karena keduanya telah bersepakat untuk melakukan pernikahan.

8. Watu Bayu Tetes

Watu Banyu Tetes memiliki keletakan berada di sisi jalan Segarayasa-Sindet. Jadi keletakannya berada di sisi bawah bagian barat dari Gunung Permoni. Watu Banyu Tetes disebut demikian karena dari permukaan batuan ini banyak terdapat air yang menetes. Menurut legenda setempat Watu Banyu Tetes dulunya merupakan tempat Kuda Sembrani minum air.

Latar Belakang

Gunung Permoni yang sering juga disebut sebagai Gunung Rasamuni sebenarnya hanyalah merupakan bukit kapur. Bukit ini diduga dulunya merupakan semacam benteng atau tanggul alami bagi keberadaan danau buatan yang disebut Segarayasa yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Agung dan dilanjutkan oleh Sunan Amangkurat Agung. Kecuali berdiri sebagai tanggul alami, bukit ini diduga juga merupakan bagian dari tamansari dari Keraton Mataram Pleret. Oleh karena itu pula tidak mustahil jika di tempat ini ditemukan banyak petilasan (batuan) yang memiliki legenda atau mitos berkaitan dengan Kerajaan Mataram maupun Ratu Kidul.

Mitos atau legenda yang berkaitan dengan Ratu Kidul tersebut berkaitan erat dengan adanya berbagai petilasan di tempat itu. Salah satu mitos atau legenda yang menyelimuti keberadaan Gunung Permoni adalah mitos atau legenda tentang Kuda Sembrani atau kuda terbang di tempat ini. Dalam legenda tersebut disebutkan bahwa pada suatu ketika Sultan Agung akan menunggangi Kuda Sembrani-nya. Namun kuda tersebut telah lepas dari kandang. Ketika dicari ternyata kuda tersebut berada di Gunung Permoni. Oleh karena kuda tersebut sulit ditangkap Sultan Agung pun melepaskan anak panahnya ke arah kudanya. Namun panah tersebut meleset dan mengenai batu.

Petilasan Gunung Permoni: Tamansari Keraton Mataram Pleret ? (2)

Versi lain menyatakan bahwa Kuda Sembrani ini merupakan peliharaan kelangenan Gusti Putri yang menjadi permaisuri Sultan Agung. Ketika kuda ini lepas Gusti Putri yang tengah mengandung mengejarnya sehingga ia keguguran di perjalanan. Darah yang menetes dari rahimnya menurut legenda berubah menjadi Watu Tetes. Bayi yang gugur itu dikuburkan dan kuburannya dilengkapi cungkup kecil.

Lepasnya Kuda Sembrani ini membuat Gusti Putri sedih. Dalam sedihnya ia didatangi Ratu Kidul yang kala itu mengaku bernama Ratu Permoni. Pada intinya Ratu Permoni bersedia membantu menangkapkan Kuda Sembrani bagi Gusti Ratu namun dengan syarat yang kala itu tidak disebutkan dengan seketika. Gusti Putri pun menyetujuinya. Begitu Kuda Sembrani bisa ditangkap, maka Ratu Permoni menyebutkan syaratnya, yakni bahwa Gusti Ratu harus merelakan Sultan Agung menjadi suaminya. Gusti Ratu pun tidak bisa ingkar karena ia sudah setuju dengan syarat yang diajukan. Oleh karena itu pula, maka sejak itu dipercaya bahwa semua raja Mataram akan menjadi suami dari Ratu Kidul.

a.sartono


Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta