Candi Kedulan Terpendam 7 Meter
Di Candi Kedulan ditemukan 2 prasasti berhuruf Jawa Kuno yaitu Prasasti Pananggaran dan Prasasti Sumundhul. Kedua prasasti itu kurang lebih menjelaskan bahwa desa-desa yang dialiri air bendungan Pananggaran dan Sumundhul harap membayar pajak berupa emas seberat 4 masa.
Batu Candi Kedulan yang masih terkubur
Gunung Merapi di Sleman, Yogyakarta, meletus sudah ratusan kali. Letusan itu kadang kecil dan kadang besar. Salah satu letusan besar diperkirakan sesudah abad IX ketika Candi Prambanan telah dibangun. Akibat letusan besar itu terjadilah ”pralaya” atau bencana besar dan membuat kerajaan Mataram Hindu berpindah ke Jawa Timur. Wilayah Prambanan, yang ketika itu sudah termasuk ramai dengan keberadaan kerajaan dan banyaknya candi-candi yang terhampar di berbagai tempat, menjadi porak-poranda. Prambanan dan sekitarnya menjadi kota mati, tidak berpenghuni.
Guguran lava Gunung Merapi perlahan-lahan terus menutupi candi-candi di Prambanan hingga beratus-ratus tahun, setidaknya sampai abad XX. Salah satu candi yang kemudian ditemukan pada tahun 1993 adalah Candi Kedulan yang berlokasi di sebelah barat Candi Prambanan, tepatnya di Dusun Kedulan, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, DIY. Dinamakan Candi Kedulan, karena lokasi penemuan berada di Dusun Kedulan. Saat ditemukan, candi dalam keadaan rusak, karena diterjang hantaman lahar dingin.
Candi Kedulan, tertimbun tanah sedalam sekitar 7 meter. Ini menandakan bahwa candi ini selama berabad-abad telah tertutup lahar dingin dari Gunung Merapi. Setelah penggalian, saat ini pondasi candi berada jauh di bawah permukaan tanah di sekitarnya. Bahkan posisi sungai yang berada di sebelah baratnya, lebih tinggi daripada letak candi. Itulah sebabnya, saat hujan, lokasi candi tergenang air. Untuk mengantisipasi kerusakan, batu candi yang telah disusun sementara diletakkan di kanan kiri lokasi asli penemuan candi.
Demikian antara lain penjelasan Antar Nugroho, pegawai Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIY saat memandu siswa-siswi pelajar SMA Kecamatan Turi dan Pakem Kabupaten Sleman pada Selasa, 27 November 2012 yang sedang melakukan kegiatan jelajah museum. Kegiatan ini ingin memperkenalkan museum dan situs budaya kepada pelajar agar mereka mengetahui obyek budaya di DIY dari dekat. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman bekerjasama dengan Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY.
Bagian Candi Kedulan yang sudah direkonstruksi
Lebih lanjut Antar Nugroho menyampaikan bahwa di Candi Kedulan ini ditemukan 2 prasasti berhuruf Jawa Kuno yaitu Prasasti Pananggaran dan Prasasti Sumundhul. Kedua prasasti itu kurang lebih menjelaskan bahwa desa-desa yang dialiri air dari bendungan Pananggaran dan Sumundhul harap membayar pajak berupa emas seberat 4 masa (istilah yang dipakai masa itu). Pajak itu akan digunakan untuk perawatan dan kegiatan keagamaan di Candi Kedulan. Barang siapa tidak membayar pajak, maka anak keturunannya akan dihukum.
Saat ini, ada kegiatan pembuatan parit dan gorong-gorong di sebelah selatan candi untuk membuang dan mengalirkan air yang menggenangi area Candi Kedulan yang berada di posisi rendah. Harapannya, candi tidak akan tergenang setiap musim hujan.
Guru pendamping dari SMA Muhammadiyah Pakem, Supatma Priya yang ikut dalam rombongan kegiatan tersebut saat ditemui Oleh: Tembi, menyambut baik kegiatan ini. “Jelas kegiatan ini akan memberi dampak positif kepada para siswa dan akan memberi wawasan luas kepada mereka, terutama dalam bidang sejarah dan budaya,” kata Supatma.
Parit untuk membuang air yang menggenangi Candi Kedulan
Ke museum yuk ..!
Suwandi
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/
Baca Juga Artikel Lainnya :
Pengunjung Kecelik Saat Museum Sasmitaloka Pangsar Jenderal Sudirman Yogyakarta Direnovasi(22/09) - Uniknya Mesin Cetak Peta Di Museum Peta Fakultas Geografi UGM(08/09)
- Stempel, Kartu Ucapan, Kartu Nama di Jogja Tahun 1930-an(14/08)
- Keris Tangguh Tuban(04/08)
- Gaya Pengantin Jawa Menjelang Abad ke-19(24/07)
- SMP dan SMA Bhinneka Tunggal Ika Yogyakarta Mengadakan MOS di Tembi(21/07)
- Tentara Spoy Tahun 1812(10/07)
- Tepung Umbi-Umbian Hadir di Festival Pendidikan (07/07)
- Turnamen Bulutangkis Antarmuseum 2012 Museum Monjali Yogyakarta(23/06)
- Orang Jawa 1855(19/06)