Makna Filosofis Batik di Museum Batik Yogyakarta

Museum Batik Yogyakarta begitu banyak mengoleksi batik tradisional, dengan pemandu yang mumpuni dalam menguraikan makna filosofis dri setiap motif batik.

Museum Batik Yogyakarta, sumber foto: Suwandi/Tembi
Deretan loleksi batik Yogyakarta

Pada zaman dahulu masyarakat Jawa punya tradisi ketat dalam hal penggunaan motif batik pada jarit yang sedang dipakai. Jarit adalah bagian dari pakaian tradisional Jawa, yang dipakai pada bagian bawah tubuh. Setiap motif punya makna untuk menandai si pengguna sedang dalam posisi atau status tertentu.

Motif Kawung Sawut, misalkan, digunakan oleh orang yang khusus akan melamarkan pengantin. Dalam motif itu antara lain mengandung unsur satria yang ditunjukkan dari motif parang. Demikian juga yang terdapat pada motif-motif lainnya. Setiap motif batik tradisional tidak pernah terlepas dari makna filosofisnya.

Jadi penggunaan motif batik pada zaman dahulu tidak bisa sembarangan. Namun, zaman berubah. Sekarang orang menggunakan motif batif pada jarit sudah sembarangan, tidak pernah memosisikan dirinya sedang bertugas sebagai apa. Apalagi, ketika motif batik yang berkembang sekarang ini, juga dipakai untuk bahan kemeja dan asesoris lainnya.

Museum Batik Yogyakarta, sumber foto: Suwandi/Tembi
Batik Madura bermotif hewan-hewan laut

Perihal filosofi batik tersebut disampaikan oleh Prayoga, pemandu Museum Batik Yogyakarta. Museum ini berlokasi di Jalan Dr Sutomo No 13 A Yogyakarta

Museum Batik Yogyakarta adalah salah satu museum yang banyak menyimpan koleksi batik tradisional di wilayah Jawa, termasuk batik-batik dari pusat kerajaan di Jawa, yakni Surakarta dan Yogyakarta. Di tempat ini juga ada batik-batik dari pesisiran, yakni Pekalongan dan batik-batik Cina. Bahkan batik Cina tertua di museum ini berasal dari abad ke-17.

Selain Museum Batik itu yang berdiri sejak 12 Mei 1977, di Yogyakarta banyak museum yang mengoleksi batik, antara lain Museum Batik Kraton Kasultanan Yogyakarta, Museum Ullen Sentalu Yogyakarta, Museum Batik Imogiri, Museum Negeri Sonobudoyo, Museum Tembi Rumah Budaya Yogyakarta. Masing-masing museum memiliki keunikan tersendiri mengenai koleksi batik dan juga pemandunya.

Museum Batik Yogyakarta, sumber foto: Suwandi/Tembi
Prayoga, pemandu Museum Batik

Museum Batik Yogyakarta begitu banyak mengoleksi batik tradisional, dengan pemandu yang mumpuni dalam menguraikan makna filosofis dri setiap motif batik. Sayangnya, museum ini terlalu sempit untuk koleksi yang mencapai ratusan lembar kain dan ratusan koleksi lain, seperti cap batik, canting, dan lain-lain. Bahkan di museum ini juga terdapat Museum Sulaman.

Begitu sempitnya ruangan, membuat banyak koleksi kain batik yang penyimpanannya digulung berdempet-dempetan. Belum lagi koleksi lain ditata sangat rapat memenuhi ruangan, sehingga jalan untuk pengunjung kurang leluasa. Tentu banyaknya koleksi yang berdempetan akan mudah merusakkan koleksi.

Museum ini termasuk museum swasta. Menurut rencana museum ini akan pindah di lokasi baru yang berada di sebelah barat gedung lama. Sayangnya, belum diketahui kapan terlaksana pemindahan koleksi.

Museum Batik Yogyakarta, sumber foto: Suwandi/Tembi
Koleksi batik Cina

Padahal Museum Batik Yogyakarta saat ini mempunyai area yang cukup luas. Hanya saja area itu sebagian besar digunakan untuk Hotel Batik, yang dikelola oleh satu keluarga besar milik Hadi Nugroho.

Museum Batik adalah salah satu benteng terakhir untuk mengenal filosofis dan barang aslinya. Sangat disayangkan jika keberadaan Museum Batik dan museum batik lainnya kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat maupun pemerintah.

Ke museum yuk ..!

Naskah & foto:Suwandi



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta