Teater Kini Berseri,
Enam Hari Penuh Tawa Bersama Para Bajak Laut
Teater Kini Berseri kembali memberikan kejutan bagi pecinta operet di Bali. Setelah tahun lalu berhasil menghibur penonton dengan pertunjukan Galih dan Ratna, pada tanggal 19 – 24 Agustus 2013, Teater Kini Berseri kembali hadir dengan opera komedi Bajak Laut Mabuk Laut. Pementasan kali ini yang juga merupakan perayaan 5 tahun Teater Kini Berseri diadakan selama 6 hari berturut-turut di Gedung Natya Mandala, ISI Denpasar.
Pementasan Bajak Laut Mabuk Laut oleh Teater Kini Berseri di ISI Denpasar
Pementasan ini merupakan kerjasama Teater Kini Berseri dengan Komunitas Djamur, HMJ Fotografi & UKM Kesenian ISI (Institut Seni Indonesia) Denpasar, Bali. Bajak Laut Mabuk Laut mengisahkan tentang kelompok bajak laut Ikan Tuna beranggotakan Kid, Billy, dan Marko yang berpetualang mencari harta karun.
Selama perjalanan mereka mengalami banyak hal mengesankan. Mulai dari bertemu bajak laut baru yang ternyata adalah Luna, putri angkatan darat. Mereka pun harus berhadapan dengan kelompok bajak laut Barong (Jik Ping, Koh Acong, dan Luh De) yang sakti mandraguna. Di akhir cerita kelompok bajak laut Ikan Tuna berhasil melumpuhkan bajak laut sakti Blackbeard.
Ide cerita yang ditampilkan oleh Kini Berseri memang cukup umum, begitu juga dengan Galih dan Ratna yang mereka pentaskan pada tahun 2012. Namun sebagai kelompok teater yang setiap anggotanya sudah cukup berpengalaman dalam pementasan operet, penampilan mereka pun berhasil dikemas dengan luar biasa. Selama pertunjukan penonton nyaris tak berhenti tertawa.
Menyelenggarakan pementasan selama 6 hari berturut-turut bisa dikatakan merupakan keputusan yang nekat. Terlebih pementasan dilaksanakan di gedung yang cukup besar. Apa tidak takut sepi penonton? “Takut? Apa itu? Setiap latihan kami selalu meditasi, membayangkan 1 minggu acara penuh oleh penonton dan mereka puas,” ujar Indra Parusah salah satu pendiri Teater Kini Berseri.
Keoptimisan mereka pun terbukti selama 6 hari pementasan. Hampir 400 tiket terjual habis setiap hari. Bahkan di malam Minggu yang merupakan hari pertunjukan terakhir tiket yang terjual mencapai 550 lembar. Padahal bisa dibilang harga tiket yang mereka patok tergolong tidak murah, yakni Rp 25.000 (19-22 Agustus 2013), Rp 30.000 (23 Agustus 2013), Rp 35.000 (24 Agustus 2013). Akan tetapi harga tersebut tentu setimpal dengan kepuasan yang didapat oleh penonton.
Selama kurang lebih 2 jam, penonton tak hanya disuguhi akting yang maksimal dari para aktornya, tetapi juga tata busana, artistik, visual, dan cahaya yang baik turut menguatkan jalannya cerita Bajak Laut Mabuk Laut. Pemilihan busana oleh HMJ Fashion Design ISI Denpasar tak main-main, mulai dari atribut bajak laut, hingga seragam angkatan laut ala tokoh Popeye.
Penggunaan properti panggung hasil karya Komunitas Djamur pun sangat sesuai dengan setting tempat yang sering berganti-ganti. Selain itu Kini Berseri kali ini memanfaatkan ruang kosong di sisi kanan panggung dengan replika kapal bajak laut yang digunakan menjelang klimaks pementasan.
Yang lebih istimewa lagi, pementasan yang disutradarai oleh Benny Dipo ini mendapat dukungan dari sejumlah musisi Bali berupa soundtrack operet yang dimainkan di beberapa segmen. Musisi -musisi Bali tersebut diantaranya Dialog Dini Hari, Tolbandtol, Geckoband, Nosstress, dan Duo Ganjil.
Selipkan Kritik dalam Candaan
Nama Teater Kini Berseri mungkin sudah tak asing lagi bagi para pegiat teater di Bali. Aksi-aksi yang mereka suguhkan bukan hanya di atas panggung tetapi juga video parodi. Pada tahun 2012, warga Bali dikejutkan oleh video rekaman anak-anak perempuan yang melakukan tindak kekerasan (bully) pada rekannya.
Hal ini menuai banyak kecaman. Tak selang berapa lama, Kini Berseri semakin mengejutkan tak hanya masyarakat Bali tapi juga penikmat Youtube dengan video parodi yang mereka buat untuk merespon aksi kekerasan tersebut. Video yang mereka buat dalam waktu 1 hari tersebut bertujuan untuk menyindir para pelaku bully (video bisa dilihat disini : http://www.youtube.com/watch?v=pT6fv-RPLAg http://www.youtube.com/watch?v=pT6fv-RPLAg).
Tak hanya itu, Teater Kini Berseri pun dengan gesit meluncurkan video parodi tak lama setelah aksi siram teh yang dilakukan oknum FPI terhadap sosiolog UI mencuat di tengah masyarakat Indonesia (video bisa dilihat disini http://www.youtube.com/watch?v=fOOGLNO_VM8 http://www.youtube.com/watch?v=fOOGLNO_VM8).
Sebagai pegiat seni, Kini Berseri menyadari bahwa menjadi bagian dari kesenian tentu harus turut memberikan perubahan dan kritis terhadap fenomena sosial di sekitar mereka. Sebab senitak melulu soal estetika dan rasa, tapi mengandung pesan dan mewakilkan suara orang banyak.
Dalam pementasan Bajak Laut Mabuk Laut hampir tidak kita temukan adegan bajak laut yang terlihat mabuk laut. Lalu apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh kawan-kawan Kini Berseri? Judul Bajak Laut Mabuk Laut menyiratkan tentang seseorang yang terombang-ambing di jalannya sendiri karena ketidaksiapannya.
Kini Berseri ingin memaparkan tentang kondisi generasi instan yang akhirnya gagal karena tidak melalui proses yang matang, akhirnya ia harus menjadi bajak laut yang mabuk laut. Sama seperti pepatah ayam mati di lumbung, yang menyiratkan seseorang yang tak berdaya di tempat kediaman yang seharusnya di situ ia berjaya.
Suguhan kreatif dari Teater Kini Berseri akan terus berlanjut. Tahun berikutnya Indra Parusha dan kawan-kawan akan menyiapkan pementasan drama musikal yang berkolaborasi dengan Teater 108. Pementasan tersebut rencananya akan mengangkat naskah Akal Bulus Scapin, karya Moliere, sastrawan Perancis yang naskah aslinya berjudul Les Fourberies de Scapin.
Naskah:Ayu Diah Cempaka
Foto :Anggara Mahendra
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Landung Simatupang Membaca Arjunawiwaha di Tembi Rumah Budaya(09/09)
- Kris, Ocha dan Nasar Membaca Puisi Karya Kuntara Wiryamartana di Tembi(06/09)
- Berlatih Jurnalisme Empati Secara Mudah & Gratis(05/09)
- Babad Wanamarta dan Kalpataru untuk Djoko Pekik(05/09)
‘Sri Mimpi Indonesia’, Karya Terbaik Guruh Soekarno Putra(04/09) - Sebuah Seminar dan Kongres Kebudayaan Rakyat Jogja Digelar di Bantul(03/09)
- Pelajar SMKN 1 Sewon Bantul Mengenal Ani-ani di Tembi Rumah Budaya(02/09)
- Syawalan Tembi Rumah Budaya dengan Warga Tetangga Tembi(31/08)
- Gajah Juga Ikut dalam Pawai Pembangunan Yogyakarta 2013(30/08)
- Lima Penyair ‘Menyisir Senja’ Menuju Bulan Purnama(29/08)