Pesona Chekhov Ditampilkan Landung Simatupang di Tembi

Perjalanan hidup Chekhov dan pengabdiannya kepada masyarakat, kata Koesalah, boleh dibilang mirip perjalanan hidup Dokter Tjipto Mangunkusumo, tokoh perintis kemerdekaan Indonesia.

Rachel Saraswati sedang membacakan cerpen karya Chekhow di Pendapa Tembi Rumah Budaya, Foto: Sartono

Rachel Saraswati’

Sambil duduk, terkadang tiduran di atas tikar, mengenakan pakaian tidur, Landung Simatupang mendengarkan dirinya sedang siaran radio. Duduk sembari bersandar pada tiang, mendekati radio, suara Landung semakin keras dengan penghayatan yang dalam. Inilah gaya Landung dalam membaca salah satu cerpen karya Anton Chekhov dengan direkam sebelumnya, seolah dia sedang siaran.

Pertunjukan yang diberi tajuk “Pentas Baca: Dunia Chekhov Dunia Kita” diselenggarakan Jumat malam 20 Maret 2013 di Tembi Rumah Budaya. Publik yang hadir duduk di kursi. Namun ada juga yang lesehan dan berdiri di sekitar pendapa. Cerpen Chekhov dibacakan secara bergantian.

Diawali Rachel Saraswati, putri Rendra dari Sitoresmi Prabuningrat, membacakan cerpen Chekhov yang berjudul ‘Lelaki Yang Dikenal’. Di Pendapa ada satu meja bundar dan dua kursi. Rachel duduk di satu kursi, menghadap penonton yang duduk di depannya. Rachel berusaha penuh menghayati cerpen yang dibacanya. Gerak tubuh dan perubahan mimik muka menunjukkan dia sedang menghayati apa yang dia baca.

Bukan hanya Rachel yang membaca, ada Enji Sekar Ayu, yang mengenakan baju dengan lengan terbuka. Ia dengan gaya santai membacakan cerpen karya Chekhov. Gerak tangan dan ekspresi bibir, serta kostum yang dia kenakan, memperlihatkan Enji sungguh serius. Duduk di satu kursi seperti halnya Rachel, terkadang kakinya ditumpangkan pada kaki satunya, Enji bukan hanya menikmati cerpen, namun sekaligus menghayatinya.

Di sudut belakang properti meja, Monika Swastyastu, memainkan piano untuk mengiringi pembacaan cerpen. Dengan serius, bahkan terkadang ekspresinya melengkapi ekspresi dari pembaca repen.

Teuku Rifnu Wikana, yang telah berperan dalam beberapa film layar lebar, diantaranya ‘Laskar Pelangi’, ‘Merah Putih’, ‘Darah Garuda’ dan ‘Sang Penari’ yang sedang berada di Yogya, ikut membacakan cerpen Chekov. Saat membaca, ia mengenakan topi, seolah Rifnu sedang ‘ menirukan’ gaya Anton Chekhov.

Sambil duduk Enji Sekar Ayu membacakan cerpen karya Chekhov di Pendapa Tembi Rumah Budaya, Foto: Sartono
Enji Sekar Ayu

Sebanyak 10 cerpen karya Chekhov dalam kumpulan cerpen yang berjudul ‘Pengakuan’ yang dibacakan malam itu. Satu pembaca membacakan lebih dari satu cerpen.

Beberapa judul cerpen Chekhov yang dibacakan, diantaranya, ‘Lelaki Yang Dikenal’, ‘Pengakuan’, ‘Di Kedai Cukur’, ‘Pergi’, ‘Seorang Bandot dan Seorang Nona’, dan ‘Orang Bebal’.

Koesalah Soebagyo Toer, yang menerjemahkan cerpen Chekhov dari bahasa Rusia, mengatakan bahwa di Indonesia, Chekhov baru dikenal sesudah tahun 1950-an. Beberapa terjemahan cerpennya pernah diterbitkan sebagai buku, dan sebagian lagi dimuat di majalah dan koran. Juga dramanya pernah disadur dan dipentaskan.

“Tapi semua itu belum memadai dibandingkan dengan pentingnya, banyaknya, dan keanekaragamnya karya penulis tersebut. Sebagai gambaran, pada tahun 1901 saja di Rusia sudah diterbitkan kumpulan tulisannya sebanyak sepuluh jilid,” kata Koesalah.

Perjalanan hidup Chekhov dan pengabdiannya kepada masyarakat, kata Koesalah, boleh dibilang mirip perjalanan hidup Dokter Tjipto Mangunkusumo, tokoh perintis kemerdekaan Indonesia. Tjipto pernah ikut aktif memberantas wabah pes dan mendapat bintang jasa Oranje-Nassau dari Pemerintah Belanda, namun ia menolak bintang jasa itu.

“Bedanya, Chekhov terjun ke dunia sastra dan sebagian orang mengatakan ia apolitik, sedangkan Tjipto terjun langsung ke kancah politik,” kata Koesalah.

Pentas membaca cerpen bukan sekadar membaca teks sambil tiduran, tetapi membaca cerpen dan karya sastra lainnya sebagai pertunjukan, sekaligus ‘menghidupkan’ teks, sehingga orang yang melihatnya bisa tertegun terhadap teks yang dibacakan.

Mengenakan piaya sambil duduk Landung mendengarkan radio yang menyiarkan dirinya sedang membacakan cerpen karya Chekhov di Pendapa Tembi Rumah Budaya, Foto: Sartono
Landung Simatupang

Landung Simatupang, rasanya memang mempesona setiap kali membaca teks sastra. Setiap kali ia membaca teks sastra di panggung, sekaligus ia ‘menghidupkan’ teks tersebut, persis seperti yang dilakukan ketika dia membaca cerpen Chekhov di Tembi. Dalam diri Landung, ketika membacakan cerpen-cerpen Chekhov seperti mempunyai pesona tersendiri.

Ons Untoro

foto:Sartono



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta