Tembi

Berita-budaya»MEMAKNAI ULANG TAHUN

30 Sep 2011 09:07:00

MEMAKNAI ULANG TAHUNUntuk kesekian kalinya Tembi Rumah Budaya mengadakan perayaan ulang tahun bagi karyawan atau pekerjanya. Ulang tahun mereka memang disatukan dalam rentang 3 bulan sekali. Untuk kali ini perayaan ulang tahun diberikan kepada karyawan yang hari kelahirannya jatuh pada bulan Juli-Agustus-September. Untuk perayaan ulang tahun mereka yang lahir pada bulan-bulan itu dilaksanakan pada hari Rabu, 28 September 2011. Seperti biasa, perayaan dilaksanakan di Pendapa Yudanegaran, Tembi. Pekerja Tembi yang berulang tahun pada bulan-bulan tersebut ada sekitar 13 orang dari berbagai bagian/divisi.

Ulang tahun dengan meniup lilin dan memotong kue tart mungkin memang bukan tradisi asli bangsa Nusantara. Namun model peringatan hari kelahiran bagi bangsa Nusantara khususnya Jawa juga sudah sangat umum dilakukan dengan apa yang dinamakan wetonan. Weton sendiri dari kata metu yangMEMAKNAI ULANG TAHUNberarti keluar. Keluar dalam hal ini adalah keluar dari kandungan ibu. Hari weton itulah yang sering diperingati orang Jawa dengan mengadakan bancakan, lek-lekan, atau membuat jenang abang putih. Pada galibnya bangsa Jawa juga mengenal peringatan hari kelahiran yang oleh orang-orang modern disebut hari ulang tahun. Weton memang tidak berusia setahun sekali, namun selapan (35) hari sekali. Sedang untuk tingalan atau ambal warsa (peringatan hari kelahiran sesuai tanggal dan bulan) memang berlaku untuk setahun sekali.

Sebagian kecil orang menolak penyelenggaraan atau perayaan peringatan hari ulang tahun dengan model-model seperti di atas dengan suatu alasan bahwa hal itu sesuatu yang mubazir. Bahwa perayaan semacam itu adalah bagian dari pemborosan yang tidak perlu. Ulang tahun dengan suguhan kue tart dan es krim juga dianggap sebagai kebudayaan Barat. Jadi, tidak perluMEMAKNAI ULANG TAHUNditiru. Sementara ulang t ahun dengan memotong tumpeng, bancakan, dan bikin jenang dianggap sebagai kemubaziran. Pendapat semacam itu tentu saja diperbolehkan.

Selain itu ada alasan lain lagi, yakni bahwa ulang tahun tidak perlu dirayakan karena dengan ulang tahun sesungguhnya jatah umur kita berkurang satu tahun. Artinya, setiap kali kita menyelenggarakan atau memperingati hari ulang tahun kita, kita diiingatkan bahwa jatah umur kita terkurangi satu tahun. Rentang hidup kita semakin mendekati tua, mendekati kematian.

”Lha wong jatah hidupnya semakin terkurangi kok malah dirayakan. Bukankah hal ini merupakan tindakan yang bodoh ?” Demikian alasan tersebut dikemukakan.

MEMAKNAI ULANG TAHUNTentu saja pendapat semacam itu juga dipersilakan.

Pada intinya peringatan (entah dengan pesta atau tidak) ulang tahun adalah peringatan akan kehadiran manusia di dunia. Peringatan (artinya mengingat kembali) betapa besar kasih karunia Tuhan kepada manusia. Dari sesuatu yang tidak ada, yang antah berantah, tiba-tiba menjadi ada, menjadi hadir ke dunia. Menjadi makhluk yang ajaib. Makhluk yang hidup, tumbuh, berkembang dengan segala anugerah melimpah. Anugerah talenta. Anugerah dapat menikmati segala macam yang ada di dunia. Anugerah berkreasi, berpikir, bertindak, dan sebagainya.

Hal-hal demikian mungkin jarang disadari karena manusia terlanjur menjalani hidup secara rutin dan terlanjur menganggap bahwa dirinya dan hidupnya adalah miliknya sendiri. TerlanjurMEMAKNAI ULANG TAHUNmenganggap bahwa dirinya adalah pemilik dirinya sendiri. Lupa bahwa ia ada karena dari Sang Maha Ada. Lupa bahwa dirinya nanti akan kembali kepada Sang Pengada.

Peringatan hari ulang tahun mungkin memang perlu untuk terus mengingat bahwa manusia itu bukan siapa-siapa. Bukan apa-apa serta tidak akan bernilai apa pun tanpa kasih karunia-Nya. Peringatan itu menjadi perlu untuk berefleksi. Terus berefleksi bahwa ”aku” sesungguhnya bukan milikku. Bahwa aku menjadi aku karena sentuhan kasih melimpah Sang Khalik. Pada sisi inilah ingatan akan kelahiran, ingatan akan sejarah perjalanan panjang diri sang aku perlu diingat untuk dijadikan bahan refleksi. Dengan refleksi terus-menerus minimal setahun sekali dalam acara ulang tahun itu ”aku” diingatkan kembali akan sangkan paran. Diingatkan kembali bahwa ”aku” tidak akan menjadi bernilai tanpa kelimpahan Sang Khalik.

MEMAKNAI ULANG TAHUNMenjadi tua, bertambah umur, mendekati kematian adalah anugerah melimpah juga. Hal ini tidak pernah disadari manusia yang selalu ingin awet enom, ingin hidup 1000 tahun lagi yang dalam bawah sadar bisa dipandang sebagai bentuk keserakahan, emoh berganti generasi, menolak proses keseimbangan alam. Mendekati mati sesungguhnya sama artinya dengan si ”aku” semakin mendekati rumah Sang Khalik. Si ”aku” sesungguhnya tengah dipersiapkan menuju ”pulang”. Ini adalah anugerah. Jadi peringatan ulang tahun bisa menjadi perlu dan penting dalam kerangka itu. Bukan dalam kerangka hura-hura. Peringatan ulang tahun menjadi penting untuk mengingat kembali siapa ”aku” sesungguhnya. Mau kemana aku. Di mana akhirku. Kepada siapa finishku.

Oleh karena itu setiap kali ulang tahun jangan pernah gelisah karena kita menjadi semakin tua, namun semakin bergembiralah karena kita diajak semakin dekat menuju rumah Sang Khalik, menuju pulang. Sebab kematian bukanlah akhir dari segalanya. Mungkin justru awal dari segala hidup ke keabadian.

Selamat berulang tahun. Hepi bede tuyu !

a.sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta