Melukis, Membaca Puisi, Pantomim dan Musik
untuk Memperingati 7 Hari Hari Leo
Tujuh hari sudah Hari Leo, seorang penyair dan penggiat sastra di Yogya, meninggal dunia. Untuk memperingatinya, sejumlah teman Hari Leo, yang dimotori Heri Machan, mengadakan satu acara.
Tujuh hari sudah Hari Leo, seorang penyair dan penggiat sastra di Yogya, meninggal dunia. Untuk memperingatinya, sejumlah teman Hari Leo, yang dimotori Heri Machan, mengadakan satu acara, yang diisi dengan pembacaan puisi-puisi karya Hari Leo, Kamis malam 18 Juli 2013 di XT Square di Umbulharjo, Yogyakarta.
Acara diisi bermacam pertunjukan, termasuk ‘pertunjukan’ melukis oleh Hendra Banua, yang mencoba mengekspresikan persahabatan bersama Hari melalui visual. Pentas musik diantaranya oleh Untung Basuki bersama kelompok ‘Sabu’ milik Untung, dan pertunjukan musik oleh Ante rock, satu kelompok musik yang mencoba memberi alternatif memanggungkan sastra melalui musik rock.
Pembacaan puisi-puisi karya Hari Leo, diantaranya oleh Sigit Sugito, Hamday Salad dan beberapa penyair lainnya serta testomoni tentang Hari Leo dari teman-temannya yang mengenal dia, diantaranya Dian Anggraini, perupa; Edo Nucahyo, teaterawan; Hamdy Salad, penyair; dan Brontoseno, ketua SAR DIY. Menyangkut Hari Leo, semua temannya melihat betapa ‘gigihnya’ Hari sebagai penggiat sastra.
Suasana XT Square malam itu nampak cerah. Bintang dan bulan di langit bisa terlihat jelas. Sampai tengah malam, sekitar pukul 22.30 langit masih cerah, sehingga pertunjukan Anterock seperti menambah kecerahan cuaca.
Hendra Buana melukis
Para hadirin yang datang mengambil duduk di sejumlah tempat yang tersedia. Ada yang duduk lesehan, namun ada pula yang duduk di kursi, atau malah memilih berdiri sambil bercengkerama dengan teman-teman, atau sambil menikmati teh panas di angkringan yang memang tiap hari berjualan di XT Square.
Jemek Supardi, seorang pantomimer tampil. Seperti biasa mengenakan kostum serba putih, dan mukanya juga di make up warna putih, Jemek tampil berpantomim. Jemek seolah sedang menarasikan kisah persahabatannya dengan Hari Leo.
Untung Basuki, yang sudah 40 tahun lebih menyanyikan lagu-lagu puisi, dan kenal dekat dengan Hari Leo, malam itu, tampil menyanyikan lagu puisi yang sudah dia miliki, dan lagu puisi Untung Basuki terasa khas: romantik.
Berbeda dengan penampilan terakhir dari Anterock, yang memadukan jenis musik rock dengan puisi, yang dalam tagline group-nya disebut sebagai ‘alternatif pemanggungan’ sastra menyanyikan lagu dari puisi karya Hari Leo, salah satunya berjudul ‘Mengisi Waktu’.
Teguh Eswe, seorang perupa yang hadir dalam acara itu menuliskan di Facebook-nya begini:
“Backdrop serta sorot lampu panggung yang menawan bergambar foto Hari Leo AER serta baris-baris kalimat puitis karyanya, spesial dihadirkan untuk acara ”Mengenang 7 Hari HARI LEO AER”. Semoga Engkau damai dan bahagia di sisi-Nya, sahabat-sahabat baikmu akan selalu mengenangmu”.
Sampai akhir hayatnya, Hari Leo masih bergiat mengurusi Studio Pertunjukan Sastra (SPS), yang setiap bulan menyelenggarakan pertunjukan sastra. Bahkan, pada tahun 2013, SPS yang dia rintis sudah genap 13 tahun, dan dia bersama teman-teman mempersiapkan menerbitkan buku untuk memperinmgati 13 tahun SPS, yang rencananya akan di-launching bulan Oktober 2013.
Penampilan Anterock dalam acara memperingati 7 hari Hari Leo
Buku ini, ditulis oleh sejumlah orang, yang masing-masing telah disodori tema. Misalnya Emha Ainun Najib diminta menulis dan diberi tema ‘Peran SPS dalam menumbuhkembangkan komunitas sastra di Yogyakarta’. Prof Dr Suminto A Sayuti menulis ‘Evaluasi kritis/akademis mengenai pertunjukan/sosialisasi sastra di Yogyakarta’, Prof.Dr. Faruk HT diminta menulis dan diberi tema ‘SPS dan penelitian sastra mengenai komunitas sastra di Yogyakarta’ dan sejumlah tema dari 29 penulis yang diminta oleh Hari Leo untuk menuliskan mengenai Studio Pertunjukan Sastra.
Hari Leo, yang sudah 7 hari lebih dipanggil Tuhan, kiranya apa yang akan dia kerjakan untuk SPS, akan diteruskan oleh anak-anak muda, yang selama ini bersama Hari Leo bergiat menjaga ‘kelangsungan’ kegiatan SPS.
Ons Untoro
foto:Teguh Eswe
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Jogja Fashion on The Street, Burung Merak pun Jadi Busana(19/07)
- In Memoriom Penyair Hari Leo AER(18/07)
- Tembi Rumah Budaya Selenggarakan Kursus MC Jawa Angkatan ke-29(16/07)
- Harsono Menulis dalam Hujan di Jogja Nasional Museum(16/07)
- Puspamadu, Demang Wanita yang Pandai Memimpin(15/07)
- Pagelaran Mahakarya Batik Bantul 2013 di Tembi(13/07)
- ArtJog13 Menghadirkan Banyak Kapal Di Taman Budaya Yogyakarta(12/07)
- Karyawan PT Astra Internasional Jakarta Belajar Budaya di Tembi(12/07)
- Jogja Jadi Kota Naga(10/02)
- Membaca Puisi Membasuh Hati Di Tembi(09/02)