- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Berita-budaya»KOMACHI, ENGKAU CANTIK
22 Jul 2011 08:46:00Cinta dan kesetiaan, pada kisah cerita dari Jepang, bukan sekedar persoalan yang remeh temeh, atau hanya vulgar belaka. Keduanya, untuk kisah di Jepang, memberikan pesan yang dalam mengenai cinta dan kesetiaan. Kalau kita ingat film lama Jepang, Tokyo Monogatari’ misalnya, kita bisa melihat bagaimana seorang perempuan yang begitu setia menunggu suaminya yang ragu pulang setelah keluar dari penjara. Hanya dengan simbol bendera warna kuning, sebagai tanda penerimaan, seperti permintaan suaminya yang ragu pulang. Dan dari ujung yang jauh, dengan perasaan cemas, suaminya melihat bendera kuning berkibar dimana-mana.
Kisah yang mirip seperti itu, yang tidak jauh dari ‘cinta dan kesetiaan’ Minggu (17/7) lalu group teater Rjuzanji dari Jepang menampilkan kisah yang berjudul ‘Sotoba Komachi’ di Tembi Rumah Budaya, Yogyakarta.
‘Komachi, engkau cantik. Paling cantik sedunia. Walau sepuluh ribu tahun telah berlalu, kecantikanmu tidak layu” Demikian kisah Sotoba Komachi mulai bergerak dan memaknai peristiwa berelasi antar manusia.
Bukan soal kematian, tetapi ‘cinta dan kesetiaan’ terus berlanjut dan dibawa sampai mati.
“Laki-laki yang menyebut saya cantik semuanya telah mati’ demikian kisah itu menggetarkan.
Kekasih Komachi, yang berjanji untuk bertemu setiap hari selama 100 hari, pada hari ke 99 kekasihnya mati, dan Komachi selalu setia menunggu kekasih ditempat yang sama sampai tua.
Kesetian dan cinta, dalam kisah ‘Sotoba Komachi’, bukansekedar cinta dua sejoli, tetapi hubungan relasi antara dua manusia yang ‘terikat janji’, atau memiliki komitmen, sehingga ketika salah satu tidak ‘mematuhinya’, yang lainnya menjaga kesetiaan itu sepanjang hidupnya.
Pertunjukkan Rjuzanji, yang menggabungkan antara teater, tari dan musik, memberikan kesegaran dunia pertunjukkan teater di Yogyakarta, yang biasanya penuh kata-kata. Penuh dialog, dan terkadang memberi kesan berkotbah. Pada Rjuzandi, antara kata, tari dan ekspresi teater saling mengisi dan tidak saling mendominasi. Masing-masing mengisi ruang kosong sehingga ruang-ruang selalu memiliki maknanya sendiri bagi para pemainnya.
Yang lebih mengagumkan lagi, ruang pertunjukkan berupa pendapa, tidak dibuat sebagai rintangan. Malah sebaliknya,tiang-tiang pendapa sekaligus dijadikan properti panggung, bukan malah dihindari. Para pemain, sering tampak berdiri mendekat empat tiang yang ada di tengah ruang pertunjukkan dan masing-masing ‘bermain’ serta ‘berekspresi’ melihat empat tiang itu.
Atau juga, seorang pemain, menaiki salah satu tiang yang ada di tepi lantai, dekat penonton dan melakukan dialog dengan lawan mainnya yang berada di tengah pendapa. Dengan bloking seperti itu, bukan hanya permainannya yang hidup, tata ruang pendapa juga menjadi memiliki makna untuk pertunjukkan teater Rjuzandji dari Jepang.
Kisah ‘Sotoba Komachi’ mengambil latar taman malam hari. Dimana, di tempat itu, pasangan kekasih berpelukan. Seorang nenek pengemis yang mengerikan muncul sambil memungutpuntung rokok dan mengusir orang-orang berpacaran dan menguasi bangku.
Lalu muncul seorang penyair mabuk dan bertanya mengenai asal muasal nenek tua itu.
‘Aku yang dulu disebut Komachi, si cantik’ kata nenek itu.
‘Sotoba Komachi, pertama kali dipentaskan tahun 1952. Ini merupakan sebuah karya masrterpice Yukio Mishima yang disebut otorotas teater pasca perang dunia kedua. Karya ini hidup kembali sebagai dance theater yang menggambarkan kejamnya ‘cinta dan mati serta keindahan’ diantara laki-laki dan perempuan.
Ada hal yang menarik dari kisat ‘Sotoba Komachi’, selain perpaduan tari dan teater. Kostumnya juga sangat sederhana. Detil panggung dan bloking sangat kuat. Interaksi dan respon antara pemain terbentuk melahirkan ‘art’. Melahirkan estetika.
Rasanya, pertunjukkan Rjuzanji bisa memberi ‘pelajaran’ untuk kita semua, baik penonton, penari, teaterawan, dan tidak lupa team worknya penting untuk dipelajari.
Ons Untoro
Foto-foto Sartono
Artikel Lainnya :
- Dolanan Pong-Pong Bolong(01/05)
- 7 April 2011, Kabar Anyar - SPLIT SECOND, SPLIT MOMENT (07/04)
- 10 Februari 2011, Primbon - WUKU MAKTAL(10/02)
- BENTENG KECIL DI DUSUN BETENG SLEMAN(19/05)
- 27 April 2010, Bothekan - TIGAN KAPIPIT/KAJEPIT ING SELA(27/04)
- PEDAGANG MAKANAN KELILINGAN DI YOGYAKARTA MASA LALU(13/05)
- Peluncuran Album Musik Tradisi Baru 2012, Synthesizer pun Menjadi Siter(22/12)
- 22 Februari 2010, Suguhan - SAPI CONDRODIMUKO DI Tembi(22/02)
- Denmas Bekel(10/09)
- Urgent, Karya Kreatif Eko Rahmy(13/02)