Jas Panjang Pesanan Sajian Studiklub Teater Bandung di Bentara Budaya Yogyakarta, Serpih Cerita Surealis yang Memukau

Karya-karya panggung STB senantiasa memuliakan kemanusiaan dan juga keaktoran yang notabene merupakan roh dari dunia teater itu sendiri. Bagi STB teater adalah tempat atau ruang untuk berbagi apresiasi, pengalaman, dan pengetahuan.

Fender selaku klerk di perusahaan garmen milik Ranting, difoto: Sabtu, 27 April 2013, lokasi pemotretan: Bentara Budaya Yogyakarta, foto: a.sartono
Suasana perusahaan garmen/jas tempat Fender bekerja

Studiklub Teater Bandung (STB) bolehlah dikatakan sebagai kelompok teater modern tertua di Indonesia. Kelompok ini didirikan dengan akta notaris Lie Kwee Nio tanggal 13 Oktober 1958.

Tidak sedikit naskah lakon yang telah dipanggungkannya, baik naskah yang berasal dari penulis Tanah Air seperti Utuy Tatang Sontani, Misbach Jusa Biran, Kirdjomulyo, Saini KM, Ajip Rosidi, Bakdi Soemanto, dan sebagainya, maupun naskah lakon dari penulis dunia.

Tersebutlah sejumlah karya penulis kenamaan dunia yang pernah mereka panggungkan antara lain karya William Shakespeare, Moliere, Goethe, Anton Chekov, Ionesco, Bertolt Brecht, Sopochles, Nikolai Gogol, Yukio Mishima, Frederich Schiler, Heinrich von Kliest, Wolf Mankowitz, dan Tenesse Williams-lain.

Karya-karya panggung STB senantiasa memuliakan kemanusiaan dan juga keaktoran yang notabene merupakan roh dari dunia teater itu sendiri. Bagi STB yang didirikan oleh Tien Sri Kartini, Soetardjo A Wiramihardja, Suyatna Anirun, Jim Adhilimas, Gigo Budi Satiaraksa, Soeharmono Tjitrosoewarno, dan Adrin Kahar, teater adalah tempat atau ruang untuk berbagi apresiasi, pengalaman, dan pengetahuan.

Fender dan Morry dua sahabat karib terlibat perbincangan intens mempersoalkan jas panjang, difoto: Sabtu, 27 April 2013, lokasi pemotretan: Bentara Budaya Yogyakarta, foto: a.sartono
Perbincangan intens antara dua sahabat karib, Fender dan Morry tentang jas panjang

Lakon “Jas Panjang Pesanan” karya Wolf Mankowitz yang dipentaskan oleh STB di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), Sabtu, 27 April 2013, merupakan buah kerja sama antara STB, BBY, Bentara Budaya Jakarta (BBJ), dan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Naskah lakon yang diterjemahkan oleh Suyatna Anirun dan disutradari oleh Ign Arya Sanjaya ini mampu memikat ratusan pengunjung yang memenuhi ruang BBY yang dalam tradisinya lebih dikondisikan untuk ruang pamer.

Tata panggung dibuat minimalis. Seperangkat meja kerja dan jas sejumlah 5 potong yang digantung menjadi setting pertama. Setting kedua ditata di sisi sebelah, terdiri atas dua buah kotak yag berfungsi sebagai tempat duduk di taman sekaligus setting suasana kota dalam arti lebih luas dan cair. Lakon pendek yang berdurasi sekitar 1,5 jam ini merupakan drama satu babak dengan 16 adegan.

Lakon Jas Panjang Pesanan ini menceritakan tentang tokoh yang bernama Fender yang bersahabat dengan Morry. Fender adalah klerk tua yang miskin. Sedangkan Morry adalah tukang jahit yang hidupnya juga sangat sederhana. Keduanya hidup tekanan ekonomi yang berat akibat pengaruh revolusi industri yang sedang melanda dunia.

Sekalipun keadaan ekonomi mereka demikian berat, mereka masih dapat bergurau dalam rasa pahit yang menyatir atas hal-hal kecil yang bagi mereka sangat berarti. Fender memesan jasa panjang kepada Morry seharga 10 pound untuk mengganti mantel tuanya yang telah lapuk dengan cara mencicil. Namun tak lama berselang, tiba-tiba ia dipecat oleh majikannya, Ranting. Ia dipecat karena dianggap telah tua, yang artinya adalah sudah melewati masa produktif.

Ranting dan klerk baru pengganti Fender di perusahaannya, difoto: Sabtu, 27 April 2013, lokasi pemotretan: Bentara Budaya Yogyakarta, foto: a.sartono
Ranting dan klerk baru pengganti Fender

Pemecatan ini membuat hati Fender hancur, yang menyebabkan kematiannya. Fender datang lagi dalam bentuk roh yang “nyata” kepada Morry dan mengajak Morry untuk mengambil jas panjang berlapis kulit domba ke perusahaan Ranting yang bagi Fender hal itu merupakan “hak”nya karena ia telah bekerja kepada Ranting selama 43 tahun.

Sebelum semuanya itu dilakukan, mereka terlibat tawar-menawar tentang jas panjang pesanan Fender yang dipesan kepada Morry ketika Fender masih hidup. Tawar-menawar antarsahabat yang sama-sama miskin ini menimbulkan gelitikan-gelitikan yang jenaka dalam kepahitan.

Pengambilan jas di tempat Ranting itu pun diawali mereka dengan mabuk brandy. Fender pun diminta menembus tembok untuk masuk ke perusahaan Ranting, namun ternyata Fender tak mampu melakukannya sekalipun ia telah menjadi hantu (roh). Hal ini menimbulkan kegelian di antara keduanya. Dengan jenaka pula Fender membuka pintu belakang perusahaan Ranting. Dari dalam ruang perusahaan itu ia memanggil Morry. Morry menganggap hal ini sebagai “kesaktian” Fender yang mampu menembus tembok karena ia telah menjadi hantu.

Setelah berhasil mendapatkan apa yang dicarinya, Fender (dalam bentuk hantu) ini berpamitan kepada Morry untuk kembali ke “hotel” (akhirat) yang menjadi tempatnya setelah kematiannya. Sementara Morry berdoa untuk sahabatnya itu dalam haru.

Lakon Jas Panjang Pesanan adalah sebuah vignette, sebentuk gambar kehidupan yang terdiri dari serpih-serpih cerita yag disusun bertumpang tindih, dimana masa lalu dan masa kini membaur dalam jalinan cerita yang cenderung surealis sekalipun disajikan dengan pendekatan realis.

Empat pemain teater dari Studiklub Teater Bandung di akhir pementasan, difoto” Sabtu 27 April 2013, lokasi pemotretan: Bentara Budaya Yogyakarta, foto: a.sartono
Empat pemain teater dari STB di akhir pementasan

Tata panggung dan setting dibuat minimalis untuk memberi kesan ringkas, dinamis, kontemplatif, dalam menyajikan adegan-adegan yang berlangsung pendek-pendek. Tokoh Fender selaku “hantu” pun hadir dengan penuh kemanusiaan, jauh dari hal yang diseram-seramkan, menakut-nakuti, atau mencelakakan seperti konsep hantu dalam sinetron kita yang hampir selalu diidentikkan sebagai kaki tangan setan atau dunia kegelapan.

A Sartono



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta