Sebuah Film Tentang Untung Basuki 'Meniti Waktu'

Untung Basuki selalu penuh tawa dan seperti tidak pernah menderita. Bahkan, kalaupun menderita, dia tidak melepaskan tawanya, sehingga tidak kelihatan kalau Untung sebenarnya sedang menderita,

Meniti Waktu, judul film dokumenter yang diputar di <a href='https://tembi.net/id/news/bale-karya-pertunjukan-seni/sebuah-film-tentang-untung-basuki-meniti-waktu-3989.html'>Tembi</a>Rumah Budaya, Foto: Yuliadi
Untung Basuki sedang bermain gitar dalam film dokumenter tentang dirinya

Satu karya film dokumenter yang berjudul ‘Meniti Waktu’ durasi 1 jam, Minggu malam 9 Desember 2012 diputar di Pendapa Tembi Rumah Budaya Yogyakarta. Film ini mengisahkan sosok Untung Basuki, seorang pemain teater dari Bengkel Teater pimpinan Rendra, dan sekaligus perupa alumni ASRI Yogyakarta. Tetapi Untung Basuki lebih dikenal sebagai pencipta lagu puisi.

Film dokumenter ini dibuat seorang anak muda, Taufik Hidayat, yang lagi asyik dengan film dokumenter. Dalam film ini, Taufik Hidayat menghadirkan narasumber dari Bengkel Teater, seperti Adi Kurdi, Sawung Jabo dan beberapa teman dari kelompok musik ‘Sabu’ pimpinan Untung Basuki.

Dalam film dokumenter ini pula dihadirkan pertemuan Untung Basuki dengan Iwan Fals di Yogyakarta. Keduanya nampak akrab. Untung merasa berkesan pada Iwan Fals, apalagi beberapa tahun sebelumnya Iwan Fals pernah memberi gitar pada Untung Basuki, dan dalam pertemuan itu Untung Basuki meminta Iwan Fals menandatangani gitar tersebut.

Beberapa lagu puisiyang dinyanyikan oleh Untung Basuki dipakai sebagai ilustrasi, seperti lagu yang berjudul ‘Lepas-Lepas’, ‘Elegi’ dan lainnya. Dia tidak hanya melantunkan lagu-lagu puisiciptaannya sendiri, tapi juga puisikarya penyair lainnya, misalnya (alm) Linus Suryadi AG, Iman Budi Santosa, (alm) Rendra, LK. Ara dan sejumlah penyair lainnya.

Tahun 1970-an, lagu puisi Untung Basuki dikenal luas di kalangan pencinta sastradi Yogya, atau setidaknya di sejumlah kota di Indonesia. Lagu-lagunya khas, enak didengar, setidaknya seperti dikatakan oleh Adi Kurdi, meskipun ada juga lagunya, yang harus kita akui, kurang begitu baik.

“Sebagai seniman Untung Basuki kurang begitu menonjol, tetapi sebagai pribadi dia sangat menonjol, dan orangnya sangat baik, serta tidak segan-segan membantu orang, yang sudah dilakukan sejak Untung Basuki masih muda, bukan setelah dia tua seperti sekarang ini,” kata Adi Kurdi.

Sebagai film dokumenter, film mengenai Untung Basuki yang diberi judul ‘Meniti Waktu’ dengan subjudul ‘jejak langkah Untung Basuki’ kurang begitu kuat dan tidak memiliki fokus yang jelas. Sosok Untung Basuki yang dikenal konsisten dengan lagu puisinya tidak ditonjolkan, namun malah menyajikan kehidupan keseharian Untung Basuki di rumah, misalnya Untung Basuki sedang mencuci pakaian, mencuci cakar ayam, mengajar teater di salah satu Sekolah Menengah Atas di Sleman.

Salah satu narasumber yang dimintai komentar mengenai Untung Basuki adalah Iwan Fals, Foto: Yuliadi
Iwan Fals terlihat di layar di Pendapa Tembi Rumah Budaya

Sebagai seniman dan sebagai pribadi, Untung Basuki memiliki banyak teman, tetapi dalam film dokumenter garapan Taufik Hidayat ini, teman-teman Untung Basuki yang lain tidak ditampilkan. Di kalangan generasi yang lebih muda, Untung Basuki dikenal sebagai orang yang mempunyai disiplin yang tinggi.

“Saya belajar disiplin dari mas Untung Basuki, dan dia memang mengajari orang lain untuk menjaga disiplin,” kata salah seorang narasumber dalam film ini yang tidak disebutkan namanya.

Taufik Hidayat tampaknya kurang teliti sehingga semua narasumber tidak disebutkan identitasnya. Bagi orang yang sudah dikenal, seperti Adi Kurdi, Sawung Jabo, Iwan Fals orang akan mengenalinya, tetapi narasumber lain yang tidak ‘terkenal’ orang tidak tahu.

“Taufik, kenapa tidak ada teks nama dari narasumber?” tanya Untung Basuki di sela-sela pemutaran film dokumenter ‘Meniti Waktu’

“Aduh, tidak terpikir, mas,” jawab Taufik Hidayat.

Film dokumenter ini semula diberi judul ‘Nyanyian Senja’, tuturTaufik Hidayat, tetapi beberapa seniornya menyarankan untuk diganti, setidaknya agar tidak memberikan ‘kesenjaan’ pada Untung Basuki. Maka Taufik Hidayat mengganti judulnya menjadi ‘Meniti Waktu’ dengan subjudul ‘Jejak Langkah Untung Basuki’.

Di kalangan seniman teater di Yogya, Untung Basuki dikenal sebagai anggota Bangkel Teater pimpinan Rendra. Untung Basuki masuk Bengkel Teater tahun 1968, tetapi diresmikan oleh Rendra masuk tahun 1970.

“Saya masuk bengkel tahun 1968, tetapi ketika Rendra meresmikan masuk di Bengkel tahun 1970,” kata Untung Basuki sambil tertawa.

Begitulah, Untung Basuki selalu tidak lepas dari tertawa. Melihat Untung Basuki seperti tidak pernah merasa menderita. Hidupnya selalu bahagia.

“Untung Basuki selalu penuh tawa dan seperti tidak pernah menderita. Bahkan, kalaupun menderita, dia tidak melepaskan tawanya, sehingga tidak kelihatan kalau Untung sebenarnya sedang menderita,” kata Adi Kurdi.

Dan, yang tidak bisa dilupakan oleh kawan-kawannya adalah kata ‘mitra kasih’ yang selalu diucapkan oleh Untung Basuki, sehingga Sawung Jabo, selalu ingat pada Untung Basuki, karena dari jauh, kalau bertemu, Untung Basuki sudah teriak: mitra kasih.

Pemutaran film dokumenter ‘Meniti Waktu’ di Pendapa <a href='https://tembi.net/id/news/bale-karya-pertunjukan-seni/sebuah-film-tentang-untung-basuki-meniti-waktu-3989.html'>Tembi</a>Rumah Budaya, Foto: Yuliadi
Menonton ‘Meniti Waktu’ sembari lesehan

Nonton yuk ..!

Ons Untoro



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta