Festival Musik Tembi 2013 (2): Penampilan Wukir Suryadi dan Rully Shabara Benar-benar Bersenyawa!

ide utama Wukir menciptakan instrumen ini yakni ia ingin berkreasi pada sebuah benda yang dahulu pernah menjadi bagian sangat vital dalam kehidupan petani di Indonesia. Ia ingin melintas ruang dan waktu, menjadikan garu ‘kuno’ ini menjadi instrumen musik ‘kini’.

Festival Musik Tembi 2013 (2): Penampilan Wukir Suryadi dan Rully Shabara Benar-benar Bersenyawa!

Raungan instrumen bambu Wukir dan penjelajahan teknik vokal yang begitu kaya dari Rully Shabara benar-benar memikat audiens yang memadati Pendhopo Tembi Rumah Budaya pada hari ketiga Festival Musik Tembi 2013, Jumat, 24 Mei. Energi musik Senyawa memang magis. Kehadiran musik mereka begitu unik.

Wukir Suryadi, seniman asal Malang yang dikenal dengan instrumen-instrumen unik buah karyanya dan karya-karya musik eksperimentalnya, menyuguhkan bebunyian yang khas dari instrumennya. Ia menyebut instrumen karyanya sebagai instrumen swadaya. Swadaya bisa dimaknai sebagai sebuah sikap kreatif yang orisinal dan penuh keyakinan. Wukir memperlakukan instrumennya dengan berbagai teknik, dipetik, digesek dengan bow cello (alat penggesek), dipukul, diberi efek distorsi dan masih banyak keliaran penjelajahannya terhadap instrumen karyanya.

Sedangkan Rully Shabara, yang juga dikenal sebagai anggota band rock eksperimental ‘Zoo’, memberi warna kuat di panggung dengan teknik bernyanyinya yang khas. Ia menggabungkan berbagai penjelajahan teknik vokal. Mulai dari bernyanyi secara merdu, teriak, berdeklamasi, meraung, dan masih banyak penjelajahan lainnya. Wukir Suryadi dan Rully Shabara, keduanya benar-benar luar biasa dan ‘bersenyawa’.

Sekilas menengok ke belakang, keduanya mulai berkolaborasi pada tahun 2010. Dua musisi yang sudah kiprah di jalur masing-masing ini bertemu pertama kali di arena pertunjukan Yes No Klub edisi ketiga tepatnya pada tanggal 8 Mei 2010. Yes No Klub adalah pertunjukan musik yang digagas oleh sebuah label musik Yes No Wave Music and Performance Klub. Saat itulah, Wukir Suryadi dan Rully Shabara bermain bersama secara ‘dadakan’.

Ternyata keduanya memang bersenyawa. Tak lama setelah pertemuan mereka di Yes No Klub, Wukir dan Rully melanjutkan kolaborasi. Mereka berkreasi, membuat sebuah album berjudul ‘Senyawa’ terdiri dari 6 repertoar yang dirilis pada September 2010. Mereka juga memproklamasikan kolaborasi ini dengan nama ‘Senyawa’.

Kembali ke Pendopho Tembi Rumah Budaya, Senyawa menyuguhkan musik yang membuat penonton berdecak kagum. Ketika musik Senyawa meraung keras, adrenalin teras dipacu. Ketika Wukir memainkan nada-nada tradisi di instrumennya, Bambuwukir, bayangan tentang Sasando dan keindahan tradisi merebak di imajinasi. Ditambah lagi saat Rully bersenandung dengan sangat merdu. Tiba-tiba kemerduan ini dipecah oleh teriakan Rully dan distorsi Bambuwukir yang sangat energik. Begitulah kurang lebih deskripsi betapa luasnya penjelajahan musik Senyawa.

Mulai dari bebunyian yang banal, liar, kuno, tribal, eksperimental kekinian, dan senandung idiom tradisi, bercampur menjadi satu energi musik yang esensial.

Festival Musik Tembi 2013 (2): Penampilan Wukir Suryadi dan Rully Shabara Benar-benar Bersenyawa!

Malam itu, Wukir juga mencoba mempertunjukkan eksplorasi instrumen terbaru karyanya yang dibuat dari garu, alat pertanian zaman dahulu. Dalam ekshibisi dua malam sebelumnya, Wukir memperkenalkan instrumen barunya ini sekilas di Museum Tembi Rumah Budaya. Dalam sebuah papan penjelasan tertulis bahwa ide utama Wukir menciptakan instrumen ini yakni ia ingin berkreasi pada sebuah benda yang dahulu pernah menjadi bagian sangat vital dalam kehidupan petani di Indonesia. Ia ingin melintas ruang dan waktu, menjadikan garu ‘kuno’ ini menjadi instrumen musik ‘kini’.

Rully Shabara menuturkan bahwa malam itu adalah kesempatan perdana Senyawa untuk mempertunjukkan karya musik menggunakan instrumen baru Wukir Suryadhi. Garu dieksplorasi sedemikian rupa oleh Wukir. Wukir memasang beberapa dawai dengan panjang beragam pada badan garu yang panjangnya lebih dari 2 meter tersebut. Sentuhan pertama Wukir pada instrumen barunya memikat audiens. Bunyinya unik, bercampur eksplorasi vokal Rully.

Usai repertoar dengan instrumen baru ini, Rully bertanya kepada audiens yang memberi aplaus meriah, “Bagaimana, senang dengan instrumen barunya Wukir?”.

Selain eksplorasi instrumen baru, Senyawa juga bereksperimen dengan idiom-idiom musik tradisi. Di salah satu repertoar, mereka menggarap lagu ‘Jaranan’. Wukir memainkan pola-pola ritme khas Jathilan melalui instrumennya, sedangkan Rully menyanyikan: “Jaranan, jaranan, jarane, jaran teji!” dengan gaya khasnya.

Penampilan energik Senyawa malam itu berhasil memukau audiens, Mulai dari generasi muda hingga tua. Musik Senyawa berada di antara dimensi kenakalan, liar namun memikat dan indah. Senyawa yang benar-benar bersenyawa!

Nonton yuk ..!

Naskah dan Foto:Gardika Gigih Pradipta



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta