Judul : Pandangan Dunia KGPAA Hamengkunagoro I dalam Babad Tutur. Sebuah restrukturisasi Budaya
Penulis : Zainuddin Fananie
Penerbit : Muhammadiyah University Press UMS, 1994, Surakarta
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : xii + 309

Ini merupakan esensi dari restrukturisasi konsep pemerintahan yang dirancang Mangkunegoro I. Konsep ini dikenal dengan nama Tridarma yaitu mulat sarira hangrasa wani (mengenal diri sendiri sehingga kuat, pandai dan berani), rumangsa melu handarbeni (merasa ikut memiliki), wajib melu hangrungkepi (selalu siap untuk membela).

Pandangan Dunia KGPAA Hamengkunagoro I dalam Babad Tutur. Sebuah restrukturisasi Budaya

Babad Tutur adalah karya sastrayang menceritakan kehidupan RM Said atau KGPAA Hamengkunagoro I (Mangkunagoro I). RM Said yang lahir pada tanggal 8 April 1725 adalah seorang figur yang pantang menyerah. Hal ini dibuktikan dengan perjuangannya selama kurang lebih 16 tahun melawan Belanda.

Selama itu RM Said dan pengikutnya berpindah-pindah tempat dengan segala suka dukanya. RM Said tidak hanya menghadapi Belanda saja, tetapi juga berhadapan dengan keraton Surakarta dan Yogyakarta(yang sesungguhnya masih saudara), karena politik devide et impera Belanda.

Selama 16 tahun tersebut RM Said bisa dikatakan “tidak” pernah kalah, walaupun jumlah pasukan dan persenjataannya lebih sedikit. Bahkan dalam berbagai pertempuran banyak musuh terbunuh, sehingga RM Said mendapat julukan Pangeran Sambernyawa. Hal ini membuktikan RM Said adalah seorang pemimpin yang dapat diandalkan.

Perang baru “berakhir” ketika diadakan perjanjian di Salatiga tanggal 17 Maret 1757. Sejak saat itu RM Said memimpin Puro Mangkunegaran (dengan wilayah kekuasaanya) dengan gelar Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Hamengkunagoro. Keberadaan Puro Mangkunegaran yang lebih banyak didukung ideologi perjuangan ini telah menampilkan satu komunitas dan tradisi baru khususnya dalam pengembangan perekonomian dan budaya.

Dalam bidang ekonomi misalnya, Mangkunegoro I dengan tegas menolak sistem kontrak dengan Belanda (ini berarti sesungguhnya Mangkunegoro tidak pernah berhenti melawan Belanda). Berbagai saluran irigasi dibuat dan diperbaiki untuk meningkatkan hasil panen. Untuk mengerjakan sawah para bangsawan (termasuk kerabat Mangkunegoro ) tidak segan-segan turun ke sawah. Mangkunegoro juga banyak membangun pasar-pasar baru untuk meningkatkan ekonomi melalui perdagangan.

Di bidang militer Mangkunegoro membentuk pasukan wanita yang tidak kalah tangguh dengan pasukan laki-laki. Wanita juga mempunyai hak untuk belajar sehingga bisa membaca dan menulis. Terbukti penulis Babad Tutur ini adalah salah satu prajurit wanita.

Ini adalah upaya Mangkunegoro untuk menghormati dan mengangkat derajat wanita. Hal yang bisa dikatakan sangat luar biasa pada masa tersebut. Bidang kesenian juga mendapat banyak perhatian. Bahkan pada masa perang Mangkunegoro mempunyai sekelompok orang yang bertugas menghibur, misal dengan tarian dan nyanyian.

Mangkunegoro I adalah seorang pemimpin yang benar-benar memperhatikan rakyatnya. Di samping pengalaman perang dan budayaJawa, agama Islam yang dianutnya menjadi landasan kuat dalam menjalankan roda kebijaksanaan. Dari sinilah konsep kebersamaan, kemakmuran, persatuan dan solidaritas lahir.

Ini merupakan esensi dari restrukturisasi konsep pemerintahan yang dirancang Mangkunegoro I. Konsep ini dikenal dengan nama Tridarma yaitu mulat sarira hangrasa wani (mengenal diri sendiri sehingga kuat, pandai dan berani), rumangsa melu handarbeni (merasa ikut memiliki), wajib melu hangrungkepi (selalu siap untuk membela).

Baca yuk ..!

M. Kusalamani



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta