Sepekan ini Baik untuk Bepergian, tapi Orang Wuku Warigagung Tidak Boleh ke Utara
(29 September - 5 Oktober 2013)

Untuk mencegah agar terhindar dari celaka orang wuku Warigagung perlu mengupayakan slametan. Selain itu, selama 7 hari ini ia tidak boleh bepergian ke arah utara karena letak kala (bencana) berada di utara menghadap ke selatan.

Kitab Primbon Betaljemur Adammakna adalah kumpulan pengetahuan berdasarkan ‘ilmu titen’ Jawa yang berlangsung turun temurun. Kitab tersebut berisi 337 bab, salah satu diantaranya adalah pengetahuan tentang menghitung, memilah dan memilih hari.

Berdasarkan acuan dari kitab itu, semua hari dalam satu pekan ini baik adanya, dengan perincian sebagai berikut:

Minggu Legi 29 September 2013, kalender Jawatanggal 24, bulan Dulkaidah tahun 1946 Jimakir, (terhitung mulai Sabtu sore pukul 18.00 s/d Minggu sore pukul 18.00),baik untuk menyelenggarakan upacara penting dan bepergian.

Senin Paing, 30 September 2013, kalender Jawatanggal 25, bulan Dulkaidah tahun 1946 Jimakir, (terhitung mulai Minggu sore pukul 18.00 s/d Senin sore pukul 18.00),baik untuk menyelenggarakan upacara penting dan bepergian.

Selasa Pon, 1 Oktober 2013, kalender Jawatanggal 26, bulan Dulkaidah, tahun 1946 Jimakir (terhitung mulai Senin sore pukul 18.00 s/d Selasa sore pukul 18.00),baik untuk menyelenggarakan upacara penting dan bepergian.

Rabu Wage 2 Oktober 2013, kalender Jawatanggal 27, bulan Dulkaidah, tahun 1946 Jimakir (terhitung mulai Selasa sore pukul 18.00 s/d Rabu Sore pukul 18.00),baik untuk menyelenggarakan upacara penting dan bepergian.

Kamis Kliwon, 3 Oktober 2013, kalender Jawatanggal 28, bulan Dulkaidah, tahun 1946 Jimakir (terhitung mulai Rabu sore pukul 18.00 s/d Kamis Sore pukul 18.00),baik untuk menyelenggarakan upacara penting dan bepergian.

Jumat Legi, 4 Oktober 2013, kalender Jawatanggal 29, bulan Dulkaidah, tahun 1946 Jimakir (terhitung mulai Kamis sore pukul 18.00 s/d Senin Sore pukul 18.00),baik untuk menyelenggarakan upacara penting dan bepergian.

Sabtu Paing 5 Oktober 2013, kalender Jawatanggal 30, bulan Dulkaidah, tahun 1946 Jimakir (terhitung mulai Jumat sore pukul 18.00 s/d Sabtu sore pukul 18.00),baik untuk menyelenggarakan upacara penting dan bepergian.

Bagi anak yang lahir antara Minggu 29 September 2013 sampai dengan Sabtu 5 Oktober 2013, termasuk di dalam Wuku Warigagung, wuku dengan nomor urut 8.

Sepekan ini Baik untuk Bepergian, tapi Orang Wuku Warigagung Tidak Boleh ke Utara (29 September - 5 Oktober 2013)

Ciri-ciri wuku Wariagung adalah sebagai berikut :

  • Dewa yang menaungi wuku Warigagung adalah Batara Maharesi

  • Kelebihannya: umumnya hemat, pandai mencari nafkah.

  • Kekurangannya: sombong, bicaranya banyak dan besar.

  • Kayunya adalah pohon cemara, wataknya angkuh dan banyak bicara.
    Yang bernaung di wuku Warigagung ini pada masa hidupnya mendapat beban yang berat.

  • Burungnya adalah burung Betet, rajin mencari rezeki.

  • Lambang wuku Warigagung adalah ketug lindu (bumi bergerak), artinya keras kemauannya. Apa yang diucapkan harus terlaksanan. Menjaga benar-benar akan harta bendanya. Oleh karena kerja kerasnya, di hari tua akan menuai kebahagiaan dalam arti luas, digambarkan dengan rumah gedong di depan dan umbul-umbul di belakang.

  • Datangnya bahaya dicelakai atau difitnah oleh keluarganya sendiri.

Hari nahas : Minggu Legi.
Hari baik : tidak jelas.

Untuk mencegah agar terhindar dari celaka orang wuku Warigagung perlu mengupayakan slametan. Caranya adalah membuat nasi wuduk (nasi gurih) dang-dangan lauknya bebek putih dimasak gurih, dan nasi kuluban (gudangan) dengan lima macam sayuran, disertai doa keselamatan.

Selain itu, selama 7 hari (29 September s/d 5 Oktober 2013) yang bersangkutan tidak boleh bepergian ke arah utara karena letak kala (bencana) berada di utara menghadap ke selatan.

Herjaka HS



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta