Si Sebe Abang dan Kenangan Masa Remaja di Yogyakarta

CB 100 ini menggunakan jenis mesin 4 tak, ketika masa itu mesin kendaraan roda dua masih asyik dengan jenis 2 tak. Dalam kurun waktu 1971-1981 jumlah total penjualan Honda CB di Indonesia mencapai 600.000 unit.

Profil Honda CB 100 Tahun 1977 Koleksi Rumah Dokumentasi Tembi Rumah Budaya, difoto: tanggal 14 Februari 2013, foto: a.sartono
Profilku, Si Sebe yang keren dan trendy pada zamannya

Jika diingat-ingat aku adalah “Si Anak Hilang”. Aku Si Sebe, produksi tahun 1977 dengan cat warna “abang” alias merah cabe. Generasi sebelumku masuk ke Indonesia mulai tahun 1971 karena memang perusahaan yang memproduksiku di Indonesia mulai berdiri tanggal 11 Juni 1971 dengan nama perusahaan PT Federal Motor.

Pertama kali aku menjelajah jalanan di Yogyakarta dan sekitarnya adalah tahun 1977. Pertama kali aku dimiliki oleh N Nuranto (NN), seorang pelajar SMA Yohanes de Britto yang terletak di Jalan Solo (Jl. Laksda Adisucipto), Yogyakarta. Meski jadi pemilikku, NN malah relatif jarang mengendaraiku.

Aku lebih sering dikendarai oleh teman-teman NN. Ya begitulah aku. Saat itu, di tahun-tahun 1977-1980-an, kendaraan seperti aku masih menjadi trend mode kendaraan yang cukup bergengsi. Banyak anak muda mengincar aku.

Tongkrongan atau profilku saat itu boleh dikatakan belum banyak tersaingi. Bahkan gadis-gadis pun banyak yang kepincut ingin duduk nongkrong di jokku. Sebab dengan membonceng di kendaraan Sebe sepertiku gadis-gadis itu juga merasa naik gengsinya, hahaha….

Yah, oleh karena itu aku juga menjadi maklum jika aku selalu berpindah-pindah tangan untuk dikendarai. Anak-anak muda yang meminjamku dari NN itu banyak yang di samping membutuhkanku, namun juga karena ingin bergaya. Ingin kelihatan keren dan bergaya.

Tidak heran jika aku sering dijalankan di berbagai jalan di Kota Yogyakarta. Lebih-lebih jika malam Minggu. Hehe, malam Minggu pun kemudian menjadi semacam hari pentingku juga. Di hari itu aku akan tampil lebih kinclong karena bisa dipastikan pada hari itu akan dimandikan atau minimal dilap hingga bersih.

Kecuali NN sendiri selaku orang yang memilikiku, aku sangat sering dikendarai oleh Mayong Suryolaksono dan juga Bambang “Iput” Putranto. Mayong belakangan menjadi seorang yang dikenal sebagai jurnalis (redaktur majalah Intisari) dan presenter. Ia kemudian menjadi suami dari Nuruf Arifin, seorang artis senior kenamaan yang belakangan menjadi anggota DPR untuk Dapil Jabar. Sementara Bambang Putranto menjadi jurnalis di Jakarta.

Bagian depan si sebe dengan plat nomornya yang menunjukkan wilayah Bantul, difoto: tanggal 14 Februari 2013, foto: a.sartono
Inilah tampang depanku dengan identitas plat nomor: mBantul

Jadi, ketika itu, aku pun tidak tahu bahwa anak-anak muda seperti Mayong dan Iput itu akan menjadi jurnalis. Demikian pun dengan NN yang kemudian menjadi Dirut sebuah lembaga kebudayaan di Yogyakarta. Hehehe, aku boleh bangga dong. Setidaknya aku pernah punya andil untuk kemajuan dan mekarnya anak-anak muda itu. Ya, aku Si Sebe, pernah sangat akrab dengan mereka-mereka itu di samping juga, teman-teman mereka yang lain.

Setelah anak-anak muda itu lulus dari SMA di tahun 1980, NN pulang ke Jakarta untuk melanjutkan studi di Universitas Indonesia, aku kemudian menjadi milik Iput, dengan cara dibeli dari NN.

Selama berpuluh-puluh tahun kemudian, aku pun dipakai dua adik laki-laki Iput, dan teman-temannya. Hingga pada tahun 2009, aku kembali ke tangan NN yang saat itu telah menjadi Dirut sebuah lembaga kebudayaan di Yogyakarta. Dia membeli dari adiknya Iput.

NN merasa senang. Lekatan memori akan lembar sejarah SMA-nya sebagian melekat padaku. Ia ingin mengenangkannya kembali. Kini aku “bertengger” di Tembi sebagai salah satu koleksi dari museum atau rumah dokumentasi. Jadi setelah sekitar 30 tahun pisah dengan NN, aku kembali menjadi miliknya.

Sedikit tambahan ya, jenis kendaraan sepertiku, CB 100 menggunakan jenis mesin 4 tak, ketika masa itu mesin kendaraan roda dua masih asyik dengan jenis 2 tak. Dalam kurun waktu 1971-1981 jumlah total penjualan Honda CB di Indonesia mencapai 600.000 unit.

Masa itu aku, Si Sebe, bisa dikatakan mendominasi pasar motor Tanah Air. Setelah munculnya seri-seri motor baru, aku Si Sebe tetap diburu orang sekalipun keberadaanku mulai sulit didapatkan di pasaran umum saat ini.

A. Sartono



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta