DOLANAN BÉNGKAT-5
(PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-69)
Terdapat berbagai macam cara melakukan pandhe, antara lain, yaitu: a) lawar tengen: ialah membengkat dengan kaki kanan seperti cara membengkat bendha pentasan; b) lawar kiwa: sama dengan lawar tengen, tetapi yang digunakan adalah kaki kiri; c) sigug tengen: ialah membengkat dengan kaki kanan sedangkan kaki kiri terletak di depannya dalam sikap miring; d) sigug kiwa: kebalikan dari sigug tengen; e) sigug gantung tengen (sigug ro tung kil ngen): dijalankan dengan kaki kiri sambil menggantungkan kaki kanan; f) sigug gantung kiwa: dijalankan dengan kaki kanan sambil menggantungkan kaki kiri; g) gajul kiwa: kaki kanan menginjak, setelah dilepaskan kemudian digajul (ditendang dengan ujung telapak kaki) kaki kiri; h) gajul tengen: kebalikan dari gajul kiwa; i) jungkir tengen: bendha dijepit dengan ibu jari kaki kanan, kemudian dalam sikap merangkak (kedua tangan menyentuh tanah bersama dengan kaki kirinya), lalu bendhadilemparkan oleh kaki kanan melewati atas kepala; j) jungkir kiwa: kebalikan dari jungkir tengen; k) kirik: mengambil bendha dengan mulut (seperti anjing menggigit makanan), dan dibawa, kemudian dijatuhkan di tempat yang cukup sulit. Pandhe seperti ini, biasanya yang pentas lebih suka menyerah kalah. Oleh karena itu, apabila boleh, yang pandhe tidak usah dijalankan, yaitu dengan jalan menggunakan bendha pentasan yang tidak pandhe untuk dapat merobohkan ketiga bendha gasangan; l) prik: langkah pertama untuk merobohkan bendha gasangan disebut “jik” (berasal dari kata siji ‘satu’), sedangkan langkah kedua disebut “prik”. Bila baru langkah pertama sudah dirobohkan, maka harus mengatakan “gug jik” (berasal dari kata sigug siji ‘sigug satu’). Sedangkan apabila tidak mengatakan “gug jik”, padahal yang menggasang mengatakan “gug beh” (berasal dari kata sigug kabeh ‘sigug semua’), maka saku berikutnya semua harus sigug, tidak boleh lawar. Bilagug jik, yang sigug hanyalah yang bersangkutan.
Demikianlah itu cara bermain dolanan béngkat secara panjang lebar. Mungkin bagi yang belum pernah memainkan akan merasa sulit, karena memang terlalu banyak istilah-istilah khusus dalam dolanan ini dan terlalu njlimet. Namun bagi yang sudah terbiasa, akan merasa mudah dan senang memainkannya. Terlepas dari itu semua, setidaknya dolanan ini pernah dikenalkan kembali lewat tulisan ini. Yang terpenting dari dolanan ini adalah memupuk kebersamaan dan solidaritas di antara sesama teman sepermainan yang berada di sebuah kampung atau dusun.
Suwandi
Sumber: Baoesastra Djawa, WJS. Poerwadarminta, 1939, Groningen, Batavia: JB. Wolters’ Uitgevers Maatscappij NV dan Permainan Tradisional Jawa, Sukriman Dharmamulya, dkk, 2004, Yogyakarta, Kepel Press
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- DOLANAN ANJIR-1 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-68)(27/09)
- DOLANAN BEKELAN-3 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-67)(20/09)
- DOLANAN BEKELAN-2 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-67)(13/09)
- DOLANAN BEKELAN-1 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-67)(06/09)
- DOLANAN POT-2 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-66)(23/08)
- DOLANAN POT-1 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-66)(16/08)
- DOLANAN JIRAK ULA-2 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-65)(09/08)
- DOLANAN JIRAK ULA-1 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-65)(02/08)
- DOLANAN JIRAK PENTHIL-2 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-64)(26/07)
- DOLANAN JIRAK PENTHIL-1 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-64)(19/07)