Kompleks Makam Raja di Kotagede (2): Makam, Masjid Gede Kotagede, dan Sendang Seliran

Author:editorTembi / Date:17-11-2014 / Konstruksi bangunan Masjid Kotagede berbentuk Tajug Lambang Gantung. Tajug merupakan bentuk atau konstruksi khas untuk bangunan tempat ibadah (masjid) atau cungkup (rumah untuk makam). Tajug tidak menggunakan molo namun langsung mustaka sebagai kemuncak bangunannya.

Pintu utama menuju serambi Masjid Gede Mataram Kotagede, difoto: 26 Agustus 2014, foto: a.sartono
Pintu utama menuju serambi Masjid Gede Mataram Kotagede

Keberadaan bedug kuno di dalam kompleks Masjid Kotagede berkaitan erat dengan munculnya Dusun Dondong yang berada di sisi timur kompleks Makam dan Masjid Kotagede. Salah satu versi menceritakan bahwa pada masa lalu di Mataram ada orang yang terkenal sangat sakti. Namun pada akhirnya orang tersebut ingin hidup tenang dan tenteram. Ia kemudian berniat hendak mengabdi ke Mataram.

Pengabdian orang tersebut akan diterima oleh Panembahan Senopati jika ia mampu membawa sebuah bedug besar dari Dusun Dondong di wilayah Kalibawang, Kulonprogo. Cara membawa bedug itu harus digendong. Disebut pula bahwa kerangka atau tubuh bedug tersebut terbuat dari kayu bayam dan selamanya tidak boleh diberi warna atau dicat. Tokoh yang disebut-sebut dalam kisah ini adalah Nyai Brintik.

Gerbang utama Masjid Gede Masjid Gede Mataram Kotagede, difoto: 26 Agustus 2014, foto: a.sartono
Gerbang utama Masjid Gede

Nyai Brintik ternyata bisa melaksanakan apa yang diminta oleh Panembahan Senopati dengan baik. Bedug dari Dusun Dondong di Kalibawang, Kulonprogo itu pun bisa dibawanya sampai Kotagede (Mataram) dengan cara digendong. Nyai Brintik ini dalam beberapa versi ditengarai merupakan istri dari Panembahan Bodo yang dimakamkan di Makam Sewu, Pijenan, Pandak, Bantul.

Konstruksi bangunan Masjid Kotagede berbentuk Tajug Lambang Gantung. Tajug merupakan bentuk atau konstruksi khas untuk bangunan tempat ibadah (masjid) atau cungkup (rumah untuk makam). Tajug tidak menggunakan molo namun langsung mustaka sebagai kemuncak bangunannya. Disebut Lambang Gantung karena atap brunjung (puncak) dengan atap penanggapnya dibuat terpisah. Atap penanggap menempel pada tiang yang disebut saka bentung. Atap bersusun tiga merenggang, yakni atap brunjung, penanggap, dan penitih.

Mustaka dan atap brunjung dari Masjid Gede Mataram Kotagede, difoto: 26 Agustus 2014, foto: a.sartono
Mustaka dan atap brunjung Masjid Gede

Dahulu Masjid Kotagede dikelilingi oleh kolam. Kola mini menjadi kelaziman pada masjid-masjid di Jawa sebelum dikenal sistem kran atau pipa air modern. Kolam difungsikan untuk mencuci kaki bagi orang yang akan masuk ke masjid karena pada masa lalu hampir semua orang tidak mengenakan alas kaki.

`Sumber setempat menyebutkan bahwa sumber air untuk mengairi kolam di seputaran Masjid Gede Kotagede berasal dari Sungai Gajah Wong di sekitar Kebun Binatang Gembira Loka. Air dari masjid ini pada akhirnya juga kembali dialirkan ke Sungai Gajah Wong yang terletak di sisi barat Masjid Gede Kotagede. Untuk saat ini kolam masjid di Masjid Gede Kotagede ditambah dengan jembatan karena fungsi dari kola mini tidak seperti di masa lalu. Kolam difungsikan untuk lebih mengingatkan orang bahwa kompleks masjid, khususnya masjid-masjid besar di Jawa pada masa lalu dilengkapi dengan kolam di sekeliling bangunannya.

Kompleks Masjid Gede Mataram Kotagede dilihat dari sisi utara-timur, difoto: 26 Agustus 2014, foto: a.sartono
Kompleks Masjid Gede Mataram Kotagede dilihat dari sisi utara-timur

Sekarang Masjid Gede Kotagede yang sering dinamakan juga Masjid Gede Mataram atau Masjid Keprabon telah dilengkapi dengan CCTV, LCD, AC, dan ke depannya akan dilengkapi dengan jaringan internet.

Naskah dan foto: A.Sartono

Ensiklopedi Situs

Latest News

  • 29-11-14

    Prajurit Keraton Kas

    Berdasarkan hirarkhi keprajuritan keraton, di bawah Komandan (Kumendham) ada Pandhega (Kapten). Sebutan kalenggahan dari Pandhega adalah Bupati Enem... more »
  • 29-11-14

    Orang Jumat Pon Cepa

    Orang kelahiran Jumat Pon hatinya baik, kalau bicara berusaha tidak menyakiti orang lain, mendambakan kerukunan dan kedamaian keluarga dan saudara,... more »
  • 29-11-14

    Pasinaon Basa Jawa K

    Ini contoh penerapan kata pada tataran bahasa Jawa saat ini, dengan keterangan: n = singkatan dari bahasa ngoko, na = bahasa ngoko halus, k = bahasa... more »
  • 29-11-14

    Kebo Bule Nongol Pad

    Konon ketika Paku Buwono II berniat memindahkan Keraton Kartasura, ia mempercayakan kepada kebo bule, yang sudah beranak pinak, untuk menemukan... more »
  • 28-11-14

    Denmas Bekel 28 Nove

    more »
  • 28-11-14

    Barang Rombeng Pun B

    Mungkin barang-barangnya tidak enak dilihat tetapi ketika mendengarkan suaranya sangat enak dan dapat dinikmati sebagai musik. Itulah kreasi dari... more »
  • 28-11-14

    Jalan Kebenaran dan

    Yerry Padang menanggalkan namanya dan menggantinya dengan Jesaya Yerry P. Ia merayakan penggantian mana itu melalui pameran lukisan karyanya pada 22-... more »
  • 27-11-14

    Misbar Kineforum Sug

    Program Misbar, kerja sama Kineforum dan Dewan Kesenian Jakarta memasuki tahun kedua. Bioskop temporer hasil desain Bob Anzac Perwira dan Gerrits SBC... more »
  • 27-11-14

    SMA I Temon Berfoto

    Bagi mereka berfoto dengan tamu asing (bule) mungkin merupakan kesempatan yang langka. Terpaksalah tamu asing tersebut melayani mereka untuk berfoto... more »
  • 27-11-14

    Pak Tatang Terbang d

    Buku ini merupakan buku cerita untuk anak-anak dengan bahasa yang sangat ringan. Mengisahkan seekor anak perkutut yang diberi nama Manyul dan... more »