Sang Hyang Antaboga, Kisah Ular Perkasa
Author:editorTembi / Date:30-08-2014 / Setelah mendapatkan aji tersebut, Nagasena merubah tubuhnya menjadi manusia berperawakan dewa. Ia sudah jarang berpenampilan sebagai ular perkasa, kecuali jika sedang marah, ia menjelma menjadi ular raksasa mengerikan, yang mampu menggoyahkan bumi.Nagasena adalah sosok ular naga muda yang sakti dan perkasa. Ia pernah menolong para dewa kahyangan yang sedang menghadapi kesulitan. Pada waktu itu Sang Hyang Guru memerintahkah para dewa untuk mencari ‘tirta amerta’ atau air kehidupan abadi. Karena dengan mendapatkan dan kemudian meminumnya, para dewa tidak akan pernah mati. Tirta amerta yang dimaksud berada di dasar samudera.
Untuk mengambilnya para dewa mencabut Gunung Mandara, dan dengan ujung gunung tersebut para dewa bergotong royong mengebor dasar samudera. Setelah mencapai kedalaman tertentu, ujung dari gunung Mandara berhasil menyentuh cupu besar yang berisi tirta amerta.
Namun sayang, Gunung Mandara yang sudah hampir separuh masuk ke dalam tanah dasar samudera tidak dapat dicabut, sehingga menyulitkan para dewa untuk mengambil tirta amerta. Walaupun seluruh kekuatan telah disatukan, Gunung Mandara masih mengunci di dasar samudera. Sang Hyang Guru pun belum menemukan cara untuk memecahkan masalah itu.
Dalam situasi yang sangat dekat dengan keputusasaan, datanglah Nagasena, seekor ular naga muda yang perkasa. Ia menawarkan jalan keluar yang berpengharapan. Dengan badannya yang lentur dan kuat, ia melilit Gunung Mandara dan memutarnya pelan-pelan. Gunung bergerak sedikit demi sedikit, dan akhirnya tercabut dari dasar samudera. Sang Hyang Guru tersenyum dan para dewa bersorak-sorai atas keberhasilan Nagasena mencabut Gunung Mandara dan mengembalikan ke tempat semula.
Setelah Gunung Mandara disingkirkan, dengan mudah para dewa mengambil cupu besar yang berisi tirta amerta untuk kemudian diminum bersama-sama. Barang siapa yang telah meminum tirta (air) a (tidak) merta (mati), air kehidupan abadi, tidak akan mati selamanya. Oleh karenanya para dewa dan juga Nagasena telah mendapatkan kehidupan abadi.
Dengan mendapatkan hidup abadi, bukan berarti segalanya sudah selesai. Masih ada satu hal lagi yang harus diupayakan para dewa, yaitu hidup tenteram dan damai. Apa enaknya berada dalam kehidupan abadi tetapi tidak tenteram dan damai?. Untuk itu para dewa diperintahkan untuk mendapatkan Cupu Lingga Manik, lambang ketentraman dan kedamaian abadi.
Para dewa yang disebar di lima penjuru mata angin tidak berhasil mendapatkan cupu itu. Nagasena yang sudah diterima di kalangan para dewa ikut prihatin. Namun Nagasena tidak mencarinya seperti yang dilakukan para dewa. Ia menyerahkan diri, bertapa sembari menjulurkan lidahnya, memohon untuk diberi anugerah ketenteraman dan kedamaian dalam hidupnya. Rupanya Hyang Maha Agung berkenan dengan cara yang dilakukan Nagasena. Maka tiba-tiba ada seleret cahaya jatuh di atas lidahnya. Benda bercahaya itulah yang dicari para dewa, Cupu Lingga Manik.
Segera setelah itu, Nagasena menyerahkan Cupu Lingga Manik kepada para dewa. Sang Hyang Guru berkenan. Atas jasa-jasanya, Nagasena diangkat menjadi dewa dengan sebutan Sang Hyang Antaboga dan diberi tugas sebagai dewa penjaga bumi. Selain itu Nagasena juga diberi aji Kawastrawam yang dapat merubah tubuhnya sesuai dengan kehendaknya.
Setelah mendapatkan aji tersebut, Nagasena merubah tubuhnya menjadi manusia berperawakan dewa. Ia sudah jarang berpenampilan sebagai ular perkasa, kecuali jika sedang marah, ia menjelma menjadi ular raksasa mengerikan, yang mampu menggoyahkan bumi.
Herjaka HS
Ensiklopedi Figur WayangLatest News
- 01-09-14
Pasinaon Basa Jawa K
Ing ngadhap menika tuladha trap-trapanipun tembung wonten ing undha-usuk basa Jawi samenika, kanthi katrangan: n = cekakan saking basa ngoko, na =... more » - 01-09-14
Suluk Waleh
Judul : Suluk Waleh Penulis : Mangunmitra Penerbit : Penerbit dan tahun terbit tidak disebutkan. Diterbitkan di Surakarta ... more » - 01-09-14
Festival Film Arkipe
Tahun kedua ARKIPEL International Documentary & Experimental Film Festival akan mengangkat tema Electoral Risk, yang mencoba melihat bagaimana... more » - 01-09-14
Tayub Selalu Hadir d
Tayub sendiri menurut beberapa ahli berasal dari kata ditata kareben guyub (ditata supaya rukun). Ada pula yang menyatakan berasal dari kata mataya... more » - 30-08-14
Hari Pasaran Jadi Pu
Pada hari pasaran, pasar-pasar tersebut bisa dikatakan penuh orang berjual beli. Untuk pasaran Kliwon yang menjadi hari pasaran Pasar Bantul, maka di... more » - 30-08-14
Hari dan Pasaran Kel
Senin Pon, 1 September 2014. Hari kelahiran Senin, diangkakan = 4 ditambah pasaran kelahiran Pon, diangkakan = 7. Jumlah Weton 4 + 7 = 11. Wataknya:... more » - 30-08-14
Sang Hyang Antaboga,
Setelah mendapatkan aji tersebut, Nagasena merubah tubuhnya menjadi manusia berperawakan dewa. Ia sudah jarang berpenampilan sebagai ular perkasa,... more » - 30-08-14
Inventarisasi Perlin
Judul : Inventarisasi Perlindungan Karya Budaya. Karapan Sapi Madura Penulis : Dr. Widya Nayati, M.A. Penerbit : Balai Pelestarian... more » - 29-08-14
Jogja Percussion Fes
Musik perkusi yang selama ini jarang digarap kini mendapat wadah berupa rangkaian pertunjukan akbar Jogja Percussion Festival 2014. Festival yang... more » - 29-08-14
Jogja Percussion Fes
Malam itu, Sabtu 23 Agustus 2014 Jogja Percussion Festival memanjakan para penonton dengan lineup yang sangat berkesan. Tidak sedikit dari pengisi... more »