Narayana (2)
24 Jan 2015 Namun sebelum Kangsadewa yang sedang alap membunuh Prabu Basudewa, Kakrasana datang menghadangnya. Mata Kangsadewa bersinar mengkilat seperti mata harimau melihat mangsanya. Tetapi dengan cepat Kakrasana menyerang Kangsadewa dengan Nanggala.Narayana telah tuntas berguru kepada Resi Padmanaba di Gunung Giripurwa. Sang Guru bangga akan muridnya yang mampu menyerap ajian Triwikrama serta ilmu tingkat tinggi lainnya dengan sempurna serta kuat mewarisi pusaka-pusaka andalan Resi Padmanaba yaitu Cakra Sudarsana dan Kembang Cangkok Wijayakusuma. Dengan demikian, sebagai guru ia merasa bahwa tugasnya telah selesai. Oleh karenanya ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, dan merasuk serta bersatu dengan Narayana muridnya. Maka kemudian berlanjutlah hidup Resi Padmanaba di dalam hidup Narayana.
Setelah menjalani laku penyempurnaan, Narayana pergi ke Gunung Argasonya untuk mencari Kakrasana, kakaknya. Setelah bertemu mereka saling menceritakan keberhasilan masing-masing. Saat itu Kakrasana telah menerima anugerah dari Batara Brama berupa mantra Jaladara serta senjata Nanggala dan Alugora.
Dengan anugerah masing-masing Narayana dan Kakrasana sepakat kembali ke Widarakandang untuk menemui Demang Antagopa dan Nyai Sagopi yang mengasuhnya. Baik Narayana maupun Kakrasana ingin meminta maaf karena telah meninggalkan pasangan tersebut tanpa pamit.
Namun sebelum Narayana dan Kakrasana sampai di Widarakandang prajurit Sengkapura utusan Adipati Kangsadewa, yang dipimpin oleh Kala Akura, menyerang Widarakandang. Hal tersebut dilakukan karena Kangsadewa tahu bahwa Raja Basudewa menyembunyikan ketiga anak yaitu Narayana, Kakrasana dan Bratajaya di Widarakandang. Karena yang dicari tidak diketemukan, Demang Antagopa ditangkap dan dibunuh. Dalam huru-hara di Widarakandang itu, Nyai Sagopi berhasil membawa lari Bratajaya dan Larasati.
Mengetahui bahwa buronannya lolos Kala Akura mengejarnya. Untunglah dalam pelarian itu Bratajaya, Larasati dan Nyai Sagopi bertemu dengan Arjuna yang bersedia melindunginya. Dengan senjata panah, dalam sekejap Arjuna memusnahkan prajurit raksasa yang dipimpin Kala Akura. Setelah bebas dari serangan raksasa mereka sepakat untuk mencari Kakrasana dan Narayana.
Di tengah perjalanan kedua rombongan yang mempunyai maksud sama dipertemukan. Mereka berenam, yaitu Narayana, Kakrasana, Nyai Sagopi, Bratajaya, Larasati dan Arjuna terharu atas pertemuan itu. Di sela-sela isak tangis, Nyai Sagopi bercerita tentang kematian Demang Antagopa dan hancurnya Widarakandang. Narayana dan Kakrasana menahan amarah kepada Kangsadewa sebagai biang keladi kejadian ini.
Narayana dan Kakrasana juga merasa sedih karena Demang Antagopa telah meninggal dunia. Mereka pun kecewa karena tidak dapat melindungi Demang Antagopa ketika datang serangan musuh yang menewaskannya.
Namun, Nayarana tidak mau larut dalam kesedihan itu. Ia menyadari bahwa dirinya adalah titisan Batara Wisnu yang mempunyai tugas untuk menyeimbangkan dunia. Saat ini sepak terjang Kangsadewa adalah sepak terjang angkaramurka dan kejahatan. Jika hal itu dibiarkan keseimbangan dan keharmonisan dunia akan terganggu. Oleh karenanya Nayarana bertekad untuk menyeimbangkan dunia dengan cara membunuh Kangsadewa.
Ia tahu, saat ini Kangsadewa menggelar adu-jago. Jagonya berupa manusia. Satu dari Sengkapura yaitu Suratrimantara dan satunya lagi dari Mandura yang bernama Bilawa. Hal tersebut dilakukan Kangsadewa dalam upayanya merebut Kerajaan Mandura dengan cara mengalahkan jago dari Prabu Basudewa. Selain itu, adu jago ini dimaksudkan untuk mendatangkan banyak orang termasuk orang yang dicari-cari selama ini yaitu seorang pemuda berkulit bule atau putih yang adalah Kakrasana dan seorang pemuda berkulit cemani atau hitam yaitu Narayana.
Tujuan Kangsadewa kesampaian. Adu jago manusia tersebut mampu mendatangkan sebagian besar rakyat Kadipaten Sengkapura dan rakyat Kerajaan Mandura, termasuk Narayana, Kakrasana dan Bratajaya. Saat menjelang adu jago manusia, orang-orang berbondong-bondong ingin menyaksikan pertarungan jago Kangsadewa dengan jago raja Basudewa.
Dalam ketegangan yang tinggi Kangsadewa dan Basudewa duduk bersanding, ingin menyaksikan pertarungan jago masing-masing. Ketika tiba waktu yang ditentukan, Suratrimantra naik ke panggung dan kemudian disusul Bilawa, maka pertarungan pun dimulai.
Pertarungan belum berlangsung lama, Suratrimantra mati terkena tusukan kuku pancanaka Bilawa. Sebelum darah mengalir lebih banyak, Suratrimantra digotong oleh dua abdinya yang bernama Kala Caruna dan Kala Mustika untuk kemudian dimasukkan ke kolam air semangka. Setelah masuk di kolam tersebut Suratrimantra hidup kembali dalam keadaan segar bugar, lalu maju ke gelanggang lagi. Berkali-kali Suratrimantra mati dibunuh oleh Bilawa, tapi selalu hidup kembali. Bilawa kewalahan, ia merasa ngeri berhadapan dengan Suratimantra.
Badranaya mengetahui kesaktian Suratrimantra, serta tahu letak kelemahannya. Ia lalu menyuruh Arjuna supaya keris pusaka Kyai Pulanggeni dimasukkan ke dalam kolam. Setelah dimasuki Pulanggeni, air kolam mendidih. Dengan demikian akhirnya Suratrimantra tidak mampu hidup kembali. Kangsadewa mengerti bahwa jagonya hancur dalam kolam, lalu meloncat ke panggung.
Namun sebelum Kangsadewa yang sedang alap membunuh Prabu Basudewa, Kakrasana datang menghadangnya. Mata Kangsadewa bersinar mengkilat seperti mata harimau melihat mangsanya. Tetapi dengan cepat Kakrasana menyerang Kangsadewa dengan Nanggala, dan dibarengi serangan Narayana yang melepaskan senjata Cakra ke tubuh Kangsadewa. Terkena dua senjata sakti sekaligus, yaitu Cakra dan Naggala, Kangsadewa mati seketika.
Sang angkara murka telah tumbang. Bumi Kadipaten Sengkapura dan bumi Kerajaan Mandura kembali seimbang dan harmonis. Satu lagi tugas Narayana dapat diselesaikan dengan baik. Namun tentunya keharmonisan hanyalah sementara. Narayana tidak boleh lengah menjaganya, karena tugas-tugas lain akan susul-menyusul tidak kunjung habis.
Naskah dan Lukisan : Herjaka HS
Artikel Terbaru
- 03-08-16
Bokor untuk Persemba
Bokor berisi bunga setaman juga menjadi salah satu alat pelengkap yang biasanya menghiasai ruangan sentong tengah dari rumah induk masyarakat Jawa.... more » - 03-08-16
Gudeg Koyor Varian d
Jenis makanan gudeg yang telah menjadi identitas makanan khas Yogyakarta mungkin sudah tidak asing lagi banyak orang. Namun gudeg koyor mungkin masih... more » - 02-08-16
Pria Sawo Matang di
Musim panas telah tiba. Di Zug, sebuah kota kecil di tengah daratan Swiss dengan penduduk sekitar 28.600 jiwa, sejumlah kursi berwarna oranye bersama... more » - 02-08-16
Ajaran Kebaikan Oran
Judul : Ajaran-ajaran dalam Naskah Singhalangghyala Parwa Penulis ... more » - 01-08-16
Macapat ke-148, Peng
Mengikuti macapat malem Rebo Pon di Tembi Rumah Budaya ibarat mengikuti pengembaraan Mas Cebolang yang penuh dengan pengalaman kehidupan baik lahir... more » - 01-08-16
Eksotisme Amphiteate
Amphiteater merupakan salah satu spot luar ruangan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Merujuk pada aspek historisnya amphiteater... more » - 01-08-16
Naura Sang Idola Cil
Terhitung sudah dua album yang diproduksi penyanyi cilik ini, yang bernama lengkap Adyla Rafa Naura Ayu. Di usianya yang ke-8 tahun putri pertama... more » - 30-07-16
Rabu Kliwon Pekan In
Pranatamangsa: memasuki Mangsa Surya II Mangsa Karo. Usia 23 hari hari terhitung mulai 2 s/d 24 Agustus 2016. Candrane: Bantala Rengka, artinya... more » - 30-07-16
Kemah Budaya ke-10 B
Iringan musik tradisional Jawa yang begitu rancak, bertalu-talu, dan meriah membuat para tamu undangan kemah budaya ikut manggut-manggut dan... more » - 30-07-16
Dalem Kanjengan yang
Ada beberapa bangunan penting selain kompleks makam raja-raja Mataram (Surakarta dan Yogyakarta) di Imogiri yang keberadaannya tidak terpisahkan dari... more »