Sing Unggul Dipanggul Sing Kalah Dijarah
Author:editorTembi / Date:28-01-2015 / Pepatah ini menggambarkan tentang sifat orang yang tidak punya pendirian kecuali berpikir atau berpendirian hanya untuk mencari enak, aman, untung, selamat dirinya saja. Di mana ada orang yang berkuasa atau unggul di bidang tertentu ia berusaha ikut di situ.Pepatah atau peribahasa Jawa di atas secara harafiah berarti yang menang dijunjung yang kalah dijarah/dijajah.
Pepatah ini menggambarkan tentang sifat orang yang tidak punya pendirian kecuali berpikir atau berpendirian hanya untuk mencari enak, aman, untung, selamat dirinya saja. Di mana ada orang yang berkuasa atau unggul di bidang tertentu ia berusaha ikut di situ. Artinya, ia tidak peduli lagi apakah keunggulan, ketenaran, kekayaan, kekuasaan orang yang dijunjung-junjungnya itu ditempuh dengan cara yang benar, baik, dan jujur atau tidak.
Di lain pihak orang yang demikian itu akan menganiaya atau menjarah atau mengabaikan orang-orang yang kalah, lemah, tersingkir, dan tidak punya kedudukan dalam pergaulan sosial. Bagi orang yang berpendirian demikian, kekalahan adalah kenistaan, pahit, sengsara, dan tidak ada lagi guna apa pun. Pendeknya hal yang kalah dianggap sebagai sampah yang tidak berarti apa-apa.
Akan tetapi jika si kalah ini kelak di kemudian hari menang atau tenar, unggul, kaya, berkuasa, dan sebagainya, maka orang yang pernah menginjak-injak, menista, menjajah, menghina, mengabaikan, dan menjarahnya ini justru akan berbalik arah untuk bergabung dan berusaha menjunjung-junjung si kalah yang dulu dinistanya itu. Seolah-olah orang yang bersangkutan tidak pernah melakukan kesalahan, dosa, dan kejahatan atas si kalah.
Hal demikian itu barangkali bisa dilihat dengan politik yang pernah dilakukan VOC di Nusantara. Hampir semua yang menang, yang berkuasa, yang berpotensi berkuasa, yang bisa dimanfaatkan oleh VOC akan dirangkul VOC. Demikian pun yang berpotensi menjadi sekutu yang kuat bagi VOC akan didekati dan dijadikan wadyabala yang dapat memperkuat posisi VOC. Prinsipnya, VOC dan orang yang dicontohkan dalam peribahasa ini hanya mau berkawan pada yang menang, kuasa, kaya, tenar, berkedudukan, dan sebagainya karena menguntungkan dirinya. Orang oportunis, begitu sebutannya.
A. Sartono
Ensiklopedi BothekanLatest News
- 30-01-15
Denmas Bekel 30 Janu
more » - 30-01-15
Perang Pasifik yang
P.K. Ojong dengan bahasa yang menarik dan terperinci menulis jalannya peperangan di setiap medan pertempuran. Bahkan pembaca seakan-akan dibawa ikut... more » - 30-01-15
STAT Memulai Kelas B
Sanggar Tari Anak Tembi (STAT) didirikan pada awal tahun 2010. Setiap kelas berlangsung selama 1 semester. Jadi sampai akhir tahun lalu, STAT sudah... more » - 30-01-15
Memes Luncurkan Albu
Konsisten meramaikan dunia musik Tanah Air selama 20 tahun, Memes merilis albumnya yang ke-9 bertajuk “Lief Java”. Dalam album ini karya-karya dari... more » - 29-01-15
Kampung Dondongan ya
Di Kampung Dondongan ini pulalah Ringin Sepuh, yakni pohon beringin yang dipercaya ditanam oleh Sunan Kalijaga, tumbuh dengan baik. Pohon Ringin... more » - 29-01-15
Pembuat Warangka Ker
Masyarakat Jawa menamakan pembuat warangka dengan sebutan mranggi. Sementara pembuat keris disebut empu. Jadi ada perbedaan antara pembuat keris... more » - 29-01-15
Antologi Puisi Paran
Penyair yang pernah berinteraksi dengan Bantul, merupakan salah satu syarat untuk bisa ikut dalam antologi puisi ini. Berinteraksi dalam arti, bahwa... more » - 28-01-15
Syam Chandra, Penyai
Dua ekor ayam dia siapkan, untuk secara bergantian dia lempar ke tengah penonton. Di saat penonton berebut ayam, dia terus membacakan puisi karyanya... more » - 28-01-15
Mempelajari Tatabaha
Tampilan buku lawas ini memang khas buku zaman dahulu, yakni menggunakan kertas merang, yang terkesan kusam. Namun, buku koleksi Perpustakaan Tembi... more » - 28-01-15
Sing Unggul Dipanggu
Pepatah ini menggambarkan tentang sifat orang yang tidak punya pendirian kecuali berpikir atau berpendirian hanya untuk mencari enak, aman, untung,... more »