Alat Dapur Talenan, Alas untuk Merajang Bahan Masakan

30 May 2014 Fungsi utama talenan adalah sebagai alas untuk mengiris bumbu dan bahan masakan. Dengan demikian alas tersebut harus kuat dan awet. Namun begitu sebisa mungkin alas tersebut tidak mudah merusakkan pisau atau dalam bahasa Jawa, dikatakan tidak mudah “ngethulke” pisau.

Seri Alat Dapur Masyarakat Jawa, sumber foto: Suwandi/Tembi
Talenan dan pisau besar koleksi Museum Tembi Rumah Budaya Yogyakarta

Orang Jawa lebih sering menyebutnya dengan istilah talenan atau tlenan. Istilah ini sudah terekam dalam kamus Jawa “Baoesastra Djawa” karangan WJS Poerwadarminta (1939). Pada halaman 586 kolom 2 disebutkan, “talenan yaiku kayu (dhingklik) landhesan iris-iris.” Artinya, kurang lebih talenan adalah sebuah papan kayu (atau semacam alas duduk bernama dingklik) yang berfungsi sebagai alas untuk mengiris bumbu dapur, bahan masakan, dan sejenisnya. Tentu jauh sebelum itu, istilah talenan sudah terbiasa didengar dan dikenal oleh masyarakat Jawa.

Memang tidak setiap wanita Jawa yang memasak di dapur mengandalkan talenan untuk alas mengiris bahan dan bumbu dapur. Jika di dapur tidak ditemukan talenan, biasanya para ibu rumah tangga menggunakan alas seadanya sebagai pengganti talenan, seperti parut, meja, dan sebagainya. Namun begitu pada umumnya talenan selalu hadir dalam setiap dapur rumah tangga tradisional di Jawa, karena memang fungsinya lebih ke alat yang dipakai sebagai alas untuk mengiris bahan masakan.

Pada mulanya memang talenan terbuat dari papan kayu yang sederhana. Bentuknya beraneka ragam. Ada yang bentuknya hanya persegi empat, persegi empat dengan satu ujung yang ada pegangannya, potongan kayu gelondongan hingga papan yang diberi kaki layaknya seperti dhingklik (tempat duduk kecil). Ukurannya juga bermacam-macam, mulai dari yang kecil berukuran 15 cm x 25 cm hingga berukuran 30 cm x 45 cm. Sementara talenan berbentuk lingkaran terbuat dari potongan gelondongan kayu utuh bisa berdiameter 35 cm.

Tentu besar kecilnya ukuran talenan disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk rumah tangga dibutuhkan talenan kecil. Untuk produksi makanan, semisal bakso dibutuhkan talenan besar dan tebal, yang biasanya terbuat dari potongan gelondongan kayu utuh.

Harga talenan juga sangat bervariasi sesuai dengan ukuran dan bahannya. Untuk bahan sederhana dan ukuran kecil, cukup dengan harga Rp 5.000. Untuk ukuran besar dan bahan yang lebih baik, bisa mencapai Rp 50.000. Barang-barang itu sampai sekarang masih bisa ditemukan di pasar atau warung tradisional hingga swalayan dan supermarket besar. Tentu saja sekarang ini jenis talenan lebih banyak pilihan, tidak hanya terbuat dari kayu tetapi juga terbuat dari bahan lain, semisal plastik dan sejenisnya.

Fungsi utama talenan adalah sebagai alas untuk mengiris bumbu dan bahan masakan. Dengan demikian alas tersebut harus kuat dan awet. Namun begitu sebisa mungkin alas tersebut tidak mudah merusakkan pisau atau dalam bahasa Jawa, dikatakan tidak mudah “ngethulke” pisau.

Memang alat dapur satu ini sampai sekarang masih tetap digunakan oleh para ibu rumah tangga sebagai salah satu alat dapur yang wajib ada. Tanpa hadirnya alat ini, para ibu rumah tangga akan merasa kesulitan mengiris bumbu dan bahan masakan. Apalagi dapur-dapur sekarang hampir semuanya sudah dikeramik. Namun kalau di desa, kadang-kadang di setiap dapur ada talenan, tetapi kadang-kadang digantikan alat dapur lainnya seperti parut dan meja dapur.

Suwandi

Artikel Terbaru

  • 26-02-16

    Buku Rujukan Seni Or

    Judul   : Ornamen Nusantara. Kajian Khusus tentang Ornamen Indonesia Penulis   : Drs. Aryo Sunaryo, M.Pd. Seni Penerbit... more »
  • 26-02-16

    Kesetiaan Total Nyi

    Sudah selama 28 tahun, Nyi Sri Muryani mengabdi di Museum Dewantara Kirti Griya (DKG) Tamansiswa Yogyakarta. Selama itu pula, ia dengan setia... more »
  • 25-02-16

    Tiga Fungsi Historio

    Muhamad Agus Burhan yang akrab dipanggil Burhan adalah pengajar di jurusan Seni Lukis Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta... more »
  • 25-02-16

    Terima Kasih Tanpa B

    Bagi perupa kelahiran Padangpanjang, Sumatera Barat, yakni Stefan Buana, sosok Wardi Bajang (almarhum) merupakan sosok yang unik. Baginya, Wardi... more »
  • 24-02-16

    Dhenok Kristianti Pe

    Ada banyak penyair yang dulu berproses di Yogya, bahkan berasal dari Yogya, untuk kemudian pinda ke kota lain. Di kota tempat tinggalnya itu dia... more »
  • 24-02-16

    Eksplorasi Musik Ge

    Di bidang musik, tak jarang para seniman bereksperimen melalui media dan bunyi-bunyian. Keunikan warna suara yang dihasilkan dari media-media... more »
  • 23-02-16

    Berkarya Untuk Indon

    Pada Minggu, 14 Februari 2016 menjadi salah satu momen yang langka. Di hari yang cerah itu para perupa berkumpul dan berkarya bersama. Melalui... more »
  • 23-02-16

    Kapel St. Simon Gunt

    Kapel Santo Simon Gunturgeni merupakan kapel atau gereja stasi pertama pada saat Schmutzer masih berkarya di Ganjuran, Sumbermulyo, Bambanglipuro... more »
  • 22-02-16

    Berita Hari ini: Wa

    Kali ini, Sastra Bulan Purnama edisi ke-53 menghadirkan wartawan membaca puisi. Para wartawan ini sehari-harinya memburu berita, atau setidaknya... more »
  • 22-02-16

    Samuel Indratma, Sen

    Samuel Indratma, seniman kelahiran Gombong, 22 Desember 1970 boleh dikata tidak bisa lepas dari seni mural. Kerja kreatifnya dalam seni mural... more »