Wisuda MC Jawa Lanjut IX, Menuntut Ilmu Sepanjang Waktu
19 Aug 2016 Para wisudawan kursus Panatacara Pamedharsabda MC Basa Jawa di Tembi Rumah Budaya angkatan IX rupanya mempunyai pandangan yang hampir sama. Kesamaan pandangan tersebut dilontarkan oleh beberapa wisudawan seusai menerima partisara pada upacara wisudan, Senin, 25 Juli 2016. Bahwasannya mereka sudah dua kali 3 bulan atau 48 kali 120 menit belajar di Tembi, namun rasanya hanya sebentar dan masih kurang. Materi tentang MC basa Jawa dalam upacara pernikahan yang semula dianggap sedikit dan terbatas, ternyata banyak dan komplit. Semakin digali, semakin dalamlah ilmu yang dapat diserap.Misalnya yang terkandung pada materi MC upacara Midodareni. Yang perlu diketahui dan dipelajari antara lain: sejarah midodareni, ubarampe midodareni serta maknanya satu persatu. tatacara midodareni, urutan acara dengan rangkaian bahasanya. Demikian pula pada materi upacara Siraman, banyak hal yang perlu didhudhah serta dibeberkan di balik upacara tersebut. Belum lagi ketika materi sampai pada upacara Panggih. Semakin banyaklah ilmu yang melatarbelakangi bertemunya penganten laki-laki dan pengantin perempuan di depan tarup. Tarup sendiri yang terdiri dari janur melengkung, pisang raja dua tundhun, pari, tebu, daun ringin, daun apa-apa, daun alang-alang masing-masing mempunyai arti yang menjadi pokok bahasan pada materi pasang tarub. Serta materi-materi yang lain seputar adat upacara perkawinan gaya Yogyakarta.
Mengingat akan komplit dan kompleksnya ilmu yang ada di balik upacara perkawinan, maka waktu yang disediakan untuk kursus tingkat dasar maupun tingkat lanjut dirasa masih kurang. Namun bukan berarti bahwa ilmu yang diberikan tidak tuntas. Waktu yang sedikit itu digunakan dengan sungguh-sungguh untuk menggodog mereka, baik yang pemula maupun yag sudah laku. Dalam proses pengajaran itulah mereka akan memperoleh ilmu yang sama. Yang pemula akan menjadi bisa bahasa Jawa, busana Jawa, unggah-ungguh dan tatacara Jawa. Sedangkan yang sudah bisa akan dapat membedakan mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sehingga dengan demikian di akhir pengajaran mereka sama-sama mendapat satu pengetahuan tentang Panatacara Pamedharsabda gaya Yogyakarta, baik dari segi bahasa dan tatacara serta unggah-ungguhnya. Setiap peserta yeng tekun mengikuti pertemuan hingga selesai, 24 kali pertemuan, baik di tingkat dasar maupun di tingkat lanjut akan mendapat semua ilmu dasar yang ada. Dan ilmu tersebut dapat menjadi modal yang memadai untuk diperdalam dan dikembangkan di dalam masyarakat.
Malam itu Tembi Rumah Budaya mewisuda 21 siswa kursus MC tingkat lanjut IX yaitu: Abadi, Budiraharjo, Dian Fitrianto, Dwi Wahyuningsih, Haryanto, Ismanto, Istik Maluddin, JJ Endro Sasmito, Joko Parjoko, Kabul Hardjono, Khoiru Saro, Maryanto Sawit, Maryanto Kembaran, M Chayrul Umam, Nurul Farhan, Sartijan, Sujan, Suranto, Tri Handoko Putro, Winarni Astutiningsih FL, Yulianto.
Kursus MC yang diawali tahun 2000 tersebut telah mewisuda lebih dari 500 orang yang tersebar di wilayah Yogyakarta khususnya. Upacara wisudan yang ditandai dengan penyerahan partisara dari Totok Anindya Barata selaku kepala bidang budaya Tembi Rumah Budaya bukanlah merupakan tanda berakhirnya proses belajar mengajar. Partisara adalah tanda bahwa langkah sedang diawali. Yaitu mengawali tugasnya sebagai salah satu pemangku budaya Jawa. Mereka bersama dengan masyarakat mencoba untuk mempertahankan, menghidupi serta mengembangkan bahasa Jawa, busana Jawa beserta unggah-ungguh dan tatacaranya, terutama dalam upacara perkawinan. Jika ada kesulitan dalam penerapannya di masyarakat, setiap waktu para wisudawan dapat kembali rumah Tembi Rumah Budaya untuk selalu belajar.
Entah sampai berapa tahun masyarakat Jawa masih membutuhkan budayanya sendiri. Hal tersebut diutarakan mengingat di zaman globalisasi ini budaya asing dengan gencarnya menggempur budaya lokal baik dari luar maupun dari dalam. Disadari bahwa zaman telah berubah. Arus deras tradisi baru tak mungkin dibendung lagi. Tetapi bukankah jati diri manusia tetap tak berubah. Ibarat medan perang, para wisudawan dengan ilmu yang didapat ingin mempertahankan jati dirinya sebagai manusia Jawa di tengah-tengah arus perubahan yang semakin cepat.
Herjaka HS
Foto:A.Barata
Baca Juga
- 20-08-16
Kisah Kemuliaan Hati Sita
Judul : Sita. Sedjarah dan Pengorbanan serta Nilainja dalam Ramayana Penulis : Imam Supardi... more » - 18-08-16
Peserta Badan Diklat DIY Sangat Antusias di Tembi
Sebanyak 80 orang SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) baik provinsi, kabupaten, dan kota dari seluruh Indonesia yang berkunjung ke Tembi Rumah... more » - 16-08-16
Karyawan Bir Bintang Jakarta Belajar Menabuh Gamelan
Menjelang maghrib hari Kamis 11 Agustus 2016, Tembi Rumah Budaya dikunjungi oleh karyawan PT Bir Bintang Jakarta sejumlah 100 orang. Mereka datang ke... more » - 16-08-16
Kapak Batu di Pajangan Bantul Menunggu Kajian Lebih Lanjut
Senin, 25 Juli 2016 Sunardi (43) warga Dusun Manukan, Kelurahan Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, DIY menemukan sebuah benda yang... more » - 13-08-16
Buku untuk Orang Belanda Belajar Bahasa Jawa
Judul : Beknopte Handleiding om de Javaansche Taal te Leeren Spreken Penulis : J.W. van... more » - 12-08-16
Soekarno-Hatta dalam Museum-museum di Yogyakarta
Tokoh Nasional sekaligus Pahlawan Nasional Ir Soekarno dan Mohammad Hatta adalah 2 proklamator yang tidak bisa dipisahkan. Soekarno-Hatta kemudian... more » - 11-08-16
Menapak Tilas Jalan Raya Pos Karya Daendels
Judul : Ekspedisi Anjer - Panaroekan. Laporan Jurnalistik Kompas 200... more » - 11-08-16
Menapak Tilas Jalan Raya Pos Karya Daendels
more » - 10-08-16
Mengenal Budaya Jawa Melalui Museum Tembi Rumah Budaya
Tak kenal maka tak sayang. Begitulah ungkapan tentang pentingnya proses mengenal. Diawali dengan mengenal dan kemudian tergerak untuk mencari tahu,... more » - 09-08-16
Sunan Pakubuwana X Beri Gelar Pangeran kepada Patihnya
Sejarah membuktikan,bahwa di masa pemerintahan Sunan Pakubuwana X (yang bergelar Sampeyan Dalem Ingkang Wicaksana Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan/... more »
Artikel Terbaru
- 20-08-16
Mangut Beyong di War
Ada cukup banyak kuliner khas, unik, yang sesungguhnya berangkat dari menu-menu tradisional Jawa. Salah satunya adalah mangut ikan salem (sejenis... more » - 20-08-16
Kisah Kemuliaan Hati
Judul : Sita. Sedjarah dan Pengorbanan serta Nilainja dalam Ramayana Penulis : Imam Supardi... more » - 20-08-16
Ada Tiga Hari Baik P
Pranatamangsa: mulai 25 Agustus memasuki Mangsa Surya III Mangsa Katelu, usia 24 hari, sampai dengan 17 September 2016. Candrane: Suta Manut ing Bapa... more » - 20-08-16
Macapatan di Museum
Sri Sultan Hamengkubuwana II adalah salah satu raja di Yogyakarta yang disegani oleh Belanda di kala itu. Ia mewarisi sikap ayahnya, yakni... more » - 19-08-16
Hardi: Sang Presiden
Sekitar pertengahan 2000-an, saya pernah melihat sebuah gambar yang terpampang di tangga rumah seorang sastrawan yang kebetulan saya kenal secara... more » - 19-08-16
Wisuda MC Jawa Lanju
Para wisudawan kursus Panatacara Pamedharsabda MC Basa Jawa di Tembi Rumah Budaya angkatan IX rupanya mempunyai pandangan yang hampir sama. Kesamaan... more » - 18-08-16
Obituari Slamet Riya
Mestinya, pada Sastra Bulan Purnama edisi ke-59, yang digelar 18 Agustus 2016, pukul 19.30 di Tembi Rumah Budaya, Slamet... more » - 18-08-16
Peserta Badan Diklat
Sebanyak 80 orang SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) baik provinsi, kabupaten, dan kota dari seluruh Indonesia yang berkunjung ke Tembi Rumah... more » - 16-08-16
Karyawan Bir Bintang
Menjelang maghrib hari Kamis 11 Agustus 2016, Tembi Rumah Budaya dikunjungi oleh karyawan PT Bir Bintang Jakarta sejumlah 100 orang. Mereka datang ke... more » - 16-08-16
Suara Malam dan Peso
Sastra Bulan Purnama edisi ke-59, yang akan diselenggarakan Kamis, 18 Agsutus 2016, pukul 19.30 di Tembi Rumah Budaya, Sewon, Bantul, Yogyakarta akan... more »