Penari Tarian Bedaya yang Sakral pada Awal Abad ke-20
03 Dec 2015Tari Bedaya merupakan tari yang disakralkan di lingkungan Keraton Kasultanan Yogyakarta maupun Kasunanan Surakarta. Salah satu jenis Tari Bedaya yang paling disakralkan di Kasultanan Yogyakarta adalah Tari Bedaya Semang.
Berikut ini adalah foto seorang penari bedaya dari Kasultanan Yogyakarta. Nama penari ini tidak diketahui, namun kemungkinan besar ia merupakan salah satu anak/cucu (trah darah dalem) dari raja di Kasultanan Yogyakarta. Foto ini dibuat pada kisaran tahun 1914-1918. Jadi mungkin penari ini aktif dalam dunia tari di zaman Kasultanan Yogyakarta berada di bawah pimpinan Sultan Hamengku Buwana VIII (1877-1921).
Tari Bedaya merupakan tari yang disakralkan di lingkungan Keraton Kasultanan Yogyakarta maupun Kasunanan Surakarta. Salah satu jenis Tari Bedaya yang paling disakralkan di Kasultanan Yogyakarta adalah Tari Bedaya Semang. Tari ini kedudukannya sejajar dengan regalia (pusaka) Keraton Kasultanan Yogyakarta yang lain seperti berbagai macam senjata, mahkota raja, payung kebesaran, dan lain-lainnya. Keberadaannya dianggap memiliki kekuatan magis seperti pusaka-pusaka keraton yang senantiasa turut memperkokoh maupun memberi perlindungan, ketenteraman, kesejahteraan kepada raja beserta para kawulanya.
Tari Bedaya Semang, menurut beberapa sumber, diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana I (1755-1792) pada tahun 1759. Tari itu menceritakan tentang pertemuan dan perkawinan antara Sultan Agung Hanyakrakusuma dengan Ratu Kidul sebagai penguasa Laut Kidul.
Tari ini memiliki spesifikasi antara lain ditarikan oleh sembilan orang penari putri dengan menggunakan tata rias dan busana yang sama (kembar). Jumlah sembilan dalam tarian bedaya disebut-sebut sebagai lambang dari sembilan penjuru mata angin. Selain itu, juga melambangan sembilan lubang di dalam tubuh manusia (babahan hawa sanga). Tarian ini juga harus dibawakan oleh gadis suci serta tidak dalam keadaan sedang haid. Durasi tarian ini kurang lebih adalah tiga jam.
Dalam perjalanan waktu tari ini juga mengalami perkembangan. Tari ini sekarang dapat saja ditarikan oleh gadis/wanita di luar trah darah dalem. Selain itu, ada tari bedaya yang tidak lagi bersumber pada cerita tentang perkawinan Sultan Agung/Panembahan Senopati dengan Ratu Kidul, namun ada pula Tari Bedaya Bedah Madiun, Tari Bedaya Dewa Ruci, dan lain-lain.
Busana untuk penari bedaya adalah baju tanpa lengan yang diberi gombyok (semacam rumbai-rumbai), kain motif parang rusak seredan, slepe, keris, hiasan rambut gelung bokor dengan klewer untaian bunga melati, dikerik dan dipaes/rias seperti layaknya pengantin wanita, mengenakan cunduk mentul, mengenakan kelat bahu dan gelang, kalung sungsun, dan udet cinde.
Tari Bedaya merupakan salah satu kekayaan budaya Jawa yang bersumber dari dalam keraton. Untuk menarikan tari ini di samping membutuhkan syarat-syarat seperti di atas juga membutuhkan stamina tubuh yang kuat, konsentrasi tinggi, kepekaan, pengaturan nafas yang baik, kelemahlembutan dan kehalusan gerak, tata rias yang rumit, dan tata busana yang tidak sederhana.
a. sartono
sumber: H.J. Graaf, 1970, De Javaansche Vorstenlanden in Oude Ansichten, Amsterdam: De Bussy Ellerman Harms n.v. http://www.tasteofjogja.org
Baca Juga
- 08-12-15
Catatan Bung Tomo Tentang Pertempuran Surabaya
Karena terlibat secara langsung, tidak heran apabila Bung Tomo bisa menggambarkan pertempuran Surabaya secara detail. Seperti sebuah peristiwa ketika... more » - 08-12-15
Joglo di Bantul Buatan Tahun 1920 Ini Masih Utuh
Kompleks bangunan rumah joglo milik Raditya Wahyu Kumara ini seluas sekitar 900 m persegi. Luas tanah sekitar 1.960 meter persegi. Rumah ini... more » - 07-12-15
Lampah Kasiswan, Ajaran Budi Pekerti Jawa yang Ditulis oleh Orang Asing
Buku ini tidak dijelaskan bahasa aslinya dan tahun penciptaannya. Namun demikian, terjemahan dalam bahasa Jawa dicetak tahun 1938. Buku terjemahan... more » - 05-12-15
Cablek-Cablek Lemut
Dari sekian abdi/pembantu, abdi yang bertugas cablek-cablek lemut umumnya adalah orang yang memang tidak memiliki kemampuan khusus yang bisa... more » - 05-12-15
Kesatuan Militer Kebanggaan yang Legendaris
Pasukan Siliwangi pada awal berdirinya tidak tampil sebagaimana idealnya sebuah pasukan. Penampilannya sederhana bahkan bisa dikatakan memprihatinkan... more » - 02-12-15
Serat Cemporet, Karya Pujangga Besar Ranggawarsita dalam Versi Bahasa Indonesia
Serat Cemporet awal mulanya ditulis tangan menggunakan aksara dan bahasa Jawa, atau sering disebut manuskrip. Naskah yang isinya sangat puitis... more » - 30-11-15
Gaya Emha Memotret Modernisasi
Emha adalah juga seorang seniman. Adalah hal yang wajar apabila Emha khawatir dunia seni akan mengarah ke arah yang salah. Hanya asal mengikuti pola... more » - 30-11-15
Sawitri (3): Menghadapi Kematian
Selama tiga hari penuh, Sawitri bermatiraga dan berpuasa, agar pada waktunya, saat kematian Setiawan, Sawitri mendapat pertolongan, kekuatan serta... more » - 30-11-15
Pelajar ACICIS Belanja Bahan Ayam Opor di Pasar Kepek
Suasana tawar-menawar pun menjadi kikuk karena masing-masing tidak memahami bahasa yang satu dengan yang lainnya. Bahasa isyarat menjadi penting... more » - 27-11-15
Buku Mardi Kawi, Acuan untuk Para Arkeolog
Buku ini sering menjadi acuan bagi para arkeolog untuk membaca tulisan Jawa Kuna yang ada di relief candi-candi atau di lempeng-lempeng prasasti,... more »
Artikel Terbaru
- 08-12-15
Catatan Bung Tomo Te
Karena terlibat secara langsung, tidak heran apabila Bung Tomo bisa menggambarkan pertempuran Surabaya secara detail. Seperti sebuah peristiwa ketika... more » - 08-12-15
Joglo di Bantul Buat
Kompleks bangunan rumah joglo milik Raditya Wahyu Kumara ini seluas sekitar 900 m persegi. Luas tanah sekitar 1.960 meter persegi. Rumah ini... more » - 07-12-15
Ki Margiono Suguhkan
Ki Margiono (65), dalang senior yang juga dosen Institut Seni Indonesia Yogyakarta jurusan Pedalangan membawakan lakon Kumbakarno Gugur dengan serius... more » - 07-12-15
Lampah Kasiswan, Aja
Buku ini tidak dijelaskan bahasa aslinya dan tahun penciptaannya. Namun demikian, terjemahan dalam bahasa Jawa dicetak tahun 1938. Buku terjemahan... more » - 05-12-15
Cablek-Cablek Lemut
Dari sekian abdi/pembantu, abdi yang bertugas cablek-cablek lemut umumnya adalah orang yang memang tidak memiliki kemampuan khusus yang bisa... more » - 05-12-15
Tergiur Manisnya Bib
Ternyata kemangkiran Adipati Gendrasekti disebabkan oleh karena ia sibuk bersuka ria dengan seorang ledhek (penari) yang bernama Sariti. Bahkan... more » - 05-12-15
Kesatuan Militer Keb
Pasukan Siliwangi pada awal berdirinya tidak tampil sebagaimana idealnya sebuah pasukan. Penampilannya sederhana bahkan bisa dikatakan memprihatinkan... more » - 05-12-15
Sabtu Kliwon Ini Har
Sabtu Kliwon, 12 Desember 2015, kalender Jawa tanggal 29, bulan Sapar, tahun 1949 Jimawal, hari baik untuk berbagai macam keperluan. Namun jika pergi... more » - 04-12-15
Festival Teater Jaka
Tatanan estetika panggung dan tata cahaya menjadi tema besar perhelatan akbar tahunan Festival Teater Jakarta yang ke-43. Bagaimana pekerja teater... more » - 04-12-15
Museum Benteng Vrede
Event museum di malam hari diminati oleh para pengunjung, terutama kaum muda. Apalagi, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tampak begitu romantis... more »