Masih Ada Beberapa Lagi Kereta Pusaka Keraton Yogyakarta
04 Aug 2015Kereta pusaka lain milik Kasultanan Yogyakarta adalah Kyai Wimanaputra. Kereta ini khusus digunakan oleh putra mahkota. Kereta ini dipesan di pabrik kereta Barendse di Semarang oleh Sri Sultan Hamengku Buwana VI sekitar tahun 1860. Kereta ditarik oleh dua pasang kuda.
Selain kereta-kereta pusaka yang terbilang besar, yang sangat dikhususkan, dan dianggap keramat, ada kereta-kereta pusaka lain milik Keraton Yogyakarta yang berukuran relatif kecil. Kereta kecil itu dulu lebih difungsikan untuk kendaraan dinas, untuk acara resmi, dan lain sebagainya, di antaranya adalah Kereta Kyai Harsunaba.
Disebutkan bahwa Kyai Harsunaba merupakan kereta jenis Berline dengan corak kebesaran mewah. Kereta ini diberi nama Harsunaba dengan mengambil nama tokoh yang ada dalam cerita babad/legenda.
Kyai Harsunaba dipesan oleh Sultan Hamengku Buwana VI dari pabrik kereta Barendse di Semarang sebelum Kanjeng Kyai Garudhayeksa. Dengan adanya Kanjeng Kyai Garudhayeksa, maka Kyai Harsunaba digunakan dalam upacara-upacara kecil seperti menghadiri pacuan kuda, menghadiri hajat perkawinan keluarga atau kerabat sultan dan sebagainya. Kyai Harsunaba ditarik oleh empat ekor kuda berpasangan. Kalau tidak menggunakan sais, maka menggunakan dua orang plaer.
Kereta pusaka lain milik Kasultanan Yogyakarta adalah Kyai Wimanaputra. Kereta ini khusus digunakan oleh putra mahkota. Kereta ini dipesan di pabrik kereta Barendse di Semarang oleh Sri Sultan Hamengku Buwana VI sekitar tahun 1860. Kereta ditarik oleh dua pasang kuda.
Kereta pusaka tertua kedua milik Kasultanan Yogyakarta adalah kereta Kyai Mandrajuwala. Kereta ini dipesan oleh Sultan Hamengku Buwana III dari negara Belanda dan pernah dipakai oleh Pangeran Diponegoro sewaktu menjabat sebagai pendamping Sri Sultan Hamengku Buwana IV saat belum dewasa.
Selain kereta-kereta pusaka yang telah disebutkan di atas ada pula kereta pusaka yang dinamakan Kereta Kyai Jongwiyat. Nama Jong Wiyat diartikan sebagai “perahu terbang”. Kereta ini digunakan untuk inspeksi dalam acara gladi bersih prajurit kraton. Kereta ini pernah digunakan oleh Sultan Hamengku Buwana VIII dan juga Sultan Hamengku Buwana X saat pernikahan putri pertama Sultan (Kanjeng Ratu Pembayun pada tanggal 28 Mei 2002) sebagai kereta yang membawa mempelai.
Kereta Kyai Jongwiyat dibuat oleh pabrik kereta Hermans & Co di Den Haag, Belanda. Kereta ini dibeli pada zaman pemerintahan Sultan Hamengku Buwana VII. Selama menjadi pusaka Keraton Yogyakarta kereta ini pernah dipugar sebanyak tiga kali. Pertama kali oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi (adik Sultan Hamengku Buwana VII). Kedua oleh Bendara Raden Mas Raisulngasri dan ketiga kalinya oleh Bendara Raden Mas Herjuna Darpita.
Ada pula kereta pusaka yang dinamakan Kyai Laundauer yang dibuat pada kurun waktu 1890-1900. Kereta Kyai Laundauer memiliki sistem per rangkap dua. Kereta Kyai Laundauer biasanya digunakan oleh putra/putri raja (Sultan Hamengku Buwana).
Kereta pusaka Kyai Kuthokaharjo merupakan koleksi kereta pusaka yang lain milik Keraton Kasultanan Yogyakarta. Kereta ini dibuat pada kurun waktu 1900-1927. Makna dari istilah “kuthokaharjo” adalah nyaman. Jadi, kereta pusaka Kyai Kuthokaharjo dimaksudkan sebagai kereta yang nyaman. Kereta ini digunakan untuk para pangeran sebagai utusan dalem (raja) dan juga untuk membawa putra/putri Sultan Hamengku Buwana.
Koleksi kereta pusaka yang lain adalah Kereta Kyai Roto Biru. Kereta ini dibuat pada tahun 1901 dan digunakan sejak Sultan Hamengku Buwana VIII. Kereta ini biasa digunakan oleh keluarga kerajaan.
Kereta Bedhaya Permili juga merupakan koleksi yang lain dari Keraton Kasultanan Yogyakarta. Kereta Bedhaya Permili atau Kereta Kyai Permili dibuat pada kurang lebih tahun 1880. Biasanya kereta ini digunakan untuk keluarga kerajaan serta para penari bedaya dan abdi dalem manggung.
Naskah dan foto: a. sartono
EDUKASIBaca Juga
- 05-08-15
Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah di Yogyakarta
Buku ini mengulas tentang dinamika dan perkembangan kampung Kauman, mencakup antara lain bidang agama, pendidikan, ekonomi, kebudayaan, status dan... more » - 03-08-15
Sendang Kali Ayu Dodogan Tiap Tahun Nanggap Ledek
Sendang Kali Ayu ini dulu dibuat atau ditemukan oleh Mbah Ronowijoyo. Kisahnya, pada suatu ketika Mbah Ronowijoyo kedhuk-kedhuk (menggali tanah) di... more » - 01-08-15
UU Tata Niaga Gula di Hindia Belanda
Di Perpustakaan Tembi tersimpan dengan baik buku lawas ini yang berisi tentang undang-undang tata niaga gula di Hindia Belanda. Peraturan ini... more » - 31-07-15
mas Bekel
mas Bekel more » - 28-07-15
Masalah Ekologi Indonesia pada Dekade 1950-an
Buku ini berisi tentang masalah ekologi terutama di Indonesia dalam perspektif dekade 1950-an. Pertambahan jumlah penduduk mau tidak mau memang akan... more » - 28-07-15
Prajurit Mantrijero Keraton Kasultanan Yogyakarta (2)
Prajurit Mantrijero Sarahasta atau pembawa tombak terdiri atas beberapa jenjang kepangkatan, yakni Wedana dan Lurah, Operwahmister (Wirawredhatama)... more » - 28-07-15
Warangka Ladrang (1)
Ladrang adalah salah satu ragam bentuk warangka keris gaya Surakarta, sedangkan versi Yogyakarta disebut dengan nama branggah, walaupun keduanya... more » - 27-07-15
Pipisan Alat untuk Meramu Jamu
Kegunaan pipisan untuk meramu atau menggilas obat tradisional, tetapi alat ini selalu disimpan di dapur. Maka alat ini biasanya menjadi bagian alat... more » - 27-07-15
Pandangan Para Tokoh Tentang Sastra Nusantara
Buku ini merupakan kumpulan makalah yang ditampilkan dalam Pertemuan Sastrawan Nusantara (PSN) IX dan Pertemuan Sastrawan Indonesia 1997 (Persi 1997... more » - 18-07-15
Panduan Membuat Karya Sastra yang Baik
Buku Bimbingan Seni=Sastra ini merupakan salah satu buku lawas koleksi Perpustakaan Tembi. Buku berbahasa Indonesia terbitan tahun 1951 tersebut... more »
Artikel Terbaru
- 05-08-15
Geguritan Campur Lud
Suasana khas surabayaan mendominasi dan nuansa akrab terasa muncul antara pemain dan penonton. Pembaca puisi dan pemain saling membanyol sehingga... more » - 05-08-15
Menguak Identitas Ka
Buku ini mengulas tentang dinamika dan perkembangan kampung Kauman, mencakup antara lain bidang agama, pendidikan, ekonomi, kebudayaan, status dan... more » - 04-08-15
Pameran Seni Rupa “M
Ada 50 pelukis yang mengikuti pameran tersebut, di antaranya adalah nama-nama pelukis yang sudah dikenal masyarakat, seperti: KH D Zawawi Imron, KH... more » - 04-08-15
KOLING: Kodaly Kelil
Zoltan Kodaly adalah seorang komponis, pedagog (pendidik), linguis (ahli bahasa), dan juga etnomusikolog berkebangsaan Hungaria yang berkarya untuk... more » - 04-08-15
Masih Ada Beberapa L
Kereta pusaka lain milik Kasultanan Yogyakarta adalah Kyai Wimanaputra. Kereta ini khusus digunakan oleh putra mahkota. Kereta ini dipesan di pabrik... more » - 03-08-15
Sendang Kali Ayu Dod
Sendang Kali Ayu ini dulu dibuat atau ditemukan oleh Mbah Ronowijoyo. Kisahnya, pada suatu ketika Mbah Ronowijoyo kedhuk-kedhuk (menggali tanah) di... more » - 03-08-15
Wayang Pesisiran Tam
Ki Tri Luwih Wiwin Nusantara dari Kayen, Kota Pati, Jawa Tengah, mendapat kesempatan tampil mendalang, lengkap bersama rombongan pengrawit serta... more » - 01-08-15
Hari Baik dan Hari J
Orang yang lahir pada Selasa Kliwon, pada periode usia 0 s/d 12 tahun, adalah ‘PA’ Pandhita, baik. Usia 12 s/d 24 tahun, adalah ‘SA’ Sunan, baik.... more » - 01-08-15
Tajong Samarinda Dib
Tajong Samarinda pada mulanya dibawa oleh para pendatang Suku Bugis Wajo yang berpindah ke Samarinda karena tidak mau patuh pada perjanjian Bongaja... more » - 01-08-15
UU Tata Niaga Gula d
Di Perpustakaan Tembi tersimpan dengan baik buku lawas ini yang berisi tentang undang-undang tata niaga gula di Hindia Belanda. Peraturan ini... more »