Kisah Hidup Tentara Jepang yang Membelot ke RI
08 Jan 2016
Judul : Mereka yang Terlupakan. Memoar Rahmat Shigeru Ono. Bekas Tentara Jepang yang memihak Republik
Penulis : Eiichi Hayashi
Penerbit : Ombak, 2011, Yogyakarta
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : xvii + 178
Pada tahun 1942 saat masa Perang Dunia II, Jepang menduduki Indonesia. Pendudukan tersebut tidak berlangsung lama, karena pada tahun 1945 Jepang menyerah pada Sekutu. Pasukan Jepang meninggalkan Indonesia dan kembali ke negaranya.
Pada saat Jepang menyerah, masih banyak pasukan militernya yang ada di Indonesia. Meskipun ada pengangkutan pasukan militer Jepang untuk kembali ke negaranya, ada yang memutuskan untuk tetap tinggal di Indonesia. Salah satunya adalah Rahmat Shigeru Ono atau Sakari Ono.
Sakari Ono (nama pemberian orang tua) lahir di 26 September 1919 di Furano Hokkaido, dari keluarga petani. Ia anak laki-laki nomor tiga. Tahun 1939 ia diterima sebagai prajurit Jepang. Pada tahun 1942 pasukannya diberangkatkan ke Pulau Jawa. Ono sendiri bertugas di Cilacap, kemudian berpindah ke Bandung.
Ada banyak alasan mengapa sejumlah tentara Jepang bergabung dengan pihak Republik. Ono secara pribadi beralasan, sebagai anak laki-laki nomor tiga, ia masih punya dua kakak lali-laki yang akan lebih bertanggung jawab terhadap keluarga besarnya di Jepang. Bahkan demi niatnya tersebut, Ono sampai meminta tolong temannya yang kembali ke Jepang agar memberi tahu keluarganya, bahwa dirinya telah mati.
Setelah menyatakan diri bergabung dengan pihak Republik, Ono diberi nama Rahmat. Pemberian nama baru ini juga berlaku bagi yang lain. Awal 1946, Ono dipindahkan ke Yogyakarta. Di sana ia bertemu Abdul Rahman Tatsuo Ichiki yang dianggapnya sensei (guru). Tugas Ono dan beberapa temannya adalah merangkum 30 buku strategi dan teknik perang berbahasa Jepang. Rangkuman tersebut kemudian dialihbahasakan oleh Ichiki yang memang telah pintar berbahasa Indonesia. Selain itu tugas Ono adalah melatih para pemuda tentang kemiliteran.
Ono dan teman-temannya tidak hanya berperan di garis belakang, tetapi juga di garis depan. Pasukan Gerilya Istimewa (PGI) adalah pasukan yang terdiri dari 28 orang mantan prajurit Jepang. Pasukan ini sangat ditakuti Belanda karena keberaniannya. Dalam beberapa operasi mereka berhasil menewaskan banyak pasukan Belanda.
Setelah pengakuan kedaulatan, mantan tentara Jepang tersebut ada yang kembali ke Jepang, ada pula yang menetap di Indonesia. Ono memilih untuk menetap dan menikah dengan gadis setempat. Mereka tinggal di Batu, Malang, dan hidup sebagai petani. Tetapi karena masalah ekonomi pada masa Orde Baru, Ono pernah bekerja di sebuah perusahaan Jepang di Jakarta.
Kusalamani
EDUKASI
Baca Juga
- 13-01-16
Buku berbahasa dan beraksara Jawa ini dikarang oleh orang Jepang T Murakami tahun 1945 (dalam naskah asli tertulis tahun Jepang 2605) yang...
more »
- 12-01-16
Foto tersebut adalah Gapura Bajang Ratu, salah satu sisa peninggalan Keraton Majapahit. Foto ini dibuat pada kisaran tahun 1930-an. Tampaknya...
more »
- 11-01-16
Dari seratus anak Dewi Gendari, hasil pernikahannya dengan Adipati Destarastra, dua diantaranya lahir kembar, yang diberi nama Citraksa dan...
more »
- 09-01-16
Rendi tidak menyangka sama sekali, ketika mengikuti kegiatan ontheling di Tembi bersama grupnya dari PT Unilever Jakarta...
more »
- 09-01-16
Denmas Bekel 9 Januari 2016
more »
- 08-01-16
Pada Minggu 20 Desember 2015, Tembi Rumah Budaya mendapat kunjungan dari para pelajar SMP Al-Azhar Jakarta yang berjumlah 165 orang. Mereka...
more »
- 07-01-16
Situs Watu Wedok adalah salah satu situs atau petilasan yang berada di tengah perbukitan yang menjadi kawasan agrowisata Karangtengah, Imogiri,...
more »
- 06-01-16
Pepatah Jawa tersebut secara harafiah berarti memejamkan mata yang terbuka, menulikan telinga yang mendengar.
Pepatah ini secara lebih luas ingin...
more »
- 05-01-16
Getas Banjaran atau Getah Banjaran adalah sosok yang mempunyai ujud aneh dan tidak lazim. Bagaimana tidak aneh? Badannya raksasa tetapi kepalanya...
more »
- 05-01-16
Buku ini berisi foto-foto (beserta keterangannya) tentang perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan, terutama pada masa Agresi...
more »
Artikel Terbaru
- 13-01-16
Kenangan dan penghargaan atas keberadaan gunung bisa saja dilakukan melalui kuliner. Mengapa tidak ? hal itulah yang dilakukan Warung Dhahar (WD)...
more »
- 13-01-16
Buku berbahasa dan beraksara Jawa ini dikarang oleh orang Jepang T Murakami tahun 1945 (dalam naskah asli tertulis tahun Jepang 2605) yang...
more »
- 12-01-16
Foto tersebut adalah Gapura Bajang Ratu, salah satu sisa peninggalan Keraton Majapahit. Foto ini dibuat pada kisaran tahun 1930-an. Tampaknya...
more »
- 12-01-16
Nugroho, ganjaran, peparing atau anugerah adalah ‘kabegjan’ yang diberikan Tuhan kepada umatnya. Turunnya nugroho bukan karena prestasi...
more »
- 11-01-16
Dari seratus anak Dewi Gendari, hasil pernikahannya dengan Adipati Destarastra, dua diantaranya lahir kembar, yang diberi nama Citraksa dan...
more »
- 11-01-16
Pada Kamis Legi, 7 Januari 2016, waktu sore hari, Kadipaten Pura Paku Alaman Yogyakarta menggelar Kirab Ageng Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya...
more »
- 11-01-16
Para tokoh tingkat nasional, yang kini sudah tiada, yang dulu pernah berproses di Yogyakarta, bisa ditemukan di dinding Waroeng Bu Ageng, Jalan...
more »
- 09-01-16
Perhitungan ini sering disebut perhitungan Panca Suda. Panca = 5 dan suda = kurang. Maksudnya 5 dikurangi 1 atau 5 kurang 1 sama dengan 4. Ada empat...
more »
- 09-01-16
Rendi tidak menyangka sama sekali, ketika mengikuti kegiatan ontheling di Tembi bersama grupnya dari PT Unilever Jakarta...
more »
- 09-01-16
Denmas Bekel 9 Januari 2016
more »