Kapak Batu di Pajangan Bantul Menunggu Kajian Lebih Lanjut
16 Aug 2016 Senin, 25 Juli 2016 Sunardi (43) warga Dusun Manukan, Kelurahan Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, DIY menemukan sebuah benda yang diduga benda bernilai sejarah (benda arkeologis). Benda itu berbentuk seperti kapak yang di dunia ilmu arkeologi lebih dikenal sebagai kapak persegi.Sunardi yang lebih akrab disapa dengan nama Gandung itu kemudian melaporkan temuanya pada salah satu anggota Tim Ahli Cagar Budaya Bantul yang kemudian meneruskannya ke pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY. Pihak BPCB DIY dengan didampingi aparat terkait pun telah menindaklanjuti hal ini dengan melakukan peninjauan ke lokasi.
Kapak persegi biasanya dibuat dari batu api yang telah dibuat halus dan diasah. Para ahli berpendapat bahwa benda semacam ini masuk ke Indonesia dari Yunan-Malaka-Indonesia. Kapak persegi memiliki fungsi sebagai lambang kebesaran, alat tukar, alat upacara, jimat, dan lain-lain. Disebut kapak persegi karena memiliki penampang alang berupa persegi panjang. Kapak demikian jika berukuran besar sering disebut sebagai beliung persegi (cangkul). Umumnya kapak ini dibuat dari jenis batu chalsedon yang keras dan sudah memiliki tangkai untuk memudahkan penggunaannya.
Kapak persegi tersebut ditemukan oleh Sunardi ketika ia sedang dilakukan penggalian untuk pemasangan pondasi yang akan digunakan untuk meletakkan patung dada Yesus. Penggalian tersebut berlokasi di sisi samping kanan-belakang gedung Gereja (kapel) St. Yakobus Alfeus Kamijoro, Pajangan, Bantul. Penggalian dilakukan oleh Sunardi dan beberapa temannya yang memang berprofesi sebagi tukang batu. Benda ditemukan di dalam tanah pada kedalaman tidak lebih dari 1 meter. Sumber setempat menyebutkan bahwa pada masa lalu tidak jauh dari lokasi yang sama juga pernah ditemukan benda-benda sejenis.
Ada pun deskripsi fisik kapak tersebut memiliki panjang kapak 11 cm, lebar pangkal kapak 2,5 cm, lebar ujung mata kapak 5,5 cm, tebal 1 cm. kapak telah dibuat dalam bentuk halus. Atas temuan tersebut pihak BPCP DIY akan melakukan kajian lebih lanjut guna menentukan keaslian benda, usia, nilai kesejarahan, nilai ilmu pengetahuan, religi (agama), budaya, sosial, ekonomi, dan sebagainya.
Naskah dan foto:a.sartono
EDUKASIBaca Juga
- 19-08-16
Wisuda MC Jawa Lanjut IX, Menuntut Ilmu Sepanjang Waktu
Para wisudawan kursus Panatacara Pamedharsabda MC Basa Jawa di Tembi Rumah Budaya angkatan IX rupanya mempunyai pandangan yang hampir sama. Kesamaan... more » - 18-08-16
Peserta Badan Diklat DIY Sangat Antusias di Tembi
Sebanyak 80 orang SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) baik provinsi, kabupaten, dan kota dari seluruh Indonesia yang berkunjung ke Tembi Rumah... more » - 16-08-16
Karyawan Bir Bintang Jakarta Belajar Menabuh Gamelan
Menjelang maghrib hari Kamis 11 Agustus 2016, Tembi Rumah Budaya dikunjungi oleh karyawan PT Bir Bintang Jakarta sejumlah 100 orang. Mereka datang ke... more » - 13-08-16
Buku untuk Orang Belanda Belajar Bahasa Jawa
Judul : Beknopte Handleiding om de Javaansche Taal te Leeren Spreken Penulis : J.W. van... more » - 12-08-16
Soekarno-Hatta dalam Museum-museum di Yogyakarta
Tokoh Nasional sekaligus Pahlawan Nasional Ir Soekarno dan Mohammad Hatta adalah 2 proklamator yang tidak bisa dipisahkan. Soekarno-Hatta kemudian... more » - 11-08-16
Menapak Tilas Jalan Raya Pos Karya Daendels
Judul : Ekspedisi Anjer - Panaroekan. Laporan Jurnalistik Kompas 200... more » - 11-08-16
Menapak Tilas Jalan Raya Pos Karya Daendels
more » - 10-08-16
Mengenal Budaya Jawa Melalui Museum Tembi Rumah Budaya
Tak kenal maka tak sayang. Begitulah ungkapan tentang pentingnya proses mengenal. Diawali dengan mengenal dan kemudian tergerak untuk mencari tahu,... more » - 09-08-16
Sunan Pakubuwana X Beri Gelar Pangeran kepada Patihnya
Sejarah membuktikan,bahwa di masa pemerintahan Sunan Pakubuwana X (yang bergelar Sampeyan Dalem Ingkang Wicaksana Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan/... more » - 08-08-16
Jarasanda Anak Buangan (2)
Setelah genap masa kandungannya, hanya selisih beberapa jam, kedua permaisuri Prabu Wrehatrata melahirkan. Anehnya masing-masih bayi yang... more »
Artikel Terbaru
- 20-08-16
Ada Tiga Hari Baik P
Pranatamangsa: mulai 25 Agustus memasuki Mangsa Surya III Mangsa Katelu, usia 24 hari, sampai dengan 17 September 2016. Candrane: Suta Manut ing Bapa... more » - 19-08-16
Hardi: Sang Presiden
Sekitar pertengahan 2000-an, saya pernah melihat sebuah gambar yang terpampang di tangga rumah seorang sastrawan yang kebetulan saya kenal secara... more » - 19-08-16
Wisuda MC Jawa Lanju
Para wisudawan kursus Panatacara Pamedharsabda MC Basa Jawa di Tembi Rumah Budaya angkatan IX rupanya mempunyai pandangan yang hampir sama. Kesamaan... more » - 18-08-16
Obituari Slamet Riya
Mestinya, pada Sastra Bulan Purnama edisi ke-59, yang digelar 18 Agustus 2016, pukul 19.30 di Tembi Rumah Budaya, Slamet... more » - 18-08-16
Peserta Badan Diklat
Sebanyak 80 orang SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) baik provinsi, kabupaten, dan kota dari seluruh Indonesia yang berkunjung ke Tembi Rumah... more » - 16-08-16
Karyawan Bir Bintang
Menjelang maghrib hari Kamis 11 Agustus 2016, Tembi Rumah Budaya dikunjungi oleh karyawan PT Bir Bintang Jakarta sejumlah 100 orang. Mereka datang ke... more » - 16-08-16
Suara Malam dan Peso
Sastra Bulan Purnama edisi ke-59, yang akan diselenggarakan Kamis, 18 Agsutus 2016, pukul 19.30 di Tembi Rumah Budaya, Sewon, Bantul, Yogyakarta akan... more » - 16-08-16
Kapak Batu di Pajang
Senin, 25 Juli 2016 Sunardi (43) warga Dusun Manukan, Kelurahan Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, DIY menemukan sebuah benda yang... more » - 15-08-16
Ketika Politik Prakt
Haruskah kita bersikap jujur di depan sebuah karya seni? Pertanyaan itu muncul dalam diri saya ketika hadir dalam pembukaan pameran tunggal karya-... more » - 15-08-16
Menikmati Semangkuk
Judul naskahnya ‘Semangkuk Sup Makan Siang atau Cultuurstelsel’ karya Hedi Santosa yang dimainkan oleh Whani Dproject selama dua hari 10... more »