Endhek Wiwitane Dhuwur Wekasane
18 Jan 2016
Peribahasa Jawa di atas secara harafiah berarti rendah permulaannya tinggi (pada) akhirnya. Hal ini bisa dicontohkan misalnya dengan pertumbuhan tanaman. Semua tanaman berawal dari biji, anakan, cangkokan, atau stekan. Semuanya itu masih berupa anakan atau cikal bakal pohon. Dalam pertumbuhannya semua tanaman itu kemudian akan meninggi dan membesar.
Demikian pun dalam kehidupan sehari-hari, orang dapat saja secara sosial dianggap berkedudukan rendah, tapi bisa jadi juga dalam perjalanan hidupnya ia kemudian berkedudukan tinggi. Ada banyak contoh kasus dimana orang yang dianggap kecil dan rendah pada akhirnya bisa memiliki kedudukan yang tinggi, kaya, dan dihormati karena kelebihan yang berkembang di dalam dirinya.
Oleh karena itu, pepatah ini menyarankan orang untuk bersikap optimistik dalam menjalani kehidupan. Tidak ada kehidupan yang bersifat instan. Semuanya membutuhkan proses. Semuanya dimulai dari sedikit, dari hal yang sederhana dan biasa, tidak tiba-tiba.
Selain itu, peribahasa atau pepatah ini juga menyarankan tentang penghargaan atas hal-hal yang kecil, yang terabaikan, dan mungkin juga terlupakan. Hal yang kecil dan sederhana saat ini belum tentu kecil dan sederhana pula di hari depan. Orang yang berkedudukan rendah, miskin, dan terabaikan belum tentu di hari depan ia tetap akan seperti itu.
a.sartono
EDUKASI
Baca Juga
- 19-01-16
Judul : Sistem Religi Komunitas Adat Bonokeling, di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas
Penulis : Bambang...
more »
- 19-01-16
Buah kelapa boleh dikatakan identik dengan identitas Indonesia atau juga negara dan pulau-pulau di Asia-Pasifik. Buah ini menjadi sesuatu yang...
more »
- 18-01-16
Judul : Bahasa Bagongan
Penulis : Soepomo Poedjosoedarmo, Laginem
Penerbit : Balai Bahasa, 2014...
more »
- 18-01-16
Satu per satu nama-nama para wisudawan kursus master of ceremony (MC) Bahasa Jawa angkatan ke-33 Tembi Rumah Budaya dibacakan untuk kemudian naik...
more »
- 14-01-16
Judul : “Njaie Dasima”. Sair Tjerita
Penulis : O.S. Tjiang
Penerbit : Tjap Goan He, 1897, Batawi...
more »
- 13-01-16
Buku berbahasa dan beraksara Jawa ini dikarang oleh orang Jepang T Murakami tahun 1945 (dalam naskah asli tertulis tahun Jepang 2605) yang...
more »
- 12-01-16
Foto tersebut adalah Gapura Bajang Ratu, salah satu sisa peninggalan Keraton Majapahit. Foto ini dibuat pada kisaran tahun 1930-an. Tampaknya...
more »
- 11-01-16
Dari seratus anak Dewi Gendari, hasil pernikahannya dengan Adipati Destarastra, dua diantaranya lahir kembar, yang diberi nama Citraksa dan...
more »
- 09-01-16
Rendi tidak menyangka sama sekali, ketika mengikuti kegiatan ontheling di Tembi bersama grupnya dari PT Unilever Jakarta...
more »
- 09-01-16
Denmas Bekel 9 Januari 2016
more »
Artikel Terbaru
- 19-01-16
Suguhan aksi Kelompok Studi Perkusi (Kesper) berhasil menyita perhatian para penonton. Dengan menampilkan suguhan yang atraktif membuat ...
more »
- 19-01-16
Judul : Sistem Religi Komunitas Adat Bonokeling, di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas
Penulis : Bambang...
more »
- 19-01-16
Buah kelapa boleh dikatakan identik dengan identitas Indonesia atau juga negara dan pulau-pulau di Asia-Pasifik. Buah ini menjadi sesuatu yang...
more »
- 18-01-16
Judul : Bahasa Bagongan
Penulis : Soepomo Poedjosoedarmo, Laginem
Penerbit : Balai Bahasa, 2014...
more »
- 18-01-16
Satu per satu nama-nama para wisudawan kursus master of ceremony (MC) Bahasa Jawa angkatan ke-33 Tembi Rumah Budaya dibacakan untuk kemudian naik...
more »
- 18-01-16
Peribahasa Jawa di atas secara harafiah berarti rendah permulaannya tinggi (pada) akhirnya. Hal ini bisa dicontohkan misalnya dengan pertumbuhan...
more »
- 16-01-16
Pertunjukan drama musikal berjudul “No Regrets” yang berlangsung pada Kamis 7 Januari 2016 di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta menuai decak kagum...
more »
- 16-01-16
Perhitungan ini sering disebut perhitungan Panca Suda. Panca = 5 dan suda = kurang. Maksudnya 5 dikurangi 1 atau 5 kurang 1 sama dengan 4. Ada empat...
more »
- 16-01-16
Kirab Jumenengan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam X tanggal 7 Januari 2016 disambut antusias oleh ribuan orang Yogyakarta dan sekitarnya...
more »
- 15-01-16
Sastra Bulan Purnama edisi ke-52, bulan Januari 2016, akan menampilkan para perupa, yang menulis puisi. Mereka masih tetap sebagai perupa, tetapi...
more »