Batu Akik Berkualitas Super Ada di Museum Geoteknologi Mineral UPN Yogyakarta
07 Mar 2016
Ketika masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya terjangkit demam batu akik beberapa waktu lalu, Museum Geoteknologi Mineral UPN Veteran Yogyakarta ikut kena dampaknya. Jika sebelumnya, setiap pengunjung yang melihat koleksi bebatuan di museum ini sangat jarang menanyakan tentang jenis batu akik, saat “booming” batu akik, setiap pengunjung apalagi pelajar selalu menanyakan koleksi jenis batuan museum yang bisa dijadikan akik. Maklum, museum ini mengoleksi ribuan jenis batuan dari berbagai daerah.
Menanggapi pertanyaan para pelajar itu, Wahyu Widayat, pengelola Museum UPN, lalu menunjukkan koleksi bebatuan yang bagus digunakan untuk akik. Setidaknya ada 16 jenis bongkahan batu di Museum UPN yang bisa dan bagus untuk dibuat akik. Ukuran bongkahan berbeda-beda, mulai sebesar bola tenis hingga bola voli. Semua koleksi itu dijadikan dalam satu vitrin kaca. Kebetulan semua jenis bebatuan itu berasal dari Madagaskar, Afrika Selatan. Jenis bebatuan itu masuk mineral (berkualitas bagus karena kepadatannya) dan memiliki nama, di antaranya: amthyst, celestite, chromite garnet, dan quartz rose. Warnanya pun beraneka ragam, ada yang putih, ungu, merah, dan gelap.
Sementara itu, untuk batuan mineral ukuran kecil-kecil ada ratusan yang diletakkan di sejumlah vitrin almari kaca. Ukurannya berbeda-beda, tetapi umumnya sebesar batu kerikil, yang jika dijadikan batu akik hanya jadi satu saja. Tidak hanya jenis bebatuan mineral saja yang menarik bagi pelajar, tetapi juga ada jenis bebatuan lain yang masuk jenis sedimen dan bekuan. Ukurannya pun beraneka ragam. Jenis bebatuan ini banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia, seperti: Banjarnegara (Jawa Tengah), Pacitan (Jawa Timur), Klaten, Sragen (Jawa Tengah) dan daerah lainnya.
Semua koleksi ini dikumpulkan oleh para dosen dan mahasiswa UPN yang sedang melakukan penelitian di lapangan. Ketika memperoleh jenis batuan kemudian mereka menyumbangkan ke Museum UPN agar bisa dijadikan bahan penelitian bagi dosen dan mahasiswa, terutama di lingkungan UPN. Tentu saja juga bisa dimanfaatkan oleh pelajar dan pengunjung masyarakat umum, agar lebih mengenal jenis bebatuan yang ada di bumi ini. Batu sumbangan para dosen dan mahasiswa yang mencapai ribuan itu disimpan dalam puluhan vitrin.
Setiap pengunjung yang datang untuk mengenal jenis bebatuan dan juga koleksi lain yang berkaitan dengan geologi dan pertambangan ini tidak dipungut biaya alias gratis. Bahkan pengunjung rombongan juga diputarkan film ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan sejarah terbentuknya bumi.
Naskah dan foto:Suwandi
EDUKASI
Baca Juga
- 06-04-16
Judul : Nog Eenige Verordeningen en Overeenkomsten van Balische Vorsten
Penulis : F.A. Liefrinck
Penerbit...
more »
- 05-04-16
Berhubung ada begitu banyak siswa kelas X – sebanyak 210 orang – SMA Pangudi Luhur (PL) Yogyakarta, yang berkunjung ke Tembi Rumah Budaya, http://...
more »
- 04-04-16
Judul : Javaanse Volksvertoningen. Brijdrage tot de Beschrijving van Land en Volk...
more »
- 04-04-16
SMA Pangudi Luhur Yogyakarta menjadi salah satu sekolah yang sering melakukan kunjung museum ke Tembi Rumah Budaya. Untuk tahun 2016 ini sebanyak 210...
more »
- 01-04-16
Museum Sandi Yogyakarta yang terletak di Jalan Faridan M Noto 21 Kotabaru, menyimpan kisah penting tentang peran Lembaga Sandi di awal kemerdekaan...
more »
- 01-04-16
Berikut ini adalah foto-foto tentang proyek pembuatan jalan kereta api di Jawa oleh perusahaan perkeretaapian Belanda. Proyek ini pada masa itu tentu...
more »
- 31-03-16
Judul : Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450 – 1680. Jilid 1 : Tanah di Bawah Angin...
more »
- 30-03-16
Monumen Brigade Mobil (Brimob) Polri berada di Dusun Sengon Karang, Kelurahan Argodadi, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Bila...
more »
- 29-03-16
Kadipaten Puro Mangkunegaran Surakarta, yang termasuk salah satu keturunan Dinasti Mataram Islam mengalami kejayaan di akhir abad XIX hingga awal...
more »
- 28-03-16
Judul : Maleise Bloemlezing
Penulis ...
more »
Artikel Terbaru
- 06-04-16
Suatu siang, Hardho Sayoko, yang biasa dipanggil mbah Hardho, sampai di Angkringan Tembi Rumah Budaya. Dia hanya mampir setelah bepergian dari suatu...
more »
- 06-04-16
Judul : Nog Eenige Verordeningen en Overeenkomsten van Balische Vorsten
Penulis : F.A. Liefrinck
Penerbit...
more »
- 05-04-16
Achmad Charis Zubair, pengajar di Fakultas Filsafat UGM yang dikenal sebagai pemerhati kebudayaan serta menjabat sebagai Ketua Dewan Kebudayaan Kota...
more »
- 05-04-16
Berhubung ada begitu banyak siswa kelas X – sebanyak 210 orang – SMA Pangudi Luhur (PL) Yogyakarta, yang berkunjung ke Tembi Rumah Budaya, http://...
more »
- 04-04-16
Judul : Javaanse Volksvertoningen. Brijdrage tot de Beschrijving van Land en Volk...
more »
- 04-04-16
SMA Pangudi Luhur Yogyakarta menjadi salah satu sekolah yang sering melakukan kunjung museum ke Tembi Rumah Budaya. Untuk tahun 2016 ini sebanyak 210...
more »
- 04-04-16
Selama satu bulan, terhitung dari 30 Maret – 30 April 2016, perupa dari Sidoarjo, S Wandhie, memajang karya-karyanya di ruang Pamer Tembi Rumah...
more »
- 02-04-16
Sastra dan seni rupa memang seringkali bertemu di Tembi. Kali ini, lagi-lagi di Tembi Rumah Budaya, pembukaan pameran S Wandhie yang diberi tajuk ‘...
more »
- 02-04-16
Pranatamangsa masuk mangsa Kasepuluh (10), umurnya 24 hari, mulai 26 Maret s/d 18 April. Musim padi tua, burung-burung sedang membuat sarang. Ternak-...
more »
- 02-04-16
Pada ulang tahun ke-5 paguyuban dalang-dalang muda Sukrokasih Yogyakarta mengadakan pentas pakeliran apresiasi. Kali ini yang ditampilkan adalah...
more »