Sarawak Cultural Village Rumah Bagi Rainforest World Music Festival
Author:editorTembi / Date:02-07-2014 / Sarawak Cultural Village semakin menjadi tempat favorit para wisatawan saat menjadi rumah bagi Rainforest World Music Festival (RWMF) sejak 17 tahun lalu. Seiring semakin besarnya gaung RWMF di dunia internasional, maka Sarawak Cultural Village menjadi ikon kebudayaan yang penting di Sarawak.
Pintu masuk Sarawak Cultural Village di area Bukit Santubong
Berbincang mengenai mengenai Rainforest World Music Festival 2014, rasanya tidak bisa dipisahkan dengan Sarawak Cultural Village, sebuah venue yang luar biasa bagi festival ini. Sarawak Cultural Village atau Kampung Budaya Sarawak terletak di area Bukit Santubong, sekitar 35 kilometer ke arah utara dari Kota Kuching.
Rainforest Music Festival yang pada tahun lalu masuk jajaran 25 festival terbaik di dunia versi majalah Songlines, Inggris telah digelar di Sarawak Cultural Village setiap tahun sejak 1998. Maka bisa disebut bahwa Sarawak Cultural Village adalah rumah bagi Rainforest World Music Festival dengan segala kisah dan hiruk-pikuknya selama ini.
Rumah Panjang Dayak Iban di area Sarawak Cultural Village
Sarawak Cultural Village dibangun dengan kisah panjang. Pada dekade 60-an, dunia pariwisata di Sarawak mulai berkembang. Banyak turis mancanegara yang datang ke Sarawak dan berkeinginan untuk melihat dan belajar kebudayaan suku Dayak, termasuk salah satunya adalah rumah Panjang, serta suku-suku lainnya di wilayah Sarawak. Namun realita bahwa tempat suku-suku tersebut berada di hutan, terpencil dan sangat susah untuk diakses, maka timbul ide pemerintah untuk membangun sebuah desa ‘tiruan’ dari suku-suku tersebut di sebuah area yang mudah diakses oleh banyak orang.
Pada dekade 80-an, area pantai Damai dan Bukit Santubong, tempat dimana Sarawak Cultural Village sekarang berada mulai dirintis sebagai area untuk pariwisata. Para arsitek dan insinyur mulai dilibatkan untuk proyek ini.
Peta area Sarawak Cultural Village
Untuk mewujudkan sebuah desa yang berisi berbagai rumah dan produk kebudayaan berbagai suku yang tinggal di wilayah Sarawak, maka mulai dikumpulkan rumah-rumah adat dari subsuku Dayak Iban, Dayak Bidayuh, Dayak Penan, Dayak Melayu, Orang Ulu, Suku Melayu, dan Suku Tionghoa.
Pada pertengahan tahun 1989, semua rumah adat berhasil dikumpulkan dari tempat masing-masing dan mulailah prosesi upacara dan ritual persembahan untuk mendirikan kembali rumah-rumah ini di area Sarawak Cultural Village seluas sekitar 14 hektar. Dengan prosesi ini, maka kisah panjang gagasan kampung budaya terwujud dan bisa mengakomodasi keinginan banyak orang untuk belajar lebih jauh mengenai rumah adat dan kebudayaan suku-suku yang tinggal di Sarawak. Di masing-masing rumah, terdapat berbagai barang kerajinan tradisional dan kesenian masing-masing suku, dan hasil kebudayaan yang lain.
Sarawak Cultural Village semakin menjadi tempat favorit para wisatawan saat menjadi rumah bagi Rainforest World Music Festival (RWMF) sejak 17 tahun lalu. Seiring semakin besarnya gaung RWMF di dunia internasional, maka Sarawak Cultural Village menjadi ikon kebudayaan yang penting di Sarawak.
Panggung pertunjukan terbuka dari Rainforest World Music Festival 2014
di area Sarawak Cultural Village
Saat RWMF pertama kali dilangsungkan pada tahun 1998, menurut data dari dewan pariwisata Sarawak, hanya sekitar 300-400 orang yang hadir. Namun festival ini terus berkembang pesat, dan sejak tahun 2006, tercatat selalu ada lebih dari 20.000 audien memadati Sarawak Cultural Village setiap tiga hari RWMF digelar. Tahun lalu, tercatat sekitar 22.000 audien datang ke RWMF yang dilangsungkan pada 28-30 Juni. Pada RWMF tahun ini, Sarawak Cultural Village terus dipadati oleh audien yang larut dalam serunya festival yang berlangsung pada tanggal 20-22 Juni 204.
Ya, Sarawak Cultural Village telah menjadi rumah yang indah bagi Rainforest World Music Festival setiap tahun!.
Naskah dan foto: Gardika Gigih Pradipta
Berita budayaLatest News
- 05-07-14
Pulung Gantung. Meny
Judul : Pulung Gantung. Menyingkap Tragedi Bunuh Diri di Gunungkidul Penulis : Darmaningtyas Penerbit : Salwa, 2002, Yogyakarta... more » - 05-07-14
Orang Wuku Marakeh S
Dewa yang menaungi Wuku Marakeh adalah Batara Surenggana, yang tajam ingatannya, berani menghadapi kesulitan. Ia ramah dalam pergaulan. Bencana... more » - 05-07-14
Bangunan Antik Berga
Bangunan bergaya Gothic yang sering disangkakan sebagai gereja itu kosong alias tidak dihuni. Untuk dapat memasuki rumah unik ini juga tidak mungkin... more » - 05-07-14
Kisah Dewi Amba Dipe
Kali ini, ruang Sangkring yang biasanya untuk pameran karya seni rupa, digunakan untuk pentas Dramatic Reading dengan lakon ‘Dewi Amba’. Pentas tidak... more » - 04-07-14
Mangan Kanggo Urip O
Pada intinya kebutuhan makan memang digunakan untuk menyelenggarakan hidup atau kehidupan. Tapi, makan bukan tujuan utama dari hidup. Makan merupakan... more » - 04-07-14
Taman Seni Rupa dari
Ruang pameran Artjog 2014 di Taman Budaya Yogyakarta, laiknya seperti tempat wisata, dimana setiap orang yang berkunjung mengabadikan diri dengan... more » - 04-07-14
Konser Musik Warna-W
Kali ini Fombi menggandeng pemusik-pemusik muda belia (usia SD-SMP) yang tergabung dalam AMARI (Ansambel Anak dan Remaja) Yogya untuk berkiprah.... more » - 03-07-14
Serat Jayengbaya
Judul : Serat Jayengbaya Penulis : R.Ng. Ranggawarsita Alih aksara dan bahasa : L. Mardiwarsito Penerbit : Balai Pustaka, 1988,... more » - 03-07-14
Rainforest World Mus
Gelaran Rainforest World Music Festival 2014 (RWMF) yang berlangsung di Sarawak Cultural Village pada tanggal 20-22 Juni menghadirkan banyak musisi... more » - 03-07-14
Rainforest World Mus
Dalam waktu singkat, panggung menjadi sangat semarak. Sesi penutup ini sekaligus menjadi salam perpisahan RWMF 2014. Sebuah momen yang mengharukan... more »